“Kenapa kamu murung begitu?” Suara berat seorang pria terdengar, Laura segera sadar dari lamunannya, lalu ia tersenyum pada pria yang sudah berstatus menjadi suaminya. Sebuah topeng melekat di wajah pria itu.
Demi melunasi semua hutangnya, ibu Laura menjualnya kepada seorang pria berusia tiga puluh tahun.
Laura yang baru saja menginjak usia tujuh belas tahun sempat menolak dan berontak, namun pada akhirnya Laura menyerah.
Saat itu Laura menangis tersedu-sedu, di dalam kamar apartemen.
Apartemen baru dengan harga yang fantastis, sekitar 60 sampai 70 miliar rupiah.
Laura diminta untuk tinggal di apartemen itu sampai tuan yang membelinya datang.
Akan tetapi, yang datang adalah seorang pria bertopeng. Pria itu mengatakan wajahnya sangat buruk. Karena itu, tidak ada seorang pun yang mau menikah dengannya.
Mereka pun menikah kecil-kecilan, secara rahasia dan sembunyi-sembunyi.
Suami Laura tidak menyentuh Laura sejak menikah, dia pun masih membebaskan Laura, jadi Laura masih bisa sekolah seperti biasa.
Saat itu, Noa mengenakan setelan hitam-hitam bersamaan dengan topeng putihnya.
“Ak-aku tidak murung kok, aku tersenyum, lihat ini!”
Noa terkekeh pelan, “haha, kamu lucu sekali, jelas-jelas aku melihatmu murung tadi.”
Saat menggunakan topeng, dengan tubuh seindah itu, Laura saja merasa bergairah. Terlepas bagaimana rupanya. Namun, Noa belum mau menyentuhnya, dia bilang belum saatnya.
Laura bukanlah gadis polos, dia tahu seberapa pahitnya kehidupan. Bahkan dia hampir saja kehilangan kesuciannya.
Ada seorang pria yang memberi hutang pada ibunya. Pria gila itu memaksa untuk tidur dengan Laura, tapi pria itu ketahuan istrinya, Laura terselamatkan.
Akan tetapi, kejadian itu tidak sekali dua kali. Cukup sering Laura masih bersyukur kesuciannya bisa terselamatkan.
Laura terkejut saat tangan dengan sarung tangan putih milik Noa meraih dagunya. Laura menatap topeng itu, dia tidak tahu bagaimana ekspresi Noa di dalam topeng.Apakah dia tersenyum? Atau malah mengejek Laura?
“Aku hanya berdebar-debar akan masuk ke sekolah, ada banyak ketakutan dalam diriku, aku gugup,” ucap Laura.
Tangan Noa beralih untuk mengusap rambut Laura pelan, “tidak perlu gugup, aku akan ada untuk menemanimu.”
Laura menatap Noa dengan tatapan bingungnya, apa maksudnya menemani? Bukankah Noa kerja di kantornya?
“Kamu cantik, istriku,” ucap Noa.
Entah mengapa, ucapan sederhana itu mampu membuat wajah Laura bersemu merah. Laura menjadi malu-malu karenanya.
“Jika suatu saat kamu melihat parasku, apakah kamu akan kecewa karena aku sangat jelek?” tanya Noa.
Bahkan suara Noa yang berat itu terdengar seksi, sangat merdu di telinga Laura.
Laura tersenyum kecil, “Tidak, kamu suamiku, sejelek apa pun kamu, aku akan menerimamu, lagi pula, aku tidak punya pilihan lain kan?”
Noa melepas tangannya dari dagu Laura.
“Kau benar, kau tidak punya pilihan, pergilah ke sekolah barumu, ada Satria yang mengantarmu ke sana dan mengurus segalanya. Ingatlah, kamu ini bebas, jangan mengatakan pada siapa pun jika kamu memiliki suami, apalagi jika mengatakan namaku di depan orang lain, anggap saja dirimu itu bebas. Kamu memiliki pacar lain juga terserah.”
“Tapi kenapa? Aku tidak malu kok, aku malah sangat bangga menjadi istrimu lagi pula aku tidak akan melirik lelaki lain!”
Noa mendengus. “Aku ini buruk rupa!”
“Aku tidak peduli!”
“Kamu keras kepala ya? Turuti saja perintahku, okay?”
Laura tersenyum kecil lalu menganggukkan kepalanya, “baiklah.”
Setelah itu Laura pergi. Dia memasuki mobil yang disiapkan Satria, pelayan yang mengawal dan menjadi supir pribadi Laura.
Namun, karena Satria belum datang, Laura sudah masuk terlebih dahulu.
