"Aku tidak punya obat bius, Dubrey. Aku sudah menghabiskannya untukmu tadi!" sahut Shawn masih dengan nada datar yang sama. Sementara Josh sibuk menahan rasa sakit dan darah yang sudah mengalir deras.
"Aku tidak tau..."
"Aku tau kamu orang Kanishka. Katakan padaku di mana rudalnya atau aku benar-benar akan mematahkan tulangmu sekarang!" ancam Shawn dengan nada rendah dan menakutkan. Josh mencoba bernapas diantara rasa syok yang menghampiri tubuhnya.
"Delaware... sungai croocks...!" Josh menangis kesakitan sementara Shawn lalu menoleh pada Blue yang mengangguk mengerti. Ia segera menghubungi seorang perwira yang ditugaskan Shawn untuk membawa kembali rudal tersebut.
Sepuluh prajurit angkatan laut kemudian bersiap naik ke dalam salah satu helikopter dan berangkat ke tepi sungai yang dimaksud. Shawn menunggu beberapa saat sampai ada laporan bahwa rudak tersebut di temukan. Sementara tangan Josh diletakkan dalam kubangan es untuk meredakan sakitnya. Tapi
"Kalau begitu kita ke dalam saja!" ujar Shawn mengajak Jayden untuk masuk ke dalam klub sambil menikmati pemandangan pesta 24 jam tanpa jeda. Shawn tersenyum pada beberapa gadis seksi yang menyapanya. Mereka akhirnya memutuskan untuk duduk di salah satu sudut konter bar sebelum menemui Fernando."Aku masih penasaran apa masalahmu dengan Kanishka? Kenapa sepertinya kamu sangat bernafsu membunuhnya?" tanya Jayden iseng sembari menunggu dengan minumannya."Dia mertuaku, Jay!" Jayden hampir tersedak jika saja ia tak ingat bahwa minuman ringan itu hampir masuk tenggorokannya."Apa!!" Shawn yang meminum Scotch hanya bisa mendengus tersenyum sinis sekaligus miris."Jadi putrinya Kanishka bersama mu sekarang?" tanya Jayden. Shawn mengangguk."Dia membuat kontrak denganku akan menyerahkan daftar itu dengan menjaminkan putrinya. Sekarang dia ada di rumahku di Boston," jawab Shawn sambil minum dengan santai."Gila... aku kira jaminan hanya uang atau ba
Jayden melemparkan Lopez tepat ke kaki Shawn Miller. Shawn memakai jaket palka besar dengan hoody yang menutupi kepala, ia tak boleh terlihat. Ia menyeringai jahat lalu menarik kerah jaket Lopez dan membawanya ke sebuah meja.Beberapa anak buah Jayden lantas memegang Lopez yang dipaksa terlentang di atas meja tersebut."Aah, lepaskan aku!" pekik Lopez terengah dengan suara yang hampir hilang. Jayden mendekat dan tertawa."Kau sudah membuatku capek Fernando Lopez. Aku rasa aku tidak akan melepaskanmu... aakhcuih!" ujar Jayden lalu meludah pada tubuh Lopez. Ia berjalan ke arah sofa dan menonton apa yang akan dilakukan oleh Shawn."Berbohong denganku... memiliki resiko yang sangat besar. Fernando Lopez." Shawn menyeringai jahat dan terlihat sangat menakutkan. Lopez menggelengkan kepalanya dengan cepat."Katakan dimana daftar nya?" tanya Shawn sambil mendekat. Lopez tetap menggeleng tidak tau."Masih tidak mau bicara?" Shawn lantas mendekatkan s
NEW YORKHan membantu Shawn dan ajudannya, Blue Handerson untuk masuk ke apartemen yang sedang dimasuki oleh Jayden. Jayden tengah mengencani Mary Kagawa, adik kandung Hiroki Kagawa yang diberikan daftar rahasia oleh Fernando Lopez. Ia berhasil mengelabui Mary dan membawanya masuk kamar sementara Shawn dan Blue mengobrak abrik isi kamar."Oh Jayden..." desah Mary terdengar saat Jayden tak berhenti menciuminya. Layaknya Kasanova yang berpengalaman, Jayden pintar memainkan perannya. Ia melayani hasrat Mary yang sudah meledak ingin berhubungan intim dengan Jayden.Shawn sempat lewat melirik Jayden dari lorong apartemen itu ketika akan ke salah satu kamar tempat daftar itu berada. Sambil menikmati ciuman Mary di rahangnya, ia mengangkat wajahnya pada Shawn yang menyengir nakal di dekat pintu kamar yang terbuka. Jayden hanya mengedipkan mata lalu tersenyum dan mulai berhubungan dengan Mary.Blue sudah masuk terlebih dahulu dan langsung membongkar sebuah lemari
