Share

Part 6 : Bekal?

Penulis: Cloudberry
last update Terakhir Diperbarui: 2025-09-19 18:11:42

Setelah selesai mencuci piring dan membersih kan dapur. Luna kembali ke dalam kamarnya mengambil selimut beserta kedua bantal favoritnya.

Duduk disofa ruang keluarga. Menyalakan televisi membuka saluran youtubue melalui televisi pintar di ruang keluarga tersebut.

Menonton kartun favoritnya regal academy sambil makan camilan favoritnya buah pear yang renyah.

Buhhh.....

Jaya duduk di samping istrinya. Memakai kaos kaki dan sepatunya. Bersiap berangkat ke kampus.

"Abanggg......!!" Jerit Luna tak suka Jaya duduk di sebelahnya.

"Abanggg......" Jaya menirukan suara istrinya yang terdengar lucu menurutnya.

Plakkkk...........

Luna memukul bahu Jaya sekuat tenaga. Tapi bukannya meringis kesakitan, Jaya malah terkikik meledek istrinya.

"Halah pukulan kayak gitu aja di pamerin...ayo pukul lagi kalau bisa" ledek Jaya pada istrinya, merasa pukulan istrinya tak sakit sama sekali.

"Abanggggg.......!" Jerit Luna kesal menarik selimutnya. Berbaring diatas sofa sambil memindah siaran televisi ke siaran favoritnya.

"Lunaaa......." balas Jaya pada Luna. Membuat wajah sang istri merah padam karena marah.

Srrrkkkkkk........

Luna menarik selimut tebalnya. Menutupi wajah kusamnya dari Jaya. Bersembunyi di balik selimutnya.

"Adekkkk.........." Jaya menindih tubuh mungil Luna. Menarik selimut yang menutupi tubuh istrinya setengah. Menatap istri kecilnya penuh harap.

"Apaan sih bang? Timpuk-timpuk Luna? Kalau mau berangkat? Berangkat aja! Udah setengah delapan noh! Biasanya jam enam juga sudah berangkat!" Omel Luna ketus menunjuk kearah Jam dinding.

"Cium abang dulu!" Jaya menunjuk pipi kanan nya, berharap Luna menolaknya. Lalu ia akan memaksa gadis kecil itu menciumnya seperti di novel-novel.

Entah kenapa semenjak Luna mencium pipinya sekali. Jaya jadi kecanduan dicium oleh istri buluknya. Jaya merasa seperti diperhatikan oleh istrinya. Terlebih pagi ini Jaya merasa menjadi pria paling bahagia. Karena Luna membuatkan breakfast dan bekal makan siang untuknya.

Cuppp..........

Luna mengecup pipi kanan Jaya sekali. Tidak sesuai dengan ekspetasi Jaya. Jaya kira Luna akan menolak permintaannya. Lalu Jaya akan memaksakan kehendaknya seperti di dunia novel.

"Sekali lagi" menunjuk pipi kirinya.

Cuppp........

Luna mengecup pipi kiri Jaya.

"Sudah sana pergi kerja!" Usir Luna pada suaminya.

"Gak mau!" Tolak Jaya yang belum puas menggoda istri kecilnya.

"Abangg...ihhhh.....berat tahu...!" Keluh Luna yang tubuhnya di tindih oleh Jaya.

"Sekali lagi....." mendekatkan wajahnya ke wajah sang istri.

"Cupppp...mmm" Luna kembali mengecup pipi Jaya sekali lagi dan menambahkan sedikit hadiah kecil di akhir.

"Lunaaa.....jorok tahuuu......!" Bentak Jaya bangkit dari posisinya menindih tubuh kecil Luna. Mengusap jidatnya yang diberi bumbu oleh istri kecilnya dengan tisu.

Niat hati mau membuat istri kecilnya kesal karena tingkahnya. Namun tetap ia juga yang dilanda rasa kesal. Bisa-bisanya gadis muda berstatus istrinya itu, menambahkan topping air liur di kecupannya.

"Rasain! Siapa suruh gangguin Luna!" Ucap Luna memelototi Jaya galak.

"KAMU....YAHHHH!!!!" Jaya tak kalah galak dari istrinya.

"Macam-macam lagi! Awas sertifikat PBAK kamu abang tahan!" ancam Jaya menuding wajah sang istri.

"Ihhhh.....abanggg.......ihhhh...gak asyik! Main sertifikat PBAK di tahan pula! Kan adek udah ikut PBAK 4 hari! Gak pakai bolos juga! Banyak bertanya juga!? Katanya yang banyak bertanya dapat nilai plus kemarin?!" Protes Luna bangkit dari posisi berbaringnya, tak terima dengan ancaman Jaya.

