Share

Rental Perhiasan

Author: Ricny
last update Last Updated: 2022-10-24 17:47:50

"Ada di sini juga Mbak Asmi?"

"Lah iya atuh kan yang punya hajatan ibu mertua saya, Pak."

"Wah gak sangka kita jadi sodaraan dong, itu 'kan yang nikah sama Hanum adik sepupu saya," ucapnya lagi.

Oh ternyata pria ini calon sodaraku, tapi dari mana Asmi mengenal kakak sepupu Aldan-calon suami Hanum?

"Wah kebetulan atuh ya, Pak," seru Asmi semakin akrab.

"Udah lama Mbak Asmi gak cek permata ke lab saya nih, gak pindah ke tempat lain kan, Mbak?"

Aku terkejut, tak kecuali ibu dan dua saudaraku di sampingnya, mereka saling menatap satu sama lain dan semakin serius mendengarkan percakapan Asmi bersama Pak Amet.

"Ah engga atuh Pak, emang belum sempat ke sana aja karena saya juga baru selesai melangsungkan acara nikahan, ini baru pindah ke kota Tangerang sebulan lalu." Istriku tersenyum ramah.

Boleh juga istriku itu, gak sangka juga circlenya sampai ke pengusaha lab batu permata. Anjay, apalah aku yang hanya kurir ekspedisi. Ah tapi gak apa-apa, kata Asmi, pekerjaan tidak menentukan derajat seseorang di mata Tuhan, apapun pekerjaannya asal halal maka itulah yang pantas diacungi jempol karena Tuhan pun pasti meridhoi.

"Oh bagus dong ya sekarang jadi deket kalau mau mampir, sering-sering dateng ke tempat lab saya di Summarecon mall, di Tangcity mall juga ada, atau di AEON mall pokonya hampir semua mall ada lah," ucap Pak Amet lagi.

"Kapan-kapan deh kalau ada yang mau dichek lagi ya Pak, sekarang belum ada karena belum beli perhiasan permata lagi." Istriku tersenyum ramah.

Aku menoleh ke arah Kak Alfa dan Mbak Andin, aku tahu mereka orang yang paling akan syok jika mendengar ucapan Asmi kali ini, biarin rasain tuh dua kelinci eh dua sodaraku maksudnya.

Benar saja, mulut mereka terkatup-katup tak percaya mendengar ucapan Asmi, seraya tangannya saling menyikut satu sama lain, berkali-kali aku lihat Mbak Andin menelan ludah, pun dengan telinga Kak Alfa yang terus tegak seperti semakin serius menyimak obrolan istriku dan Pak Amet.

Aku pun berbisik.

"Siapa sih, Neng? Gak dikenali sama Aa emang?"

Asmi langsung tepok jidat.

"Eh iya, ini suami saya, Pak." Cepat Asmi berkata.

Disambutnya ramah oleh Pak Amet. "Oh ya, perkenalakan saya Slamet."

"Hasan, Pak." Kami pun bersalaman.

"Dan ini Ibu mertua saya," tunjuk Asmi pada Ibu dengan jempolnya.

"Selamat pagi Ibu, saya Slamet, kakak sepupunya Aldan," ucap Pak Amet pada Ibu seraya bersalaman.

"Dan ini kakak ipar saya, Kak Alfa dan Mbak Andin," lanjut Asmi.

Pak Amet menyalami mereka berdua juga satu persatu.

"Saya Amet, kakak sepupunya Aldan, selama ini Aldan yang mengurus bisnis cabang lab saya di summarecon mall, Mbak Asmi ini salah satu pelanggan saya, dulu dia rutin cek keaslian batu permata di lab saya saat dia baru mendapatkan atau membeli perhiasan baru, tapi rupanya dunia ini emang sempit ya Bu, Mbak, gak sangka kita bakal saudaraan," tutur Pak Amet.

Sontak saja Mbak Andin terkena serangan jantung, senyumnya tertahan melihat ke arah Pak Amet dan Asmi secara begantian sambil memegangi dadanya yang kembang-kempis.

Begitupun Kak Alfamaret yang tiba-tiba sibuk menggaruk kepala dengan jari telunjuk. Sementara kedua bola matanya mengerling ke arah perhiasan yang dipakai Asmi.

Ibuku? Ibuku hanya diam saja, menjebikan bibir dengan melipat kedua tangan di dada, seolah tak peduli dengan informasi yang didengarnya tentang Asmi, tapi bisa kulihat wajahnya kepo berat dengan obrolan mereka berdua.

"Kapan-kapan pada mampir ke lab saya ya, Mbak," ucap Pak Amet lagi pada Mbak Andin dan Kak Alfa.

