Share

Bab 5: Mendidik Istri

*Ada hal yang harus kita jaga*

"Ta-tapi apa, Ustadz?" tanya Rayyana menatap was-was ke arah Akram.

"Tapi kamu harus menuruti perkataan saya, selama itu tidak menyalahi aturan dari Allah dan Rasul-Nya. Kamu harus menurut pada saya, kalau tidak..." Akram sengaja menggantungkan kembali kalimatnya.

"Kalau tidak apa?"

"Kalau tidak saya akan menghukum kamu dengan meminta hak saya atas dirimu. Walaupun kamu belum siap!“ jawab Akram membuat Rayyana bergidik ngeri. Ia pun langsung berlari kecil menuju kamar mandi untuk membersihkan diri serta berganti pakaian.

Selang beberapa menit, Rayyana sudah selesai membersihkan diri. Saat ini, ia memakai piyama dan khimar instan miliknya. Pandangan Rayyana celingukan mencari keberadaan seorang ustadz yang sudah sah menjadi suaminya. Siapa lagi jika bukan Akram.

Namun, entah muncul darimana, Akram mengetahui bahwa saat ini istri kecilnya sedang mencari keberadaannya. "Ada apa? Sudah kangen dengan suamimu ini?“ tanya Akram sengaja ingin menjahili gadis kecil yang sudah sah menjadi istrinya.

Rayyana pun melenggang menuju kasurnya tanpa menjawab pertanyaan dari Akram. Segaris senyum alami terbit diwajah tampan Akram. Ia pun mengikuti langkah Rayyana dan duduk di tepi ranjang.

Tadi, sewaktu Rayyana mandi. Akram keluar untuk menumpang kamar mandi di kamar mas sulungnya, Haiqal untuk membersihkan diri disana. Karena ia sudah merasa gerah dan Rayyana tak kunjung keluar dari kamar mandi yang ada dikamarnya.

"Rayyana, jika seorang suami bertanya, maka tugas kamu sebagai seorang istri harus menjawab setiap pertanyaannya. Jangan diabaikan seperti tadi, tidak bagus dan akan menimbulkan dosa nantinya.“ tegur Akram mengulas senyum simpulnya.

"Iya ustadz, maaf." jawab Rayyana menundukkan kepalanya.

"Sudah tidak masalah, sekarang tidurlah. Ini sudah malam,“ titah Akram dengan nada lembut.

"Apakah ustadz akan tidur disini?" tanya Rayyana dengan guratan cemas diwajahnya.

Akram mengangguk pelan. "Tentu saja, kamu sudah menjadi istriku. Tapi, kamu tenang saja, saya tidak akan macam-macam denganmu. Sekarang tidurlah, jangan cemas seperti itu.“ jawab Akram lembut.

Mendengar penuturan Akram. Rayyana pun beranjak dari tempat tidur dan mengambil bantal sofa. Lalu, ia menyusunnya sebagai pembatas agar Akram tidak bisa menyentuhnya.

"Inget ya ustadz, gak boleh lewat dari batas ini!“ celetuk Rayyana takut.

"Iya, kamu tenang saja. Oh iya, bisakah kamu memanggilku dengan sebutan 'kak' saja? Karena kamu bukanlah muridku, melainkan istriku."

"Baiklah ustadz. Ehm... kak," ucap Rayyana mengangguk. "Berarti kalau aku manggil ustadz... ehm... Kak Akram dengan sebutan 'Kak' kak Akram juga harus memanggilku dengan sebutan 'Dek' gimana?“ lanjut Rayyana memberanikan diri untuk bicara.

Akram tersenyum tipis. "Terserah kamu saja," sahutnya lembut.

Lalu, Rayyana pun tertidur. Tak bisa dipungkiri bahwa hari ini tubuhnya sangat lelah. Hanya dalam hitungan detik, Rayyana sudah memasuki alam mimpinya. Berbeda dengan Akram yang masih terjaga dan menatap langit-langit. Banyak sekali yang dipikirkan oleh Akram, dimulai dari bagaimana nasib dari pernikahan ini. Akankah ia mampu mendidik istri kecilnya menjadi wanita sholehah yang taat beribadah? Entahlah, yang jelas Akram akan berusaha semaksimal mungkin untuk melakukan hal itu.

Menit berganti jam. Namun, Akram tak kunjung tertidur. Ia masih tetap pada posisi yang sama, yaitu menatap langit-langit kamarnya. Ini semua terlalu cepat bagi Akram, jujur saja ia masih bingung dengan hatinya.

Disatu sisi, Akram memiliki Rayyana yang sudah menjadi istri sahnya. Tapi disisi lain, Akram masih memikirkan tentang Ning Zahro. Seorang wanita muda sholehah, paham akan agama dan berpendidikan. Wanita yang akan dijodohkan dengannya. 'Apakah aku sanggup mempoligami dirinya? Ya Allah ujian apa lagi ini?' batin Akram bertanya-tanya.