"Khusus punyamu abang tahan!" Ucap Jaya sinis.

"Abanggg......" rengek Luna menghentak-hentak kan kedua kakinya ke sofa, memejamkan mata sambil menangis layaknya bocah lima tahun yang tak beri permen oleh ibunya. Berharap Jaya mengalah padanya.

Bukan Jaya Baya jika kalah dari istrinya. Sudah menikah untuk kedua kalinya tidak mungkin Jaya masih bodoh seperti dulu.

Terlalu mencintai istrinya sampai lupa tugas suami bukan cuma sekedar menafkahi dan membahagiakan sang istri. Tapi membimbing dan mendidik istrinya ke jalan kebaikan.

Andai istrinya berjalan kearah yang menyimpang. Jaya tentu harus membimbing sang istri kembali ke jalan kebaikan. Bukannya tutup mata demi kebahagian sang istri. Yang pada akhirnya semua perbuatan sang istri akan berimbas padanya.

"Abangggg........" panggil Luna pelan membuka mata kirinya perlahan. Mengintip keberadaan sang suami Jaya. Luna membelalakkan kedua matanya saat menyadari Jaya menghilang dari pandangannnya.

"JAYA BAYAAAA........!!!!!" Teriak Luna menggelegar memanggil nama suaminya kesal.

Keesokan pagi harinya Luna mengambil jaket anti uv, topi, dan masker pelindung wajahnya. Memakainya sebagai pelindung tubuh dan wajahnya. Berharap tidak akan ada seorang pun mengenalinya.

Pagi-pagi sekali Luna berangkat ke IAIN curup kampus tercintanya. Pukul enam pagi Luna Aulia sudah berada tepat di depan gedung RKB Fakultas/ Fakultas Tarbiyah.

Menghirup nafas dalam-dalam berharap dengan berangkat pagi -pagi begini belum ada mahasiswa yang datang ke kampus. Tapi Luna lupa ada anak-anak asrama yang bebas berkeliaran di kampus kapan saja.

Andai bukan karena Jaya yang tidak pulang tadi malam. Meminta dibuatkan sarapan dan bekal makan siang. Luna mana mungkin pagi -pagi begini sudah berapa di kampus.

Hari ini Luna memiliki jadwal tes tahsin (kelas tahsin) yang di bimbimg ustazd alfaranzi pagi ini. Tapi tidak sepagi ini masih satu setengah jam lagi sebelum Tahsin di mulai.

Luna mengendap-ngendap masuk ke gedung RKB. Mengagetkan petugas kebersihan yang sedang menyapu lantai lobby. Seorang staf TU yang telah tiba di gedung RKB pun ikut terkejut dengan kemunculan Luna yang tiba-tiba.

"Astagaa......nak! Kamu ini ngejutin ibuk saja" latah ibu-ibu petugas kebersihan.

"Bu pak dekan ada gak?" Tanya Luna setengah berbisik takut ada yang mendengar.

"Kamu mahasiswa baru? Kok udah sampai sini? Bukannya PBAK sudah selesai hari kamis kemarin?" Ujar seorang pria berpakaian staf TU.

"Hehehe....ini ada pesanan dari bapak Jaya Baya" jawab Luna menunjukkan tas jinjing berisi dua set kotak makan isolasi termal.

"Bekal?" Staf pria tersebut mengangkat satu alisnya keatas.

"Heummm......" mengangguk pelan.

"Kamu penggemarnya pak Jaya yah?" Tuduh pria asing itu spontan. Sebab banyak mahasiswi-mahasiswi di IAIN curup melakukan hal serupah demi mengejar cinta seorang Jaya Baya duda keren tanpa anak.

"Tentu saja Bukan!" Bantah Luna cepat.

"Laluuu.....?" Mendekatkan wajahnya ke wajah Luna curiga.

"Lalu apa?" tanya Luna mengigit ujung lidahnya getir. Jantungnya berdetak kencang takut statusnya sebagai istri Jaya terungkap.

"Kamu pastiiii........." ucap pria itu menggantung membuat jantung Luna semakin berdetak tak karuan.

"Uhukkk.......kamu pasti pembantunya" tebak pria tersebut setelah batuk sekali.

"Syukurlah...." pikir Luna lega tidak ada yang mencurigai perihal pernikahan rahasianya dengan Jaya. Mesti di curigai pembantu Jaya Luna tidak mempermasalahkannya. Lebih baik dari pada dicurigai sebagai istrinya. Rupanya penampilan buluk Luna bisa menguntungkan dirinya juga.