"I-iya siap," sahut Mbak Andin tergagap.

Pria itu akan segera pergi ke tempat prasmanan tapi cepat kak Alfa berbisik.

"Pak, di tempat Bapak bisa rental perhiasan gak?"

Refleks Aku tertawa tapi Asmi cepat menyikutku.

"Rental perhiasan? Emang ada ya?"

Sontak wajah Kak Alfa berubah pucat saat Pak Amet balik bertanya dan sialnya malah mengeraskan suaranya itu, alhasil Pak Amet dan Kak Alfa jadi pusat perhatian orang-orang yang duduk di sekitar kami.

"Enggak, saya cuma tanya aja, soalnya ...," sahut Kak Alfa bingung, kemudian melirik ke kanan dan kiri seperti sedang mencari sesuatu yang akan dijadikan alasan.

"Ah iya, soalnya Andin adik ipar saya mau rental perhiasan katanya, iyah begitu, hehe," lanjut Kak Alfa cengengesan.

Aku ingin terbahak andai Asmi tidak terus-terusan menyikut dan mencubit perutku.

Astagfirullah, syukurin dah tuh sekarang Mbak Andin yang bakal malu sampe ke ubun-ubun.

"Lah kok aku sih, Kak? Mana ada, enak aja nuduh-nuduh aku, aku gak pernah rental perhiasan ya, Kakak kali tuh yang mau rental," sengit Mbak Andin tak terima, spontan ia juga berdiri untuk menolak keras tuduhan yang dilontarkan Kak Alfa padanya.

Kak Alfa tepok jidat, berkali-kali kakaku itu memberi Mbak Andin kode agar Mbak Andin tidak salah paham tapi yang terjadi malah sebaliknya, Mbak Andin semakin marah-marah di tempatnya.

"Asal Kak Alfa tahu ya, perhiasanku banyaaak, ada sekilo lebih di rumah, ngapain mesti rental?" Kata Mbak Andin lagi dengan sombongnya.

Waduh itu emas apa terigu? Hahaha. Lagi-lagi aku menahan tawa saat mendengar ucapan Mbak Andin yang makin ngawur didengar, tapi cepat Asmi menyikut lenganku lagi dengan kencangnya.

"Bisa diem gak Aa? Suasana lagi tegang juga ah," bisiknya.

"Lihat orang-orang di sekitar kita, bukannya melerai Kak Alfa sama Mbak Andin, Aa malah ketawa-ketawa begitu atuh ih heran," katanya lagi.

Spontan aku menormalkan diri lalu melirik sekitar, benar saja, orang-orang makin banyak yang tertuju pandang pada Mbak Andin yang tengah marah-marah, akhirnya aku memberi kode pada ibu agar buru-buru mengamankan artis emas terigu itu.

"Diam kamu!" Ibu setengah berbisik seraya menarik paksa tangan Mbak Andin dengan kencang. Seketika mbak Andin diam dan duduk kecut di samping Kak Alfa.

Rasain dah tuh kacang dua kelinci akhirnya musuhan juga. Hahahaha.

"Maaf ya Pak, ada aja emang kalau suasana lagi begini tuh," ucap istriku kemudian.

"Ah gak masalah Mbak Asmi, udah biasa, hanya kesalah pahaman," balas Pak Amet. Pria itu lalu pergi ke tempat prasmanan.

Acara pidato selesai, dilanjut dengan akad nikah setelah itu langsung acara resepsi sambil foto-foto dan organ tunggal.

Saat sesi foto ini aku sengaja tidak dekat-dekat pengantin, mau apa juga? Aku memang sudah niat tidak mau difoto gara-gara Asmi juga dilarang.

Benar saja, semua keluargaku tidak ada yang peduli meski kami hadir dan masih duduk di sana, mereka asik sendiri melakukan sesi foto-foto bersama keluarga.

Kecuali bapak, berkali-kali bapak mengajakku untuk naik ke pelaminan bersama Asmi tapi aku terpaksa menolak keinginan bapak itu karena Hanum yang melirik ke arahku tak suka.

"Kalau mau foto jangan bareng keluarga, Kak Hasan dan Kak Asmi 'kan gak pake seragam, biar gak jelek difotonya." Begitu kata Hanum saat tadi di dalam, aku iyakan saja karena aku memang tidak berminat juga.

"Bapak, ayo difoto, biarin aja itu si Hasan, siapa suruh gak pake seragamnya," sahut Ibu.

Bapak akhirnya kembali ke pelaminan meski dengan wajah kesal, aku tahu bapak sangat ingin marah pada istri dan anak-anaknya itu tapi sebisanya beliau tahan karena takut malu pada keluarga besannya.

