Mag-log inSetelah selesai mencuci piring dan membersih kan dapur. Luna kembali ke dalam kamarnya mengambil selimut beserta kedua bantal favoritnya.
Duduk disofa ruang keluarga. Menyalakan televisi membuka saluran youtubue melalui televisi pintar di ruang keluarga tersebut. Menonton kartun favoritnya regal academy sambil makan camilan favoritnya buah pear yang renyah. Buhhh..... Jaya duduk di samping istrinya. Memakai kaos kaki dan sepatunya. Bersiap berangkat ke kampus. "Abanggg......!!" Jerit Luna tak suka Jaya duduk di sebelahnya. "Abanggg......" Jaya menirukan suara istrinya yang terdengar lucu menurutnya. Plakkkk........... Luna memukul bahu Jaya sekuat tenaga. Tapi bukannya meringis kesakitan, Jaya malah terkikik meledek istrinya. "Halah pukulan kayak gitu aja di pamerin...ayo pukul lagi kalau bisa" ledek Jaya pada istrinya, merasa pukulan istrinya tak sakit sama sekali. "Abanggggg.......!" Jerit Luna kesal menarik selimutnya. Berbaring diatas sofa sambil memindah siaran televisi ke siaran favoritnya. "Lunaaa......." balas Jaya pada Luna. Membuat wajah sang istri merah padam karena marah. Srrrkkkkkk........ Luna menarik selimut tebalnya. Menutupi wajah kusamnya dari Jaya. Bersembunyi di balik selimutnya. "Adekkkk.........." Jaya menindih tubuh mungil Luna. Menarik selimut yang menutupi tubuh istrinya setengah. Menatap istri kecilnya penuh harap. "Apaan sih bang? Timpuk-timpuk Luna? Kalau mau berangkat? Berangkat aja! Udah setengah delapan noh! Biasanya jam enam juga sudah berangkat!" Omel Luna ketus menunjuk kearah Jam dinding. "Cium abang dulu!" Jaya menunjuk pipi kanan nya, berharap Luna menolaknya. Lalu ia akan memaksa gadis kecil itu menciumnya seperti di novel-novel. Entah kenapa semenjak Luna mencium pipinya sekali. Jaya jadi kecanduan dicium oleh istri buluknya. Jaya merasa seperti diperhatikan oleh istrinya. Terlebih pagi ini Jaya merasa menjadi pria paling bahagia. Karena Luna membuatkan breakfast dan bekal makan siang untuknya. Cuppp.......... Luna mengecup pipi kanan Jaya sekali. Tidak sesuai dengan ekspetasi Jaya. Jaya kira Luna akan menolak permintaannya. Lalu Jaya akan memaksakan kehendaknya seperti di dunia novel. "Sekali lagi" menunjuk pipi kirinya. Cuppp........ Luna mengecup pipi kiri Jaya. "Sudah sana pergi kerja!" Usir Luna pada suaminya. "Gak mau!" Tolak Jaya yang belum puas menggoda istri kecilnya. "Abangg...ihhhh.....berat tahu...!" Keluh Luna yang tubuhnya di tindih oleh Jaya. "Sekali lagi....." mendekatkan wajahnya ke wajah sang istri. "Cupppp...mmm" Luna kembali mengecup pipi Jaya sekali lagi dan menambahkan sedikit hadiah kecil di akhir. "Lunaaa.....jorok tahuuu......!" Bentak Jaya bangkit dari posisinya menindih tubuh kecil Luna. Mengusap jidatnya yang diberi bumbu oleh istri kecilnya dengan tisu. Niat hati mau membuat istri kecilnya kesal karena tingkahnya. Namun tetap ia juga yang dilanda rasa kesal. Bisa-bisanya gadis muda berstatus istrinya itu, menambahkan topping air liur di kecupannya. "Rasain! Siapa suruh gangguin Luna!" Ucap Luna memelototi Jaya galak. "KAMU....YAHHHH!!!!" Jaya tak kalah galak dari istrinya. "Macam-macam lagi! Awas sertifikat PBAK kamu abang tahan!" ancam Jaya menuding wajah sang istri. "Ihhhh.....abanggg.......ihhhh...gak asyik! Main sertifikat PBAK di tahan pula! Kan adek udah ikut PBAK 4 hari! Gak pakai bolos juga! Banyak bertanya juga!? Katanya yang banyak bertanya dapat nilai plus kemarin?!" Protes Luna bangkit dari posisi berbaringnya, tak