Share

Istri Kecil Pak Guru Seksi
Istri Kecil Pak Guru Seksi
Penulis: Dee Hwang

1. Suami misterius

“Kenapa kamu murung begitu?” Suara berat seorang pria terdengar, Laura segera sadar dari lamunannya, lalu ia tersenyum pada pria yang sudah berstatus menjadi suaminya. Sebuah topeng melekat di wajah pria itu.

Demi melunasi semua hutangnya, ibu Laura menjualnya kepada seorang pria berusia tiga puluh tahun.

Laura yang baru saja menginjak usia tujuh belas tahun sempat menolak dan berontak, namun pada akhirnya Laura menyerah.

Saat itu Laura menangis tersedu-sedu, di dalam kamar apartemen.

Apartemen baru dengan harga yang fantastis, sekitar 60 sampai 70 miliar rupiah.

Laura diminta untuk tinggal di apartemen itu sampai tuan yang membelinya datang.

Akan tetapi, yang datang adalah seorang pria bertopeng. Pria itu mengatakan wajahnya sangat buruk. Karena itu, tidak ada seorang pun yang mau menikah dengannya.

Mereka pun menikah kecil-kecilan, secara rahasia dan sembunyi-sembunyi.

Suami Laura tidak menyentuh Laura sejak menikah, dia pun masih membebaskan Laura, jadi Laura masih bisa sekolah seperti biasa.

Saat itu, Noa mengenakan setelan hitam-hitam bersamaan dengan topeng putihnya.

“Ak-aku tidak murung kok, aku tersenyum, lihat ini!”

Noa terkekeh pelan, “haha, kamu lucu sekali, jelas-jelas aku melihatmu murung tadi.”

Saat menggunakan topeng, dengan tubuh seindah itu, Laura saja merasa bergairah. Terlepas bagaimana rupanya. Namun, Noa belum mau menyentuhnya, dia bilang belum saatnya.

Laura bukanlah gadis polos, dia tahu seberapa pahitnya kehidupan. Bahkan dia hampir saja kehilangan kesuciannya.

Ada seorang pria yang memberi hutang pada ibunya. Pria gila itu memaksa untuk tidur dengan Laura, tapi pria itu ketahuan istrinya, Laura terselamatkan.

Akan tetapi, kejadian itu tidak sekali dua kali. Cukup sering Laura masih bersyukur kesuciannya bisa terselamatkan.

Laura terkejut saat tangan dengan sarung tangan putih milik Noa meraih dagunya. Laura menatap topeng itu, dia tidak tahu bagaimana ekspresi Noa di dalam topeng.

Apakah dia tersenyum? Atau malah mengejek Laura?

“Aku hanya berdebar-debar akan masuk ke sekolah, ada banyak ketakutan dalam diriku, aku gugup,” ucap Laura.

Tangan Noa beralih untuk mengusap rambut Laura pelan, “tidak perlu gugup, aku akan ada untuk menemanimu.”

Laura menatap Noa dengan tatapan bingungnya, apa maksudnya menemani? Bukankah Noa kerja di kantornya?

“Kamu cantik, istriku,” ucap Noa.

Entah mengapa, ucapan sederhana itu mampu membuat wajah Laura bersemu merah. Laura menjadi malu-malu karenanya. 

“Jika suatu saat kamu melihat parasku, apakah kamu akan kecewa karena aku sangat jelek?” tanya Noa.

Bahkan suara Noa yang berat itu terdengar seksi, sangat merdu di telinga Laura.

Laura tersenyum kecil, “Tidak, kamu suamiku, sejelek apa pun kamu, aku akan menerimamu, lagi pula, aku tidak punya pilihan lain kan?”

Noa melepas tangannya dari dagu Laura.

“Kau benar, kau tidak punya pilihan, pergilah ke sekolah barumu, ada Satria yang mengantarmu ke sana dan mengurus segalanya. Ingatlah, kamu ini bebas, jangan mengatakan pada siapa pun jika kamu memiliki suami, apalagi jika mengatakan namaku di depan orang lain, anggap saja dirimu itu bebas. Kamu memiliki pacar lain juga terserah.”

“Tapi kenapa? Aku tidak malu kok, aku malah sangat bangga menjadi istrimu lagi pula aku tidak akan melirik lelaki lain!”

Noa mendengus. “Aku ini buruk rupa!”

“Aku tidak peduli!”

“Kamu keras kepala ya? Turuti saja perintahku, okay?”