Selesai foto bersama keluargaku, sekarang giliran foto bersama keluarga mempelai pria.

Mereka naik satu persatu, ah segala macam gayalah suka-suka mereka, aku dan Asmi tidak terlalu mempedulikan, aku hanya duduk saja di kursi yang tadi sambil membuka-buka galeri ponselku.

"Satu ... dua ...," kata sang juru kamera memberi aba-aba.

"Tunggu-tunggu," kata Pak Amet.

Aku mengangkat wajah, ada apa tuh pak Amet? Pak Amet lalu turun dari pelaminan dan berjalan menuju ke arah kami.

"Ayo Mbak Asmi sama Mas Hasan, kita foto bareng-bareng buat kenangan," pintanya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Mynamey'S
Hahahahaaa,,,,kocak bener deh si Hasan alias author,,, kacang dua kelinci lah, artis emas terigu juga, hahaha
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Istri Gendutku dari Desa Ternyata Orang Kaya   Akhir

    "Ya kalau ada." Aku nyengir."Ada. Tenang aja. tar aku bukain deallernya khusus buat kalian. Eh tapi apa kalian mau beli mobil aku aja? Kebetulan nih istriku kemarin beliin mobil buat si bujang eeh tapi malah gak ditolak karena cocok katanya. Mobilnya padahal bagus tapi dia mau yang boddynya lebih macco.""Wah yang bener? Emang mobil apa Yon?""Itu di garasi, ayo lihat aja."Aku dan Ranti pun digiring ke garasinya. Buset emang dasar orkay, di sana mobilnya berjejer sampe 6 biji."Gila banyak amat mobil kamu Yon, udah sukses ya kamu sekarang.""Ah biasa aja. Ini buat kujual juga kalau ada yang nanyain. Nah ini mobilnya." Yono menepuk satu mobil berwarna putih mengkilat yang kelihatannya emang masih mulus banget itu."Pajero San. Bagus," katanya lagi.Aku melirik ke arah Ranti. Dia langsung mengangguk yakin."Beneran Ran mau yang ini?" "Beneran Yah, Ranti suka banget."Akhirnya setelah bernego dan membayar setengahnya langsung bawa mobil itu pulang. Sisa harganya nanti kubayar setelah

  • Istri Gendutku dari Desa Ternyata Orang Kaya   Ranti Dihina

    Esok harinya. Hari raya dan Asmi udah sibuk sejak sebelum subuh buta. Masak opor, masak ketupat, masak sambel goreng kentang dan pastinya ada sop iga sapi.Suasana lebaran di desa ini emang paling aku nantikan banget. Karena bertahun-tahun melewati suasana di kota saat aku kecil sampe dewasa, rasanya lebaran tak seberkesan seperti di desa.Beneran dah sumpah, aku baru ngerasa lebaran itu berkesan dan seru banget saat aku lebaran di desa Asmi ini. Di sini itu antara tetangga satu dan lainnya saling berkunjung, saling meminta maaf dan yang jelas aku bersyukur karena di sekitar rumah kami gak ada yang namanya tetangga julid. Mereka semua pada baik, pada ramah, pada saling mendukung dan menjunjung namanya tali persaudaan dengan gotong royong.Bahkan saat lebaran, biasanya mereka ada yang saling memberi makanan khas lebaran, walau sebenernya di setiap rumah juga ada. Ya 'kan namanya lebaran haha.Hari ini Asmi juga gitu, dia sengaja masak banyak karena mau ngasih ke ibu dan ke rumah tetang

  • Istri Gendutku dari Desa Ternyata Orang Kaya   Ranti Pulang

    Ranti DatangKarena penasaran aku pun bangkit menguping dekat pintu dapur."Iya iya kamu tenang aja, pokoknya Mas secepetnya kirim, Mas 'kan harus minta dulu sama istri Mas, uangnya baru cair tadi," kata si Broto lagi.Waduh parah. Ini sih bau-bau perselingkuhan kayaknya. Kasihan si Ratu ular, dia dikadalin sama lakinya."Wah aku harus buru-buru bawa si Ratu ke sini. Biar seru nih lanjutannya."Gegas aku ke depan.Tok! Tok! Tok! Kuketuk pintu kamar si Ratu cepat-cepat."Raaat, Raaat, buka!"Pintupun dibuka walau agak lama."Apaan sih? A Hasan? Ada apa? Ngetok pintu kayak mau nagih hutang aja," ketusnya, kesal."Rat, ayo buruan ke belakang. Kamu harus denger juga apa yang tadi Aa denger," ajakku tanpa basa-basi.Si Ratu mengernyit, "apaan sih, ogah," ketusnya sambil membanting pintu.Tok tok tok!"Rat Rat, buka Rat bukaa!""Berisik. Sana pergi! Ganggu orang istirahat aja!" teriaknya dari dalam.Aku mendengus kesal sambil kukeplak daun pintu kamar itu sedikit, "huh dasar, ya udah kalau

