Share

2. Sadari Posisimu

Julia tersentak ketika wajahnya disiram air oleh ibu mertuanya. Sambil mengusap wajahnya, ia menatap ibu mertuanya dengan sayu,

"Ibu... Kenapa..."

"Kau, kau pasti menyihir putraku. James yang selalu patuh padaku bahkan membangkang." Suara kemarahan Riley naik dua oktaf. "Kau pikir kau siapa? Kau pikir kau cocok dengan putraku? Aku tidak akan pernah mengakuimu sebagai menantuku, tidak akan pernah!"

Rieta tercengang dengan perubahan sikap ibunya yang tiba-tiba. Dia berpikir ibunya benar-benar menerima Julia. Tetapi ternyata itu hanya akting.

Melihat Julia basah kuyup seperti tikus, Rieta dengan semangat berbicara hampir tertawa. "Wah lihatlah wajahnya, dia sangat mirip dengan tikus, dengan wajah seperti ini dia bahkan berani merayu saudara laki-lakiku? Ck, bahkan anjing lebih baik darinya."

Julia yang disiram terkejut hingga membeku di tempatnya, dia menunduk dan mengepalkan tinjunya. Itu juga bukan keinginannya untuk menikah dengan pria seperti James. Saat itu dia juga tidak memiliki pilihan. 

Melihat Julia terdiam, Rieta kembali berbicara. "Lihatlah, sekarang dia bahkan mengabaikan kita. Karena ibunya bisu apakah dia sekarang menjadi bisu juga?" Rieta mengejek Julia dengan penuh semangat. "Lihatlah wajah miskinnya itu, setiap hari dia pasti bermimpi untuk menjadi Nyonya rumah ini. Sayangnya, bahkan jadi pembantu disini pun dia tidak layak."

Riley mengangguk setuju. Benar, bahkan menjadi pelayan di rumahnya pun Julia tidak layak. Dia lebih cocok menjadi gelandangan di jalan-jalan. Dan ketika dia kembali memikirkan bahwa gelandangan ini benar-benar menantunya, hatinya diliputi kemarahan, semakin dia melihat wajah Julia semakin marah hatinya.

"Julia, kau tidak cocok dengan putraku, seharusnya kau tidak bermimpi begitu tinggi, kau hanya serangga yang merangkak di tanah sedangkan putraku seperti elang yang terbang diatas langit, beraninya kau menyamakan dirimu dengan putraku, bahkan membawa salah satu sepatunya pun kau tidak layak. Kau seharusnya tau di mana tempatmu berada. Jangan bermimpi terlalu tinggi."

Julia mengangguk lemah. "Aku tau, aku mengerti!" Jika bukan karena keadaan, dia juga tidak akan menikah dengan pria seperti James.

"Jika kau mengerti maka tinggalkan putraku."

"Itu… aku tidak bisa…"

"Wah Bu lihatlah, dia bilang dia mengerti, tetapi dia tidak mau meninggalkan kakak, sangat tidak tau malu, dia memiliki wajah yang bahkan lebih tebal dari kulit badak, dia sangat cocok untuk dipukuli." 

"Aku, benar-benar tidak bisa bercerai."

Riley merasakan tekanan darahnya naik, hampir terjatuh, dia buru-buru meraih sandaran sofa di sisinya.

"Bu, apa Ibu baik-baik saja?" Rieta buru-buru meraih lengan ibunya. Dia kemudian melotot ke arah Julia. "Lihatlah, karenamu Ibuku hampir saja jatuh pingsan dan kau masih berani menunjukkan wajahmu di hadapan kami?"

Riley menatap ke arah Julia, kemarahan hampir menelan dirinya.

"Julia, pergilah ke dapur dan bantu pelayan di sana, kau juga harus mencuci, menyapu dan mengepel lantai hingga bersih. Ah, jangan lupa bersihkan juga perabotan ku, aku akan melihat kerja kerasmu lagi nanti. Jangan berpikir untuk kabur."

Riley kemudian pergi disusul oleh Rieta dibelakangnya. Wajah Rieta terlihat sangat tidak senang karena ibunya melepaskan Julia begitu saja. "Ibu, mengapa Ibu membiarkannya seperti itu? Ini kesempatan kita untuk lebih menindasnya. Wanita itu harus tau di mana tempatnya berada."

Riley meraih tangan putrinya dan menjawab. "Melihatnya lebih lama membuat kulit kepalaku sakit, jadi biarkan dia melakukan tugas pelayan. Kita akan memikirkan cara agar James bercerai dengannya."

Rieta terdiam dengan ucapan ibunya, melihat bagaimana sifat kakaknya dia tau bahwa kakaknya keras kepala, jika dia sudah membuat keputusan tidak ada yang bisa mengganggunya.

"Ibu lihat sendiri bagaimana kakak, meski kita sudah berbicara setiap hari dan mengeluh padanya hingga mulut kita sakit, dia tetap teguh dengan keputusannya. Satu-satunya cara hanyalah Julia, wanita itu yang harus menggugat cerai kakak."