Shawn Miller benar-benar kesal hari ini. Alih-alih ingin menyelesaikan perkaranya dengan Yousef Kanishka mengenai bagian daftar rahasia yang hilang, ia harus berurusan dengan pengadilan militer sekarang.Jadi dia datang masih berseragam lengkap langsung dari pangkalan militer. Blue terus mencoba merahasiakan pengadilan itu dari penciuman wartawan dan kantor berita. Nama Shawn Miller sangat dikagumi publik belakangan. Reputasinya bisa terganggu gara-gara berita kekerasan tersebut.“Aku tak mau ada siapa pun yang tahu akan hal ini, Blue!” tegas Shawn sebelum dia masuk ke dalam sebuah ruangan yang akan digunakan untuk meminta keterangan langsung dari Shawn. Blue hanya bisa mengangguk dan terus mendampingi Shawn untuk memberikan kesaksiannya.Mata Blue lalu membesar saat melihat Kiran Kanishka ternyata duduk di deretan kursi Jaksa Penuntut Umum. Sementara Shawn tak melihatnya sama sekali.Shawn lalu dipanggil ke depan dan duduk sederetan den
Pulang kembali ke pangkalan militer, pikiran Shawn Miler mulai terbelah. Ia duduk saja di meja kerjanya sambil melipat kedua telapak tangan di depan hidung dan berpikir.“Pantas jika Kanishka tak ingin aku bertemu dengan putrinya. Oh Tuhan, dia sangat cantik!” gumam Shawn tak sadar pada dirinya sendiri. Ingatannya begitu terpaku pada wajah Kiran yang tak pernah ia lihat pada gadis Dubrich manapun sama sekali.Sampai sebuah panggilan dari Arjoona lantas menghentakkan lamunannya. Shawn tersenyum tipis lalu mengambil panggilan Arjoona tersebut dengan ramah.“Apa kabarmu?” tanya Shawn begitu sambungan ponselnya terjadi.“Hahaha, baik Admiral Miller,” jawab Arjoona seraya tergelak.“Panggil saja aku, Shawn. Teman Jayden adalah temanku juga.” Arjoona makin terkikik kecil dan itu membuat Shawn ikut tersenyum tulus.“Aku ingin menagih janjimu untuk datang ke New York. Kapan kita bisa
Seorang pria berjalan masuk ke sebuah klub malam setelah mendapat berita jika Admiral Shawn Miller berada di sana. Dialah Kapten Ozuna yang dipecat dari kesatuannya karena keterlibatannya pada pembelian senjata ilegal. Saat Shawn mengetahui, Ozuna langsung terkena hantaman Shawn yang hampir mematahkan rahangnya.Namun bukan itu saja yang membuatnya marah. Shawn hanya diberi hukuman indisipliner sementara dirinya harus dipecat akibat ikut membalas pukulan Shawn 6 bulan lalu.Ia sudah memukul Admiral bintang satu saat itu dan Shawn langsung memproses kasus pemecatan untuk William Ozuna. Kehilangan pekerjaan dan posisinya untuk naik pangkat membuat Ozuna kian berang. Ia mencari jalan untuk membuat Shawn bertekuk.Salah satunya adalah lewat pengadilan militer. Shawn memang salah satu perwira yang berprestasi tapi ia juga punya catatan buruk. Beberapa pelaut mengaku pernah terkena hukuman fisik yang berlebihan dari Shawn Miller. Namun tak ada yang berani melapor kare
(21+)Napas Kiran sontak tersengal sewaktu melihat Shawn berjalan ke arahnya tanpa berkedip. Ia seperti predator yang siap untuk menerkam mangsanya. Perasaan Kiran langsung tak enak apalagi saat mata Shawn menyisiri tubuhnya dari atas sampai bawah.Kiran berencana lari tapi tangannya dengan cepat ditarik Shawn dan menubruk dada bidangnya yang tanpa atasan. Kiran mendecit karena tubrukan itu dan napas memburu Shawn adalah yang membuatnya tercekat melebarkan matanya.“Hai, cantik!” desah Shawn di depan wajah Kiran. Kiran hanya bisa mengepalkan tangan sementara tangan Shawn sedang merengkuh pinggangnya. Ada yang benda aneh di depan pinggul depan Kiran tapi ia tak berani menunduk untuk melihat benda apakah itu.“Admiral, tolong lepaskan aku!” ujar Kiran dengan nada ketakutan. Shawn tahu dan sadar yang ia lakukan tapi ia tak bisa mengendalikan gairahnya saat ini. Mabuk pada obat perangsang plus pengaruh alkohol yang belum hilang makin m
Kiran terus menangis dan kali ini saat ia bisa bergerak, ia turun perlahan dari ranjang. Tak mampu berjalan, ia akhirnya jatuh dengan selimut yang masih membalut tubuhnya tersebut. Shawn tertidur sudah di atas ranjang dan masih belum bangun. Ia tak sadar baru saja melakukan pemaksaan pada wanita yang tak seharusnya ia sentuh meski adalah seorang istri.Kiran akhirnya meringkuk di dekat ranjang berbalut duvet yang terkena sedikit noda darah. Tetapi noda yang lebih besar ada di seprai yang digunakan melapisi ranjang.Tak ada yang bisa dilakukan selain menahan rasa sakit dan ingin lari tapi ia tak sanggup. Sampai akhirnya lewat tengah malam, Shawn sedikit menggeliat. Isak Kiran masih terdengar satu-satu tapi ia sudah jauh lebih tenang dari pada sebelumnya.Mata Shawn terbuka lalu mengerjapkan beberapa kali mencoba meraih kesadaran dibalik rasa berat kepala yang begitu menyerang hebat. Shawn lantas melihat dirinya sendiri, ia tak berpakaian dan sebelah lengannya lan