"Bukan-bukannn...! Ini cathering pesanan pak dekan hehehe....." cengir Luna di balik masker dan topi jaket yang menutupi wajahnya hampir 90%, tersisa mata saja.

"Kamu punya cathering?" Tanya ibu-ibu petugas kebersihan.

"Punya ibuku" bohong Luna. Padahal ia dan ibu nya tidak pernah punya bisnis cathering sama sekali.

"Kalau begitu saya bisa pesan cathering sama kamu juga dong" celetuk staf TU bersamaan dengan ibu petugas kebersihan.

"Iya" Luna mengiyakan perkataan dua orang dewasa yang tak dikenalnya. Tiba-tiba sebuah ide bisnis muncul di otaknya.

Bagaimana jika Luna membuka bisnis cathering kecil-kecilan? Siapa tahu bisa menambah penghasilannya? Itung-itung buat nambah uang jajan untuknya. Uang jajannya dari Jaya memang cukup buat sehari-harinya.

Tapi apa salahnya? Jika Luna mencoba menambah pemasukkan? Harap-harap bisa menabung untuk biaya S2 nya di korea.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Istri Kecil Pak Dekan   Part 07 : Asal Tabrak?

    "Omong-omong beliau sudah datang belum?" tutur Luna kembali pada topik semula. Namun tidak ada satu pun diantara keduanya yang menjawab pertanyaan Luna."Kalau beliau belum datang. Saya mau nitip aja gimana?" Sambung Luna membuyarkan lamunan keduanya."Ehkkhhh....beliau sudah datang. Tapi biar ibu saja yang mengantarkannya. Kamu pasti ada kelas tahsin pagi ini. Sehingga datang secepat ini." Ucap sih ibu mengambil tas lunch box dari tangan kanan Luna. Seluruh staf di gedung RKB tahu betul. Jaya Baya paling benci di ganggu oleh orang-orang yang tak berkepentingan seperti Luna. Orang yang dapat menemui Jaya adalah orang-orang yang memiliki keperluan/kepentingan khusus dengannya. Jika tidak maka akan diusirnya dengan cara yang kejam. Semua orang tahu Jaya adalah orang tergalak dan paling tegas di Institut tersebut. Tak ada seorang pun yang berani melawan kehendak nya. Termasuk Rektor (paman Jaya) dan Warek I (ayah Jaya). "Terima kasih banyak, yah bu" Luna menyerah kan tas di tangan k

  • Istri Kecil Pak Dekan   Part 6 : Bekal?

    Setelah selesai mencuci piring dan membersih kan dapur. Luna kembali ke dalam kamarnya mengambil selimut beserta kedua bantal favoritnya. Duduk disofa ruang keluarga. Menyalakan televisi membuka saluran youtubue melalui televisi pintar di ruang keluarga tersebut. Menonton kartun favoritnya regal academy sambil makan camilan favoritnya buah pear yang renyah. Buhhh..... Jaya duduk di samping istrinya. Memakai kaos kaki dan sepatunya. Bersiap berangkat ke kampus. "Abanggg......!!" Jerit Luna tak suka Jaya duduk di sebelahnya. "Abanggg......" Jaya menirukan suara istrinya yang terdengar lucu menurutnya. Plakkkk........... Luna memukul bahu Jaya sekuat tenaga. Tapi bukannya meringis kesakitan, Jaya malah terkikik meledek istrinya. "Halah pukulan kayak gitu aja di pamerin...ayo pukul lagi kalau bisa" ledek Jaya pada istrinya, merasa pukulan istrinya tak sakit sama sekali. "Abanggggg.......!" Jerit Luna kesal menarik selimutnya. Berbaring diatas sofa sambil memindah siaran t

  • Istri Kecil Pak Dekan   Part 05 : Breakfast

    Oleh sebabnya, Luna tak berani mendrama seperti gadis-gadis novel bila di jodohkan dengan orang tua mereka. Sebab sesungguhnya yang berhutang pada Jaya Baya adalah dirinya sendiri. Karenanya jugalah Luna tak berani mendrama tidak ingin tidur sekamar atau seranjang oleh suaminya. Luna patuh pada keinginan dan otoritas Jaya Baya, suaminya. Karena nyawa dan hidupnya milik Jaya Baya. "Untukmu" Jaya membuyarkan lamunan Luna yang sedang mengenang masa lalu menyakit kan beberapa bulan lalu sembari menscrool aplikasi oren,mengeranjangi barang-barang yang ingin di belinya. Memberikan uang tunai sebesar satu juta rupiah. Melihat kesempatan merubah istrinya menjadi bidadari datang. Awalnya Jaya pikir gadis kecil itu tak tertarik menjadi cantik atau sekadar membeli peralatan kecantikan. Karena istrinya menggunakan uang mahar sebesar 50 juta yang diberikannya untuk membeli emas. Tanpa sepengetahuan dirinya. Nyatanya gadis kecil itu terobsesi menjadi peri kecil di negeri bel. "Buatku?" Menun