Dari dalam mobil Laura bisa melihat Noa keluar, dengan masih mengenakan topeng, dia memasuki mobil lain.
Satria datang pada Noa, mengatakan entah apa padanya. Setelah Satria menganggukkan kepala beberapa kali, barulah kemudian berjalan menuju mobil Laura.
Satria tersenyum ramah pada Laura, “maaf saya terlambat, Nona – oh iya, saya diminta memanggil Anda ‘Nona’, dan bukan Nyonya, tidak masalah, kan?”
Laura menggeleng, “tidak kok, bahkan jika kamu memanggil Laura saja, aku tidak keberatan.”
“Tentu saja tidak mungkin, Nona adalah istri tuan saya, sudah sepatutnya saya menghormati Nona juga.”
“Oh iya, Kak Satria–”
“Panggil saja Satria, tidak perlu pakai kakak, jangan sungkan dengan saya.”
Laura terkekeh pelan, “Haha, baiklah, Satria. Boleh kah aku bertanya? Apakah Suamiku akan mengunjungi sekolah? Dia bilang akan menemaniku di sekolah.”
Satria terdiam sejenak. Namun, tidak lama kemudian dia terkekeh canggung, “mungkin maksudnya menemani di dalam hati?”
Laura mengernyitkan dahinya, “masa sih?”
“Ah, Nona tidak perlu memikirkan itu, Nona hanya perlu memikirkan sekolah saja.”
Satria adalah pria muda yang baik. Dia terlihat seperti berusia sekitar 20 tahunan atau lebih.
Mobil melaju di tengah hiruk-pikuk kota, hingga sampailah mereka pada sebuah bangunan besar nan mewah, VHS.
Varold High School, sekolah mewah terbesar di negara ini.
VHS adalah sekolah yang lengkap, memiliki berbagai tingkatan sekolah yang lengkap mulai dari tingkat balita hingga perguruan tinggi.
Dulu Laura sangat kagum dengan sekolah itu. Sekolah impiannya bahkan saat ayahnya masih ada.
Dia pikir pemiliknya adalah orang yang sangat kaya. Namun, sekolah itu masih milik keluarga suaminya.
Nama Suami Laura adalah Noa Stevanno Varold.
Laura pikir bisa melacak bagaimana rupa suaminya di internet, berhubung keluarga Varold sangat terkenal, sudah pasti informasi itu mudah didapat. Namun, tidak ada informasi apa pun, semuanya privasi.
Laura tidak tahu seburuk apakah rupanya hingga tidak ada wanita mana pun yang mau menikahinya. Karena setahu Laura, dengan harta dan kekuasaan, wanita mana pun akan mau menikahi pria buruk rupa. Apalagi tubuh suami Laura, itu sangat bagus.
Tubuh Noa tinggi, berotot, sangat sempurna.
Satria memasukkan mobilnya sampai pada parkir mobil.
Beberapa siswa minggir dan menatap kagum pada mobil mewah keluaran terbaru yang dinaiki Laura.
Laura yang tidak tahu tentang mobil menjadi khawatir. Kenapa mereka semua menatapnya seperti itu.
Laura keluar dari mobil setelah Satria membukakan pintu untuknya. Satria juga membawakan tas milik Laura.
Dia membawa Laura pergi ke ruang kepala sekolah.
Satria baru pergi setelah ada guru yang mengantar Laura datang.
“Kenalkan, aku Bu Meri, mulai sekarang, Kkmu akan menjadi bagian dari sekolah ini. Nona Laura. Selamat datang,” ucap Bu Meri.
“Terima kasih Bu Meri,” sahut Laura.
“Jangan sungkan, lewat sini, kelasmu ada disini.”
Mereka terus memasuki lorong, hingga sampai pada sebuah kelas.
Entah hanya perasaan Laura atau apa, tapi dia merasa ada yang aneh dengan Noa dan Satria, seperti ada yang disembunyikan.Laura tidak tahu saja, jika yang terjadi lebih dari itu, Noa bukan sekedar datang ke sekolah. Namun, lebih dari itu, sesuatu yang akan membuatnya terkejut bukan main.