Laura tersenyum kecil lalu menganggukkan kepalanya, “baiklah.”

Setelah itu Laura pergi. Dia memasuki mobil yang disiapkan Satria, pelayan yang mengawal dan menjadi supir pribadi Laura.

Namun, karena Satria belum datang, Laura sudah masuk terlebih dahulu.

Dari dalam mobil Laura bisa melihat Noa keluar, dengan masih mengenakan topeng, dia memasuki mobil lain. 

Satria datang pada Noa, mengatakan entah apa padanya. Setelah Satria menganggukkan kepala beberapa kali, barulah kemudian berjalan menuju mobil Laura.

Satria tersenyum ramah pada Laura, “maaf saya terlambat, Nona – oh iya, saya diminta memanggil Anda ‘Nona’, dan bukan Nyonya, tidak masalah, kan?”

Laura menggeleng, “tidak kok, bahkan jika kamu memanggil Laura saja, aku tidak keberatan.”

“Tentu saja tidak mungkin, Nona adalah istri tuan saya, sudah sepatutnya saya menghormati Nona juga.”

“Oh iya, Kak Satria–”

“Panggil saja Satria, tidak perlu pakai kakak, jangan sungkan dengan saya.”

Laura terkekeh pelan, “Haha, baiklah, Satria. Boleh kah aku bertanya? Apakah Suamiku akan mengunjungi sekolah? Dia bilang akan menemaniku di sekolah.”

Satria terdiam sejenak. Namun, tidak lama kemudian dia terkekeh canggung, “mungkin maksudnya menemani di dalam hati?”

Laura mengernyitkan dahinya, “masa sih?”

“Ah, Nona tidak perlu memikirkan itu, Nona hanya perlu memikirkan sekolah saja.”

Satria adalah pria muda yang baik. Dia terlihat seperti berusia sekitar 20 tahunan atau lebih.

Mobil melaju di tengah hiruk-pikuk kota, hingga sampailah mereka pada sebuah bangunan besar nan mewah, VHS. 

Varold High School, sekolah mewah terbesar di negara ini.

VHS adalah sekolah yang lengkap, memiliki berbagai tingkatan sekolah yang lengkap mulai dari tingkat balita hingga perguruan tinggi.

Dulu Laura sangat kagum dengan sekolah itu. Sekolah impiannya bahkan saat ayahnya masih ada.

Dia pikir pemiliknya adalah orang yang sangat kaya. Namun, sekolah itu masih milik keluarga suaminya.

Nama Suami Laura adalah Noa Stevanno Varold.

Laura pikir bisa melacak bagaimana rupa suaminya di internet, berhubung keluarga Varold sangat terkenal, sudah pasti informasi itu mudah didapat. Namun, tidak ada informasi apa pun, semuanya privasi.

Laura tidak tahu seburuk apakah rupanya hingga tidak ada wanita mana pun yang mau menikahinya. Karena setahu Laura, dengan harta dan kekuasaan, wanita mana pun akan mau menikahi pria buruk rupa. Apalagi tubuh suami Laura, itu sangat bagus.

Tubuh Noa tinggi, berotot, sangat sempurna.

Satria memasukkan mobilnya sampai pada parkir mobil.

Beberapa siswa minggir dan menatap kagum pada mobil mewah keluaran terbaru yang dinaiki Laura.

Laura yang tidak tahu tentang mobil menjadi khawatir. Kenapa mereka semua menatapnya seperti itu.

Laura keluar dari mobil setelah Satria membukakan pintu untuknya. Satria juga membawakan tas milik Laura.

Dia membawa Laura pergi ke ruang kepala sekolah.

 Satria baru pergi setelah ada guru yang mengantar Laura datang.

“Kenalkan, aku Bu Meri, mulai sekarang, Kkmu akan menjadi bagian dari sekolah ini. Nona Laura. Selamat datang,” ucap Bu Meri.

“Terima kasih Bu Meri,” sahut Laura.

“Jangan sungkan, lewat sini, kelasmu ada disini.”

Mereka terus memasuki lorong, hingga sampai pada sebuah kelas.

 

Entah hanya perasaan Laura atau apa, tapi dia merasa ada yang aneh dengan Noa dan Satria, seperti ada yang disembunyikan.

Laura tidak tahu saja, jika yang terjadi lebih dari itu, Noa bukan sekedar datang ke sekolah. Namun, lebih dari itu, sesuatu yang akan membuatnya terkejut bukan main.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Alana Nourah
besttttt ...️...️...️...️
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status