  • Istri Kecil Pak Dekan   Part 04 : Kenangan piluu

    "Abanggggg........." jerit Luna merengek. Menahan kakinya ke lantai berharap tubuhnya tak pindah tempat. Namun sayang tenaganya kalah jauh dari Jaya. "Wudhu sana! Abang tunggu!" Jaya mendorong tubuh Luna ke dalam kamar mandi. "Abanggg........" menghentak-hentakkan kakinya ke lantai kamar mandi."LUNAAA.......!" Nada menekan. "Iya baiklah" pasrah. Akhirnya secara terpaksa Luna melaksanakan shalat magrib berjamaah bersama suaminya. Jaya tersenyum melihat Luna misuh-misuh (ngedumel) setelah usai melaksanakan shalat berjamaah bersamanya. Meski sulit diatur dan kekanak-kanakkan istri kecilnya itu pasti akan tunduk bila berhadapan dengannya. Cuma ia harus lebih sabar, galak dan tegas lagi. Jika tidak istri kecilnya itu yang akan memenangkan pertarungan. Cruncchhhh........Crunccchhhhh....... Luna melanjutkan mengunyah apel merah berjenis apel fuji tersebut. Membaringkan tubuhnya di tempat tidur."Suka apelnya?" Tanya Jaya membaringkan tubuhnya di sebelah Luna. "Suka" sahut Luna fo

  • Istri Kecil Pak Dekan   Part 03 : Shalat Magrib

    Tanpa berpikir panjang Jaya menghampiri istrinya yang tengah mencuci pakaiannya di ruangan laundry. Meminta izin untuk menyantap rendang lezat buatannya. Sebenarnya Jaya tidak mengizinkan istrinya mencuci baju. Lebih baik bajunya dan baju istrinya di cuci saja. Karena akan sangat merepotkan sebab keduanya harus sama-sama pergi ke kampus. Jaya juga sudah memberikan uang untuk membayar laundry. Namun, Luna tetap kekeuh ingin mencuci dan menyetrika pakaian sendiri. Biar uangnya bisa disimpan katanya. Jaya bisa berkata apa bila istrinya sudah kekeuh dengan kemauannya. Lagi pula ia bisa pamer kepada rekan-rekan kerjanya. Jika kali ini ia tak menikahi gadis yang salah. Tokkk.....Tokkk......Jaya mengetuk pintu ruang laundry yang terbuka dua kali. Supaya istri kecilnya itu tak terkejut. "Dekk......" panggil Jaya lembut."Heumm......" Luna menolehkan kepalanya."Rendangnya abang makan yah?" Ucap Jaya meminta izin pada istrinya. Karena selama ini Jaya tidak pernah memakan masakan Luna.

  • Istri Kecil Pak Dekan   Part 02 : Dimana Rendangku?

    "Minggirr......" usir Luna pada suaminya, sambil memegang sapu di tangan kanannya. Bersiap menyapu lantai. "Iya" Jaya mengangkat kakinya ke sofa. Melentangkan tubuhnya, meletakkan kedua tangannya di belakang tengkuknya, berbaring di atas sofa. Memejamkan matanya sejenak, berniat tidur sebentar guna menghilangkan kantuknya sejenak. Baru sejenak Jaya memejamkan matanya bel rumah berbunyi. Luna melangkahkan kakinya menuju pintu utama. Melihat siapa yang datang. Ternyata mamang grab yang datang, mengantar nasi padang pesanan suaminya."Mbak, benar ini rumah bapak jaya?" Tanya tukang grab mengira Luna sebagai asisten rumah tangga. "Iya pak" jawab Luna singkat."Ini ada pesanan atas nama bapak jaya baya" jelas sih bapak-bapak tukang grab. "Berapa pak?" Tanya Luna menanyakan nominal pesanan tersebut, sebelum meminta uang pada suaminya. "Udah di bayar kok, mbak" jawab bapak grab sopan. Menyerahkan bungkusan berisi nasi padang milik Jaya. "Terima kasih, pak." Ucap Luna lembut, menampilka

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status