Bu Meri membuka pintu kelas, sontak anak-anak yang tadinya ramai itu, kini menjadi sunyi. Semua mata tertuju pada Laura. Bisik-bisik tidak terelakkan.Laura gugup, mulai sekarang, tempat itu akan menjadi sekolahnya. Sekolah yang dulu ia impikan. Dibilang menyenangkan, tentu saja menyenangkan, dibilang sulit ... ya, sulit juga. Ada banyak orang yang ingin berkenalan dengan Laura, mulai dari perempuan hingga laki-laki. “Hai Laura! Aku Ruby, salam kenal! hehe, seneng deh akhirnya punya teman sebangku!” “Hai aku Dave, ketua kelas, jika kamu membutuhkan sesuatu katakan saja padaku, ya?” “Kamu cantik banget, merek skin carenya apa ya?” Akan tetapi, ada saja yang tidak menyukai Laura. Seperti Selyn dan teman-temannya, Laura juga tidak mengerti kenapa. Namun, mereka sepertinya terganggu dengan keberadaan Laura. Sebenarnya Laura tidak peduli juga dengan mereka mau membencinya atau apa, yang penting kan Laura tidak melakukan hal buruk pada mereka. Akan tetapi, bagaimana Laura tidak pe
Noa Stevanno Varold adalah putra hasil perselingkuhan tuan besar Varold. Namun karena istri sah tuan besar mandul, keluarga Varold sangat bahagia dengan adanya Noa.Mereka menjadikan Noa sebagai tuan muda yang sangat disayangi dan dimanja.Awalnya semua hal sangat indah bagi Noa. Dia memiliki fisik yang sempurna, paras yang rupawan, kecerdasan, kekuatan, kelincahan, kreatifitas, segalanya dia miliki.Hingga suatu saat istri kedua ayahnya, atau ibu kandung Noa tiba-tiba diceraikan begitu saja. Karena istri pertama yang mandul itu tiba-tiba mengandung.Ayah Noa mengatakan hal paling menyakitkan bagi ibu dan Noa.“Jika bukan karena wajah cantikmu, aku tidak akan menyukaimu. Sekarang setelah melahirkan dan memiliki anak, kamu menjadi gemuk dan tidak merawat diri. Aku lebih mencintai istri pertamaku yang jauh lebih cantik darimu.”Perkataan itu hingga Noa dewasa terus melekat dalam benaknya, membuat dia membenci ayah kandungnya.Akan tetapi, orangtua ayahnya, atau kakek-neneknya menyayangi
Laura tidak tahu harus bereaksi seperti apa, dia senang, sangat senang malah, saat Noa memuji masakannya. Waktu itu Laura merasa dia sudah satu langkah lebih dekat menjadi istri yang baik, meski yang dia lakukan hanya memasak.Namun, yang membuat Laura bimbang adalah, dia harus memasak setiap hari untuk Noa. Dia sudah meminta pelayan untuk tidak memasak lagi, meski itu saat sarapan.Bukannya Laura tidak mau, tapi dia cemas, banyak hal yang dia takutkan. Bagaimana jika dia tidak bisa bangun pagi untuk memasak? Bagaimana jika masakannya tidak sesuai selera Noa lagi? Bagaimana jika Laura terlambat memasak lalu Noa marah?Laura sangat cemas.Selain itu, yang membuat Laura semakin cemas adalah, Noa mengatakan dia akan menyentuh Laura malam ini. Itulah kenapa Laura saat ini sudah bersiap-siap, dia memakai gaun tidur yang cantik. Dia bahkan mandi lagi agar bau bawang dan asap tidak menempel di tubuhnya.Laura berdebar-debar, ada rasa cemas, ada rasa takut, ada pula rasa tidak sabar, yang pas
Laura merasa sangat bahagia, saat dia bangun di pagi hari, Noa ternyata tidur disisinya, memeluknya erat.Walaupun Laura merasa bingung, kenapa Noa masih saja memakai topeng saat tidur? Topeng itu bahkan tidak bergeser sedikit pun.Sebenarnya Laura sedih, dengan Noa tidak mau memperlihatkan wajahnya. Entah itu baik atau buruk, Laura akan mencoba untuk menerimanya. Dengan Noa tidak mau menunjukkan pada Laura, membuat Laura merasa Noa masih belum mempercayainya.Tidak aneh sih, mungkin Noa masih menganggap Laura orang asing baginya, jadi Noa masih belum percaya.Karena Noa tertidur, Laura memiliki keinginan untuk membuka topeng itu. Namun, Laura tidak ingin mengkhianati kepercayaan Noa sedikit pun, jadi dia mengurungkan niatnya tersebut.Akan tetapi, Laura tidak bisa berhenti memandangi wajah tampan Noa. Yah, walaupun tampan karena Noa menggunakan topeng, apapun itu, Noa tetap tampan bagi Laura.Takut-takut, Laura menundukkan tubuhnya, untuk mendekati wajah Noa, kemudian mengecup bibir
