Share

Istri Kaya Yang Tersembunyi
Istri Kaya Yang Tersembunyi
Penulis: Ningrum Arumi

1. Dia Istriku

"Tak, tak… tak…"

Suara sendok yang beradu memecah kesunyian di ruang makan. 

Nyonya Riley duduk dengan raut wajah suram, dia memotong daging di piringnya dengan tangannya yang gemetar. Hatinya dipenuhi kebencian hampir sulit baginya untuk menelan makanan.

Putrinya Rieta duduk dengan wajah tidak kalah suram, matanya memicing saat dia menatap Julia yang duduk dengan raut wajah ketidaknyamanan. 

Satu-satunya orang yang memasang wajah datar adalah James, dia duduk dengan tenang sambil melipat kakinya dan menikmati secangkir kopi di tangannya.

Nyonya Riley tidak tahan dengan keheningan di meja makan, dia menyimpan set alat makannya dan menatap ke arah Julia. Memikirkan wanita miskin seperti dia menjadi menantunya membuat hatinya marah. Darahnya mendidih hingga ke atas kepala.

"James, bagaimanapun Ibu memikirkannya ini semua tidak benar. Kakekmu juga sangat tidak masuk akal, jika itu hanya kompensasi kita bisa memikirkan cara yang lain, bagaimana bisa kau menikah dengan wanita seperti dia?" 

Julia mengangkat kepala dan di saat yang sama tatapannya bertemu dengan tatapan sengit Nyonya Riley, Julia terkejut, dia buru-buru menunduk.

Rieta menatap ke arah Julia dan mencibir. "Benar Kakak, ini tidak masuk akal. Aku tidak setuju dengan pernikahanmu, memikirkan setiap kali aku harus makan bersama di meja yang sama, aku benar-benar tidak nyaman. Aku tidak bisa memiliki ipar seperti dia." Rieta sang adik kembali ikut mengeluh, dia kesal karena kakaknya menikah dengan wanita seperti Julia.

"Jika aku harus memiliki ipar, setidaknya dia harus seorang model atau seorang anak konglomerat seperti kita juga. Bukan yatim piatu seperti dia. Apa yang bisa dia berikan untuk Kakak? Keuntungan apa yang kita dapat? Dia tidak bisa memberi apapun selain menjadi beban keluarga, lambat laun dia akan menguras harta kekayaan keluarga kita. Aku bisa melihatnya, dia seperti ular yang bertingkah polos tetapi menyimpan bisa yang kuat, lihatlah matanya, itu dipenuhi dengan kelicikan."

James menatap ibu dan adiknya dengan tatapan tidak masuk akal, dahinya mengernyit mendengar ucapan mereka.

"Coba kau pikirkan lagi." kata Riley. "Kau bisa mendapatkan wanita manapun yang kau mau, mengapa kau harus menikah dengan wanita seperti dia? Dia jelas melihatmu sebagai mangsa, dia ingin memanfaatkanmu untuk menguras habis harta kekayaan keluarga kita. Aku bahkan curiga, bisa saja kecelakaan itu disengaja."

Rieta mengangguk mendukung ucapan ibunya. "Benar Kakak, bisa saja itu disengaja, bisa saja mereka memang menargetkan mu sedari awal. Ini belum terlambat jika kakak membuangnya. Aku akan mengenalkan Kakak dengan wanita lain."

Seakan tidak peduli dengan keluhan anggota keluarganya, James dengan tenang mengangkat cangkir kopinya dan menyesapnya perlahan. "Tidak akan ada yang berubah."

Sikap James yang keras kepala dan acuh tak acuh membuat Riley yang marah menjadi semakin marah. 

"James, kau ingin membuat Ibu jatuh pingsan dan dilarikan ke rumah sakit? Apa hebatnya wanita ini hingga kau terus membelanya?"

James menyimpan kembali cangkir kopinya, dia memiringkan kepala dan menatap wajah ibunya yang memerah. "Kalau begitu temui kakek dan katakan padanya bahwa Ibu tidak setuju dengan keputusannya."

"Apa maksudmu? Kau ingin Ibu pergi ke kuburan dan bertanya kepada orang mati? Kakekmu sudah tidak ada, tidak ada alasan bagimu untuk menjalankan wasiatnya yang tidak masuk akal."

