“Aku pulang, Ayah. Aku tidak bisa berlama-lama hari ini karena Robert akan kembali, jadi aku harus menyambutnya sebelum dia sampai di apartemennya.” Alexa bergumam sedih sambil menyeka air mata yang membasahi wajahnya.
Dengan satu tangan bertumpu di tanah pusara sang ayah yang masih merah, Alexa mencoba berdiri dan menegakkan tubuhnya dengan sempurna. Perlahan, ia melangkah keluar dari area pemakaman umum yang menjadi rumah abadi sang ayah sejak beberapa hari yang lalu.
Siang ini Alexa harus bergegas merapikan apartemen Robert untuk menyambut kepulangan sang kekasih dari luar negeri.
Alexa menuruni mobilnya dan kembali ke apartemen Robert dengan senyum bahagia, dan masuk ke dalam kamar apartemen tersebut seperti biasa. Wanita berperut buncit itu langsung terkesiap saat melihat beberapa potong pakaian wanita tercecer di lantai.
Tubuh Alexa menegang tidak percaya. Kakinya seakan bergetar untuk menahan tubuhnya yang lemas saat mendengar suara wanita muda bernyanyi di dalam kamar mandi—di kamar tersebut.
Alexa bergumam dalam hati, ‘Apa aku salah masuk kamar? Kenapa ada wanita lain di kamar ini?’
Alexa bergumam dan keluar kamar lagi untuk memastikan kalau ia memang memasuki kamar yang benar, ‘Tidak, aku tidak salah memasuki kamar. Ini kamar 040.’
‘Ini kamar milik Robert. Tapi, siapa wanita yang ada di kamar mandi sekarang?’
Alexa berjalan pelan dan membungkuk saat kakinya menginjak sesuatu. Perutnya yang besar membuatnya kesusahan untuk mengambil pakaian wanita yang ada di lantai.
Saat gaun seksi berwarna ungu tersebut diangkat, mata Alexa langsung tertuju pada celana dalam pria yang tertinggal di bawahnya.
“Ini?”
Alexa langsung mengedarkan pandangannya ke segala arah di dalam ruangan. Air matanya langsung turun. Tangan Alexa dengan cepat menutup mulutnya yang terbuka untuk menahan suara tangis yang akan keluar.
Di sudut ruangan, Alexa melihat dua koper besar milik Robert yang menandakan kalau sang kekasih langsung pulang ke apartemen, bukan ke rumah orang tuanya.
‘Robert sudah pulang? Tapi kenapa dia bohong dan mengatakan kalau dia akan pulang ke rumah orang tuanya dulu? Apa yang dilakukan Robert di sini? Di mana dia sekarang?'
Alexa terus bertanya-tanya dalam hatinya sembari meremas erat lingerie ungu di tangannya, tanpa mengalihkan pandangannya dari celana dalam pria di lantai.
“Oh, kau?” ucap santai seorang wanita muda nan cantik seusia Alexa. Dia keluar dari kamar mandi dengan memakai handuk putih yang hanya menutupi setengah bagian tubuhnya. Bahkan setengah dadanya menyembul ke atas dengan menantang.
Dengan rambut panjangnya yang basah terurai membuat kesan seksi di tubuh wanita muda itu terlihat jelas, tapi itu sangat tidak lazim bagi Alexa.
Megan Abbott, saudara angkat Alexa yang dibesarkan di keluarga Alexa dan dianggap sebagai anak emas di keluarga Abbott. Megan adalah artis muda yang baru saja debut dan dikenal sebagai bintang iklan terpanas saat ini.
Alexa berucap terbata sembari melebarkan matanya tidak percaya, “M-Megan? Apa yang kau lakukan di sini?”
Megan hanya tersenyum seakan menertawakan kekagetan Alexa saat melihatnya. Wanita seksi dengan seringai mengejek itu, mendekati Alexa dengan langkah bak model yang berjalan melenggak-lenggokkan tubuh seksinya dan duduk di pinggiran ranjang Robert yang biasanya dipakai Alexa untuk beristirahat.
“Kenapa? Apa kau kaget melihatku ada di sini?”
Alexa seketika menghardik, “Jangan melewati batasanmu, Megan! Untuk apa kau di sini? Kau tidak terlalu bodoh untuk ingat kalau ini apartemen Robert, kan?”
Megan tersenyum mengejek, “Apa yang aku lakukan di sini? Aku tahu benar kalau kamar ini punya Robert. Lalu kenapa kau juga di sini?”
“Aku tidak ada bedanya denganmu, Alexa,” ejeknya.
Alexa berang seketika, “Kau harus menjaga mulutmu dan tahu diri. Aku di sini karena aku punya hak. Aku tunangan Robert dan sebentar lagi kami menikah!”