“Sayang, mau jalan-jalan?” tanya Noa tiba-tiba, saat itu Laura sedang mengeringkan rambutnya dengan hairdryer, menoleh pada suaminya sambil menatap penuh antusias. “Jalan-jalan ke mana?” Noa mengedikkan bahunya, “entah, kamu maunya ke mana?” Laura terlihat berpikir sejenak, “aku sebenarnya tidak terlalu mengenal sekitar sini, tapi aku suka ke taman atau ke pantai,” ucap Laura antusias. Bibir Noa membentuk senyuman tipis, “kalau begitu kita ke pantai, aku memiliki villa dengan pantai pribadi, ada yacht kecil juga di depannya jika kamu ingin menaikinya, tapi, kamu sudah baikan? Maksudku, tidak sakit lagi?” Laura mengangguk pelan, “tidak terlalu sakit kok, lagi pula kita ke sana kan naik mobil” ucap Laura, masih saja antusias. Noa gemas melihat istri kecilnya tersenyum lebar seperti itu, dia terlihat bahagia hanya karena hal sederhana. “Kalau begitu aku akan siap-siap ya, kamu bawa apa yang dibutuhkan, jika tidak ada kau bisa mengatakannya padaku” kata Noa, dia kemudian berdi
Laura tidak bisa mengontrol ekspresi wajahnya setelah sampai di balkon lantai dua vila.Bagaimana tidak? Pemandangan pantai dan laut yang disajikan sangat indah, jadi Laura tersenyum lebar sekali.Noa yang melihat semua itu jadi ikut tersenyum, dia tidak menyangka hal sederhana seperti pemandangan pantai bisa membuat istri kecilnya bahagia.“Kamu suka dengan pemandangannya?” tanya Noa.Refleks Laura mengangguk antusias, “iya! Suka sekali! Dulu aku sering diajak ke pantai oleh papa, papa juga pernah ada kerja di luar kota, aku diajak dan kami – oh, maaf, aku tidak bermaksud cerewet.”Laura buru-buru menutup mulutnya, takut jika Noa kesal karena dia banyak bicara.Noa tersenyum, Laura bisa melihatnya karena Noa terus memakai topeng yang mulutnya terbuka. Laura sangat suka jika Noa memakai topeng itu daripada yang seluruh wajah, baginya Noa sangat tampan meski yang bisa dilihat hanya bibir dan dagunya saja.Wajah Laura mulai merona hebat saat tangan Noa terangkat untuk mengusap kepalanya
“Wajahku ditutup atau tidak, itu bukan urusanmu” ucap Noa dengan nada dingin. Suasana sudah menjadi dingin dan tidak mengenakkan, padahal saat itu masih sekitar jam setengah tiga sore. Udara yang hangat mendadak menjadi dingin karena Noa dan Dave. Laura yang bingung harus bagaimana sedang memutar otak untuk mendamaikan mereka. “Anu, Dave, bagaimana kau bisa ada disini? Apa kau tinggal disini?” tanya Laura. “Tidak, hanya saja aku ingin mengunjungi villa kakakku, ingin tahu bagaimana rupa istri kakakku yang payah itu, tapi malah bertemu denganmu” kata Dave. Laura memproses ucapan Dave sejenak, baru setelahnya dia menyahuti, “maksudmu, ini villa kakakmu?” tanya Laura sambil menunjuk villa milik Noa. Dave menggeleng, “tidak, tapi yang itu” Dave menunjukkan villa lain yang berada tepat di sebelah villa milik Noa. “Kenapa kamu menunjuk villa ku, sayang?” kata Noa. Dahi Dave mengerut mendengar villa besar yang Laura tunjuk itu milik Noa. “Ah, jadi itu milikmu, berarti kau anak pertam
..Rasanya seperti keajaiban, Noa dan Dave yang tadinya seperti musuh bebuyutan, kini berubah menjadi akrab dan bahkan saling bercanda.Laura tercekat, mata indahnya berkedip-kedip tidak percaya, ini seperti sihir.Ah, mungkin Laura saja yang berlebihan, namun dia sungguh tidak menyangka Noa dan Dave akan menjadi seakrab itu.Lomba memancing dimenangkan oleh Noa, selisih dua gurita saja.Semua gurita dimasak dan dibagikan, yang memasaknya adalah Laura dibantu beberapa pelayan.Merasakan masakan gurita seperti yang dulu Laura buat bersama ayahnya, membuatnya merindukan sosok ayah. Namun, disisi lain dia juga sangat bahagia.“Ternyata kamu pinter masak juga ya Laura, andai aku mengenalmu duluan, pasti kita udah paca – aduuh!”Noa menyingkirkan Dave lalu mendekati Laura dan memeluk pinggang istrinya tersebut. Dave yang diperlakukan seperti itu mencebikkan bibirnya kesal, meski sebenarnya Dave mengatakan itu juga bercanda.Dave adalah anak lelaki yang baik, kedua orangtuanya merupakan seo