"Benar Kakak." Rieta mengangguk untuk mendukung ucapan ibunya. "Kakek sudah tidak ada, bahkan jika itu sebuah wasiat, kau menikah dengannya atau tidak kakek juga tidak akan tau."

James tidak menjawab, dia menolehkan kepala dan menatap ke arah Julia. Wanita yang menjadi istrinya itu hanya diam membisu seperti batu, dia terus menunduk.

Pada saat yang sama ponsel James berbunyi. Melihat jika panggilan itu berasal dari sekretarisnya, dia buru-buru mengangkatnya. 

"Halo?"

"Tuan Muda, rapat akan segera dimulai dan semua orang sudah menunggu."

"Aku mengerti."

Panggilan berakhir begitu saja, James bangkit berdiri dan merapikan pakaiannya. Ini sudah waktunya bagi dia untuk bekerja, dia tidak punya waktu untuk mendengar keluhan ibu dan saudarinya.

Melihat James bangkit dari kursinya, Riley mengerutkan dahi. "Kau mau kemana? Kita belum selesai berbicara."

"Aku memiliki rapat penting di pagi hari."

Riley buru-buru memegang kepalanya memasang wajah seakan dia kesakitan. "Kepalaku pusing setiap kali memikirkan pernikahanmu. Kau adalah satu-satunya putraku yang akan mewarisi keluarga kita, mengapa kau harus menikah dengannya? Banyak wanita lain, tidak harus dia."

"Itu keputusanku!" 

"James…!"

Mata James menyipit dia menatap ibunya yang memasang wajah marah padanya. Tatapannya kemudian beralih dan menatap Julia yang baru saja selesai dengan makannya. Wajah Julia terlihat pucat pasi seperti orang mati.

"Aku tetap tidak setuju, aku tidak akan pernah mengakuinya sebagai menantuku."

James tidak langsung menjawab. Pria dengan rahang tegas dan hidung mancung itu berdiri seraya membetulkan jas hitamnya yang mengkilap dan merapatkan dasinya.

Ia menatap ibunya dengan dingin, "Tidak akan ada yang berubah, Julia tetap menjadi istriku dan dia menantumu, Bu."

Setelah mengatakannya James melangkah dengan kaki panjangnya dan meninggalkan meja makan, dia bahkan tidak peduli ketika ibunya memanggil kembali namanya. 

Tepat ketika dia hendak melewati pintu, langkahnya terhenti, dia berbalik dan menatap ke arah Julia. "Julia, nanti supir yang akan mengantarmu pulang."

Julia hendak menjawab, tetapi Riley buru-buru berbicara. "Mengapa Julia harus kembali? Aku sedang tidak enak badan dan butuh seseorang untuk merawatku, karena dia menantuku itu wajar baginya untuk menemaniku di sini."

James berdiri di tempatnya, dia menatap ibunya lurus-lurus, wajahnya datar tanpa ekspresi.

"Apa kau tidak percaya padaku?" Riley berbicara dengan sedikit menuduh. "Kau pikir aku akan menindas istrimu? Kau bilang pernikahan sudah terjadi dan dia sudah menjadi menantuku, apalagi yang bisa aku lakukan? Karena kau sudah dewasa kau tidak lagi mendengarkan ucapan Ibumu dan lebih banyak membantah, tidak ada yang bisa aku lakukan jika kau bersikap keras kepala. Aku tidak memiliki pilihan selain menerimanya, jadi biarkan Julia disini. Aku ingin berbincang dengannya."

"Ibu…" Rieta tidak percaya dengan ucapan ibunya. "Apa maksudmu, Ibu?" Rieta bingung mengapa ibunya tiba-tiba bersikap baik? Apakah dia benar-benar menerima Julia? "Mengapa Ibu tiba-tiba menerimanya?"

"Apalagi yang bisa kita lakukan?" Riley melambaikan tangannya. "Sudahlah, ini pernikahan kakakmu, jadi biarkan saja "

Rieta hampir terjungkal dia tidak percaya dengan ucapan ibunya. Dia kehilangan kata-katanya, bagaimana bisa ibunya tiba-tiba berubah seperti itu?

Adapun Julia dia akhirnya membuka suara. "Baiklah, aku akan tinggal di sini."

James menatap Julia, dahinya berkerut sesaat. "Oke, terserah kau saja."

Setelah mobil yang ditumpangi James pergi, raut wajah Riley berubah seketika. Dia mengambil satu gelas air dan menyiramnya ke wajah Julia.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status