  • Istri Gendutku dari Desa Ternyata Orang Kaya   Takut Jadi Tumbal

    "Nah itu baru bagus," timpalku sambil kujentikan jari telunjuk dan jempolku.Si Ratu menoleh, "Apaan sih, ikutan aja," ketusnya.Aku menjebik, lah sok cantik amat, tuh bibir pake digaling-galingin gitu segala. Kesel banget dah."Loh Dewi, Putri, ada apa ini teh? Kenapa kalian mendadak enggak mau ambil uangnya?" tanya Ibu mertua, beliau kelihatan bingung."Gak ah Bu, gak usah, biar bagian Putri dikasih ke orang lain aja, buat Ibu juga gak apa-apa." Si Putri menjawab. Wanita berkulit putih itu nyengir kuda sambil lirak-lirik pada kakaknya, si Dewi.Aku sih paham, mereka pasti beneran takut sama omonganku tadi, takut mereka dijadiin tumbal haha."Dewi juga, biar duitnya buat Ibu aja, atau ... buat Bapak sekalian." Si Dewi melirik ke arah Papa mertua dengan tatapan sinis."Wah wah. Tumben-tumbenan nih pada baik," timpalku lagi sambil nyengir puas."Enggak!" sembur si Ratu kemudian. Dia spontan berdiri dari kursinya."Apaan sih kok jadi pada gak kompak gini? Dewi! Putri! Pokoknya kalian ak

  • Istri Gendutku dari Desa Ternyata Orang Kaya   Bagi Duit

    "Ck dibilangin gak percaya," tandasku, gegas aku bangkit dan mabur ke depan. Di depan rumah aku cekikikan sendiri sambil geleng-geleng kepala, si Dewi itu bener-bener banget dah, obsesi banget dia sampe abis sahur pun masih nanyain soal kesalahpahaman semalem yang dia lihat haha.***Malam takbiran tiba.Alhamdulillah karena uang penjualan saham Asmi udah cair, malam itu juga Asmi langsung ajak aku lagi ke rumah ibu mertua."Ratu, Dewi, Putri, ini uang buat Teteh bayarin rumah teh udah ada, mau ditransfer sekarang apa gimana?" tanya Asmi pada ketiga adiknya.Mereka saling melirik sebentar sebelum akhirnya si Ratu menyahut."Ya sekarang dong Teh, kalau udah ada duitnya ngapain disimpen terus, si Putri juga 'kan mau pake buat lunasin sewa pelaminan.""Oh ya udah atuh, Teteh transfer ke rekening kamu aja semua dulu ya, nanti baru kamu bagi-bagi ke adik-adikmu.""Ya buruan, bawel ah," ketus si Ratu.Tau dah, kenapa orang satu itu makin ketus aja sama Asmi sekarang."Udah, tuh udah Teteh

  • Istri Gendutku dari Desa Ternyata Orang Kaya   Elus Dada

    "K-kami ...." Si Dewi dan Si Putri gelagapan, wajahnya terlihat tegang dan panik."Nguping ya kalian?" desakku."Enggak, kata siapa?" jawab si Dewi cepat."Dewi, Putri, jadi kalian teh lagi ngapain di sini?" tanya Asmi."Kami ... emm ... Teteh ngapain di dalam? Kok ada lilin sama baskom isi daun di dalam kamar? Dan ...." Si Dewi melirik ke arahku dengan tatapan aneh."Kenapa?" tanyaku risih."A Hasan pake apa itu? Kalian beneran ....""Beneran apa?" desakku."Kalian beneran ... ngepet?""Hah?" Aku dan Asmi saling melirik dengan mata melongo."Ngepet?" Asmi mengulang."Ya ngepet, kalian ngepet biar bisa dapat duit banyak 'kan?" "Astagfirullah Dewi, apa-apaan kamu teh? Omongannya kenapa ngaco begitu atuh ah.""Tapi bener 'kan Teteh sama A Hasan ngepet? Buktinya itu di dalam ada lilin sama baskom isi daun terus A Hasan pake jubah hitam begini," timpal si Putri sambil terus menerus lirik-lirik ke dalam kamar."Astagfirullah." Asmi elus dada sambil geleng-geleng kepala. Sementara aku cek

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status