Riley mengerutkan dahi, tetapi ucapan putrinya terdengar masuk akal. "Benar, kita harus memaksa Julia untuk bercerai dengan James. Tapi, bagaimana caranya?" Dahi Riley semakin berkerut saat dia berpikir dengan keras. "Wanita itu juga tidak ingin berpisah dengan James. Tidak peduli apa yang kita katakan, dia masih bersikap tidak tau malu, dia pasti bermimpi setiap hari untuk menjadi nyonya rumah ini."

Rieta mendengus kesal. "Huh, mimpi yang bagus. Aku akan membuatnya menyesal karena memiliki mimpi seperti itu."

Setelah kata-kata itu, Rieta kemudian pergi. Riley menatap putrinya dan mendesah, dia duduk di sofa dan memijat kepalanya, dia merasa kepalanya berdenyut, ini masih pagi hari tetapi energinya seakan terkuras habis.

***

Julia pergi ke dapur seperti yang diperintahkan, ketika dia hendak mengupas bawang, seorang koki dengan galak berbicara. 

"Apa yang kau lakukan disini? Jangan menyentuh itu."

Julia menyimpan kembali bawangnya. "Ibu memintaku untuk membantu kalian memasak."

"Membantu?" 

Koki mengerutkan dahi, dia adalah koki di rumah ini dan dapur adalah areanya. tidak nyaman baginya jika orang baru menyentuh bahan makanannya. 

"Dari pada itu, lebih baik bantu aku untuk pergi membeli beberapa bahan makanan di supermarket. Nyonya ingin steak dan beberapa hidangan lainnya. Aku kekurangan bahan dan seperti yang kau lihat, semua orang sibuk dengan pekerjaannya. Karena kau diminta Nyonya untuk membantuku maka pergilah dan beli beberapa bahan."

Julia mengangguk, dia mengambil daftar bahan yang diserahkan koki padanya. 

"Pastikan untuk mendapatkan semuanya dalam keadaan segar."

"Baik."

Julia segera keluar dari rumah, dia pergi ke supermarket dan membeli bahan-bahan yang koki perintahkan. Dia memilih barang-barang yang paling segar. Berjalan dari satu rak ke rak lain, Julia dengan cepat memenuhi keranjangnya.

"Jenny, bukankah itu saudara perempuanmu?" Seorang wanita dengan riasan tebal berbicara kepada Jenny, adik Julia. Mereka berdua berdiri di sisi rak dan menatap ke arah Julia yang tengah sibuk memilih sayuran segar. "Bukankah dia penyebab ibumu mati, karenanya kau menjadi yatim piatu, tetapi dia terlihat biasa saja, apakah dia tidak memiliki rasa bersalah?"

Jenny mengepalkan tinjunya, dia pergi untuk berbelanja bahan makanan, tidak disangka dia akan melihat saudara perempuannya yang tidak memiliki ikatan darah dengannya. 

"Bukankah dia terlihat berbeda? Dulu aku melihatnya tampak lusuh dan kusam, tetapi lihat penampilan nya sekarang, dia tampak anggun dan aku yakin harga gaun yang dia kenakan juga sangat mahal. Tidakkah semua itu seharusnya menjadi milikmu? Mengapa Tuan Muda James memilih menikah dengannya dari pada menikah denganmu? Kau yang mengalami kerugian disini bukan dia."

Wanita itu berbicara dengan menggebu-gebu, dia adalah teman Jenny dan tidak tahan dengan ketidakadilan yang diterima Jenny. "Aku dengar dia juga bukan kakak kandungmu, orang tuanya membuangnya di jalanan jika bukan karena ibumu merawatnya, dia pasti sudah mati. Seharusnya dia berterima kasih padamu dan menyadari posisinya, seharusnya kau yang menikah dengan Tuan Muda James dan menikmati kemewahan, dia sangat serakah. Dia mengambil semua yang menjadi milikmu. Saat itu, ibumu juga lebih peduli padanya seakan dia putri kandungnya bukan kau."

Jenny mengepalkan tinjunya. Julia, kakaknya yang tidak memiliki ikatan darah dengannya selalu membuatnya marah dan cemburu, tidak hanya kecantikannya yang luar biasa tetapi dia juga mengambil semua perhatian ibunya. 

"Haruskah kita mendatanginya?" Wanita itu kembali berbicara melihat Jenny hanya diam dia merasa tidak tahan. "Mari kita beri pelajaran."

Jenny menganggukan kepalanya, dia menatap ke arah Julia yang pergi menuju kasir.

Setelah selesai membayar, Julia keluar dari supermarket, sinar matahari pagi jatuh dan menerpa tubuh Julia, kulitnya yang putih pucat tampak bersinar dengan warna keemasan, rambut pirang panjangnya semakin terang di bawah cahaya. Dia tampak luar biasa indah bahkan jika dia hanya berdiri di sana.

Jenny terdiam, dia menyipitkan matanya ketika cahaya membutakan penglihatannya, kecemburuannya datang berkali-kali lipat, dia melirik sekitaran dan mendapati orang-orang yang berjalan menatap ke arah Julia, rasa kesal yang dia rasakan semakin bertambah parah.

"Kakak…" Jenny segera memanggil Julia dan berjalan ke arahnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status