Jujur, jika disuruh memilih antara melakukan poligami atau tidak. Maka, jawaban Akram adalah tidak. Karena, Akram tidak sanggup untuk mencintai dua wanita sekaligus.

Akram melirik sekilas ke arah Rayyana. Wajahnya yang imut dan cantik ketika sedang tidur membuat Akram tersenyum simpul. 'Kepolosannya mampu membuat hatiku bergetar, namun aku belum bisa mencintainya seutuhnya' batin Akram mengulas senyum tipis. Lalu, ia pun mencoba untuk tertidur.

Baru saja Akram hendak terlelap, tiba-tiba Rayyana memeluknya dan membuat Akram kembali terjaga. Reaksi alami yang terjadi pada dirinya membuat Akram menahannya sekuat tenaga. "Dek, jangan seperti ini.“ bisik Akram tepat ditelinga Rayyana. Ia bukan tidak ingin dipeluk, hanya saja Akram takut jika syahwatnya menguasai dirinya. Sehingga Akram khilaf dan melakukan hal itu.

Pria normal mana yang tidak bereaksi saat dipeluk oleh seorang wanita. Terlebih lagi, wanita itu sudah halal baginya.

Namun, bukannya melepaskan pelukannya dari Akram. Rayyana justru mengeratkan pelukannya, membuat Akram mengerang pelan.

Akram pun pasrah dan membiarkan istri kecilnya itu memeluknya. Ia menghembuskan napas pelan, mencoba untuk mengarungi alam mimpi. Perlahan, Akram pun terlelap dalam tidurnya.

Tepat pukul 2.30 pagi, Akram kembali terbangun dari tidurnya. Seperti biasa, ia akan melaksanakan sholat tahajjud dan juga sholat taubat.

Akram melirik sekilas ke arah istrinya yang masih tetap pada posisi yang sama, yaitu memeluknya. "Assalamu'alaikum ya Zaujati, sholat sunnah tahajjud dulu yuk...“ bisik Akram membangunkan istrinya dengan lembut.

Rayyana menggeliat. Namun, matanya masih saja terpejam. Malahan, Rayyana menenggelamkan wajahnya di ketiak Akram.

Akram terperanjat kaget. Tapi, ia mencoba untuk menetralkan detak jantungnya yang berdegup lebih kencang dari biasanya. Entah perasaan apa yang ada di hati Akram.

"Dek, bangun dulu yuk." Akram terus membangunkan Rayyana. Ia menggoyang pelan tubuh istri kecilnya itu.

Akhirnya, perlahan mata Rayyana terbuka. Pandangan pertama yang ia tangkap adalah wajah tampan Akram yang menatapnya dengan lembut. "Aaaargghh... kenapa ustadz di kamarku!?“ teriak Rayyana terperanjat kaget. Ia langsung beranjak dari tempat tidur.

Akram pun ikut berdiri dan menatap bingung ke arah Rayyana. "Saya suami kamu, dek. Akram,“ jawab Akram dengan raut wajah yang sulit diartikan.

Kerutan terlihat di dahi Rayyana. "Suami?" tanya Rayyana heran.

"Iya dek. Kita baru menikah kemarin,“ jelas Akram sembari menganggukkan kepalanya.

Detik berikutnya, Rayyana menepuk jidatnya sendiri. Bagaimana ia bisa lupa dengan hari yang sudah merubah seluruh rencananya. "Huft... iya aku baru ingat, hari dimana kehidupanku berubah!“ celetuk Rayyana berjalan pergi meninggalkan Akram yang sedang menatapnya bingung.

Akram hanya menggelengkan kepalanya saja. "Baru satu malam aku bersama dengannya, tapi dia sudah bisa mencuri perhatianku.“ gumam Akram bingung dengan dirinya sendiri.

Lalu, Akram memeriksa ponselnya untuk melihat apakah ada operasi cito atau tidak. Ternyata, hari ini dirinya bisa libur. Karena tidak ada operasi yang dilaksanakan untuk hari ini.

Selang beberapa menit, Rayyana keluar dari kamar mandi.

"Sudah dek?" tanya Akram mengagetkan Rayyana.

"Astaghfirullah, kak Akram ngagetin aja!" celetuk Rayyana kesal.

"Bukan seperti itu, jika sudah selesai. Maka, saya yang akan mandi.“ sahut Akram tersenyum simpul.

Senyuman Akram menggetarkan hati Rayyana. Entah mengapa hatinya bergetar. "Jangan tersenyum seperti itu, kak!" ucap Rayyana menautkan jemarinya.

"Kenapa?" tanya Akram mengerutkan dahinya.

Rayyana menggelengkan kepalanya. Lalu, berlari dari hadapan Akram. Sungguh, ia sangat malu saat mengatakannya tadi.

******

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Najwa Hidayah
next kakk!!
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status