terima dengan ancaman Jaya. "Khusus punyamu abang tahan!" Ucap Jaya sinis. "Abanggg......" rengek Luna menghentak-hentak kan kedua kakinya ke sofa, memejamkan mata sambil menangis layaknya bocah lima tahun yang tak beri permen oleh ibunya. Berharap Jaya mengalah padanya. Bukan Jaya Baya jika kalah dari istrinya. Sudah menikah untuk kedua kalinya tidak mungkin Jaya masih bodoh seperti dulu. Terlalu mencintai istrinya sampai lupa tugas suami bukan cuma sekedar menafkahi dan membahagiakan sang istri. Tapi membimbing dan mendidik istrinya ke jalan kebaikan. Andai istrinya berjalan kearah yang menyimpang. Jaya tentu harus membimbing sang istri kembali ke jalan kebaikan. Bukannya tutup mata demi kebahagian sang istri. Yang pada akhirnya semua perbuatan sang istri akan berimbas padanya. "Abangggg........" panggil Luna pelan membuka mata kirinya perlahan. Mengintip keberadaan sang suami Jaya. Luna membelalakkan kedua matanya saat menyadari Jaya menghilang dari pandangannnya. "JAYA BAYAAAA........!!!!!" Teriak Luna menggelegar memanggil nama suaminya kesal. Keesokan pagi harinya Luna mengambil jaket anti uv, topi, dan masker pelindung wajahnya. Memakainya sebagai pelindung tubuh dan wajahnya. Berharap tidak akan ada seorang pun mengenalinya. Pagi-pagi sekali Luna berangkat ke IAIN curup kampus tercintanya. Pukul enam pagi Luna Aulia sudah berada tepat di depan gedung RKB Fakultas/ Fakultas Tarbiyah. Menghirup nafas dalam-dalam berharap dengan berangkat pagi -pagi begini belum ada mahasiswa yang datang ke kampus. Tapi Luna lupa ada anak-anak asrama yang bebas berkeliaran di kampus kapan saja. Andai bukan karena Jaya yang tidak pulang tadi malam. Meminta dibuatkan sarapan dan bekal makan siang. Luna mana mungkin pagi -pagi begini sudah berapa di kampus. Hari ini Luna memiliki jadwal tes tahsin (kelas tahsin) yang di bimbimg ustazd alfaranzi pagi ini. Tapi tidak sepagi ini masih satu setengah jam lagi sebelum Tahsin di mulai. Luna mengendap-ngendap masuk ke gedung RKB. Mengagetkan petugas kebersihan yang sedang menyapu lantai lobby. Seorang staf TU yang telah tiba di gedung RKB pun ikut terkejut dengan kemunculan Luna yang tiba-tiba. "Astagaa......nak! Kamu ini ngejutin ibuk saja" latah ibu-ibu petugas kebersihan. "Bu pak dekan ada gak?" Tanya Luna setengah berbisik takut ada yang mendengar. "Kamu mahasiswa baru? Kok udah sampai sini? Bukannya PBAK sudah selesai hari kamis kemarin?" Ujar seorang pria berpakaian staf TU. "Hehehe....ini ada pesanan dari bapak Jaya Baya" jawab Luna menunjukkan tas jinjing berisi dua set kotak makan isolasi termal. "Bekal?" Staf pria tersebut mengangkat satu alisnya keatas. "Heummm......" mengangguk pelan. "Kamu penggemarnya pak Jaya yah?" Tuduh pria asing itu spontan. Sebab banyak mahasiswi-mahasiswi di IAIN curup melakukan hal serupah demi mengejar cinta seorang Jaya Baya duda keren tanpa anak. "Tentu saja Bukan!" Bantah Luna cepat. "Laluuu.....?" Mendekatkan wajahnya ke wajah Luna curiga. "Lalu apa?" tanya Luna mengigit ujung lidahnya getir. Jantungnya berdetak kencang takut statusnya sebagai istri Jaya terungkap. "Kamu pastiiii........." ucap pria itu menggantung membuat jantung Luna semakin berdetak tak karuan. "Uhukkk.......kamu pasti pembantunya" tebak pria tersebut setelah batuk sekali. "Syukurlah...." pikir Luna lega tidak ada yang mencurigai perihal pernikahan rahasianya dengan Jaya. Mesti di curigai pembantu Jaya Luna tidak mempermasalahkannya. Lebih baik dari pada dicurigai sebagai istrinya. Rupanya penampilan buluk Luna bisa menguntungkan dirinya juga. "Bukan-bukannn...! Ini cathering pesanan pak dekan hehehe....." cengir Luna di balik masker dan topi jaket yang menutupi wajahnya hampir 90%, tersisa mata saja. "Kamu punya cathering?" Tanya ibu-ibu petugas kebersihan. "Punya ibuku" bohong Luna. Padahal ia dan ibu nya tidak pernah punya bisnis cathering sama sekali. "Kalau begitu saya bisa pesan cathering sama kamu juga dong" celetuk staf TU bersamaan dengan ibu petugas kebersihan. "Iya" Luna mengiyakan perkataan dua orang dewasa yang tak dikenalnya. Tiba-tiba sebuah ide bisnis muncul di otaknya. Bagaimana jika Luna membuka bisnis cathering kecil-kecilan? Siapa tahu bisa menambah penghasilannya? Itung-itung buat nambah uang jajan untuknya. Uang jajannya dari Jaya memang cukup buat sehari-harinya. Tapi apa salahnya? Jika Luna mencoba menambah pemasukkan? Harap-harap bisa menabung untuk biaya S2 nya di korea.Matanya berbinar menatap semua barang impiannya ada didepan mata. Luna tak pernah menyangka jika ia akan mendapatkan barang impiannya dengan mudah. Tidak hanya Luna yang merasa bahagia. Jaya juga ikut merasakan kebahagiaan yang Luna rasakan. Sebab gadis nakal itu menciumnya beberapa kali dalam semenit. Mengucapkan terima kasih dengan caranya sendiri. Akan tetapi, kebahagian dan keceriahan sore itu hancur karena kedatangan Alfaranzi. Luna langsung bete saat melihat adik iparnya, yang lebih tua tujuh tahun dari dirinya itu. Semuanya bermula saat Luna membolos mata kuliah ulumul quran dan tidak mengerjakan tugas. Kebetulan Alfaranzi bersahabat baik dengan dosen pengampu mata kuliah ulumul quran di kelas Luna. Berbekal kesaksian dan rekaman suara sahabatnya sebagai barang bukti. Alfaranzi nekat mengadukan kelakuan jahanam Luna yang sudah kabur dari kelas ulumul quran sebanyak tiga kali. Tentu Jaya yang mendengar tingkah nakal Luna. Memberi teguran kecil kepada sang istri. Supaya tid
"Abanggggg......" teriak Luna tak terima dengan pengaturan suaminya. "Tertelan nanti abang yang repot yah, Luna!" Mengacungkan jari telunjuknya kearah Luna. Menatap manik matanya tajam. Sengaja nada bicaranya sedikit ditinggikan. Jika tidak gadis nakal itu pasti akan mencari gara-gara dengannya. Tampak pemilik wajah cantik itu sudah mengerucutkan bibirnya. "Abanggg......" Luna merengek berharap Jaya mengizinkannya menyimpan banyak biji kelengkeng dipipinya. "Tidak boleh! Abang sibuk ya, jangan cari masalah" Tutur Jaya tegas seraya memeriksa berkas-berkas penting dihadapannya. "Abangggg....." menarik-narik celana dasar Jaya pelan, menggunakan ujung jarinya."Tidak yah! Abang ambil nanti kelengkengnya!" Ancam Jaya mengulurkan tangannya berniat mengambil keranjang rotan berisi buah-buahan milik Luna. "Tidak....tidakkk....!" Luna secepat kilat mendekap keranjang buahnya. Sebelum Jaya sempat menjangkau keranjang buahnya. "Makanya kalau abang bilang tidak boleh! Ya, tidak boleh!" Tega
"Makanya besok-besok jangan berani ngebantah lagi kalau orang ngomong!" Tegas Jaya mengingatkan istrinya. "Iya" sahut Luna terpaksa. Bangkit dari tempat duduknya. Berniat berjalan kegedung rektorat meninggalkan suaminya. "Tinggalkan salad buahnya" perintah Jaya dingin menarik tupperware berisi salad buah dari tangan sang istri. "Abanggg....." rengek Luna lagi. "Ambil buat jajan" Jaya meletakkan dua lembar seratus ribuan ditelapak tangan sang istri. Luna menunduk lesuh mendapati uang lembaran seratus ribuan ditelapak tangannya. Jika sudah begitu ia tidak dapat membantah perkataan suaminya. Kalau ia tolak uang pemberian suaminya, besok-besok bagaimana jika membutuhkan uang. Tentu ia akan gengsi meminta belas kasihan suaminya. "Thank you bang" melambaikan tangannya lalu berlari menuju ke gedung rektorat. Mengikuti kuliah istitah meski sudah terlambat dua setengah jam. Jaya menyuapkan salad buah ke mulutnya memandangi kepergian sang istri dengan tatapan kosong. Tak per
Srrrrrkkkkkkkk..........Jaya menarik pergelangan tangan kiri istrinya. Menyeret gadis kecil itu menuju ruang LPPM di dekat gedung rektorat. Guna memarahi gadis nakal pembuat masalah tersebut. Aaaaaaa..........Suara teriakkan keluar dari bibir mungil Luna. Terkejut Jaya menariknya secara tiba-tiba. Matanya membeliak kaget mendapati tubuhnya setengah terseret ketanah. Beruntung ia bisa menstabilkan tubuhnya segera. Jika tidak pantatnya pasti akan mencium aspal pagi ini. Orang-orang yang melihat Luna diseret oleh Jaya cuma bisa menggeleng pelan. Dapat di pastikan mahasiswi baru itu akan mendapatkan pencerahan dari langit. Brukkk.....Jaya mendudukkan Luna dikursi lalu dia sendiri duduk tepat dihadapan istri kecilnya yang jahanam. Menatap tajam gadis nakal itu. Telat satu jam saja sudah keterlaluan. Ini dia malah berani telat dua jam. Dimana letak harga diri Jaya sebagai dekan dan suaminya. "Kenapa terlambat?" Tanya Jaya sinis dengan volume suara yang sedikit dikecilkan. "Tadi ket
Jaya membenarkan posisi duduknya. Menatap lembut istri kecilnya. Lalu berkata "Soto betawi nya abang kirim ke rumah umi sama abah" lembut."Abang ihhhh.....kok gak bilang-bilang?" Mengerucutkan bibirnya. "Hmmm......" Jaya berdehem pelan mengeluar kan lembaran kertas merah dari dompetnya sebanyak lima lembar. Lalu memberikannya kepada sang istri. Luna menerima pemberian Jaya menyimpan lembaran uang seratus ribuan tersebut ke dalam dompet serut dipinggangnya. Plekkk...........Tiba-tiba Luna merebahkan tubuhnya di atas tubuh sang suami. Mendesalkan wajahnya di dada bidang milik Jaya. "Heyyy...apa-apaan Luna?" Protes Jaya tak terima dengan perubahan sikap Luna yang selalu mendadak. "Mau bobok" memeluk pinggang Jaya lembut."Luna tidak ada ya tidur ditubuh abang...!!!" Ucap Jaya tegas melarang sang istri untuk tidak tidur diatas tubuhnya. "Mau bobok disini....." memejamkan matanya. "Haduhhh....Lunaa....abang ini pria normal yah!" Mendorong tubuh Luna menjauh dari tubuhnya, namun gag
Aroma rempah yang kuat dan khas seperti kayu manis, cengkeh, dan pala mulai menguar di udara. Aroma creamy dan sedikit manis dari santan dan susu. Menambah kenikmatan tersendiri bagi orang yang mencium wangi soto betawi ini. Belum lagi aroma gurih dari potongan daging sapi yang sudah diaduk rata ke dalam kuah santan. Setelah sebelumnya di rebus secara terpisah dengan rempah-rempah, guna menghilangkan bau amis dan lemak jahat di dalamnya. Membuat kelezatan soto betawi buatan Luna semakin menggugah selera. Bawang merah dan bawang putih serta bawang goreng yang ditambahkan saat penyajian. Menambah aroma yang khas dan pedas serta wangi yang lezat. Jaya menelan air liurnya melihat sang istri menyantap soto betawi buatannya seorang diri. Tanpa banyak bicara Jaya mengayunkan kakinya ke arah dapur. Menyiapkan soto betawi untuk dirinya sendiri. Dari pada ia ribut dengan istri kecilnya. Jaya tahu Luna selalu masak dalam jumlah yang lumayan banyak. Biasanya gadis kecil nakal itu menyetok ma