“Kenapa kau selalu jadi pengganggu di hidupku, Megan? Pergilah, sebelum aku menyebutmu wanita murahan!"
Megan tidak bereaksi dan malah semakin tersenyum, “Apa? Aku harus menjaga sikapku? Barusan kau mengataiku dengan sebutan wanita murahan? Lalu kau sendiri wanita tipe apa?”
“Apa kau tidak malu mengaku sebagai tunangan Robert, hah? Menikah katamu?”
“Jangan mimpi! Kau tidak akan pernah menikah dengan Robert. Jangan anggap dirimu itu tinggi karena membawa anak haram itu di rahimmu!”
“Anak itu bukan milik Robert. Anak itu cuma anak haram laki-laki lain yang menghabiskan malam denganmu!” Megan menyelesaikan kalimat yang membuat Alexa tercengang.
Bak disambar petir di siang hari, jiwa Alexa terguncang kaget, “Omong kosong! Anak ini milik Robert!”
“Walau aku tidak ingat kejadian malam itu, tapi aku yakin aku tidur bersama Robert dan dia juga mengakuinya padaku!”
“Kau jangan coba bohongi aku, Megan!” Alexa menyangkal ucapan Megan yang terdengar membual.
Megan terkekeh, “Omong kosong katamu?”
“Kau dan bayi haram di kandunganmu itulah omong kosong yang sebenarnya! Kau boleh saja tidak ingat kejadian malam itu, tapi kuminta jangan menjadi lebih bodoh, Alexa!”
“Bagaimana mungkin Robert tidur denganmu malam itu saat dia di pelukanku dan bercinta denganku di malam yang sama?”
“Bagaimana dia akan menerimamu yang sudah kotor dan ternodai pria lain? Dan lagi, kau malah membawa pengkhianatanmu dengan memutuskan melahirkan anak haram itu!”
Megan mengungkapkan fakta yang sama sekali tidak diketahui Alexa sejak saat itu. Alexa terdiam dengan air mata yang berlinang tanpa suara tangis. Itu membuat Megan tersenyum senang melihat wajah bodoh Alexa yang masih naïf itu.
“Sadarilah kebodohanmu, Alexa. Ingat lagi, apa kau memang melihat dengan jelas wajah pria yang bersamamu malam itu? Apa kau tahu pasti kalau itu memang Robert?"
Kali ini kalimat Megan membuat wajah Alexa pucat hingga memaksanya mengingat apa yang terjadi pada malam itu.
Saat itu di perayaan kelulusan sekolah. Diamond Paradise Hotel. Pukul 23.00 waktu California."Ah… ini gila! Kenapa semakin cepat, kau semakin nikmat?"Seorang pria bertubuh gagah menahan erangan kenikmatan yang diterimanya dari Alexa malam itu.Sementara Alexa sendiri berjuang menahan perih yang belum kunjung hilang setelah kesuciannya direnggut."Tolong pelan-pelan, ini sakit, ahh…""Siapa yang menyuruhmu tidur di ranjangku? Salahmu sendiri karena sudah menggodaku, Babe…" pria itu berucap sombong dan tidak rela menurunkan ritma permainan panasnya bersama Alexa. "Ahh… uhh… emm… Tapi kau sudah mendapatkan pelepasanmu tadi, ahh…""Aku merasa aneh. Ada sesuatu yang ingin kukeluarkan, ahh... Tolong gerakan lebih cepat, ahh…""Kau menyuruhku melambat atau mempercepat?" di sela kenikmatan mereka, ucapan labil Alexa yang tidak seratus persen sadar, malah membuat pria di atasnya terkekeh. Alexa langsung menjawab, "Lebih cepat!"Pria itu kembali tersenyum puas, "Kalau begitu keluarkan saja.
Alexa tentu membela dirinya, "Sumpah demi apapun. Bukan aku yang mendorongnya! Megan menjatuhkan tubuhnya sendiri ke ranjang!"Namun, Robert terkesan tidak mendengarnya dan malah terdiam menatap Megan yang terlihat sedih sekali."Tenanglah, kali ini biar aku yang menjelaskan padanya," ucap Robert dan mulai menegakkan posisinya hingga berdiri dengan sempurna.Robert melangkah mendekati Alexa yang terdiam menatapnya.Fakta yang diungkap Megan membuatnya menjadi wanita lemah. Meski sudah diabaikan Robert, tanpa sadar Alexa merentangkan tangannya dan akan memeluk Robert kekasihnya."Tunggu, Lexa. Tolong jagalah sikapmu!" Dengan nada tegas, Robert menghentikan gerakan Alexa yang ingin memeluknya.Alexa terperangah lagi, "Robert, kau kenapa? Sebelum saat ini kau masih memelukku, kan?" Air mata Alexa kembali mengalir.Robert menunduk sebelum bicara, "Lexa, maafkan aku. Kita memang menjalin hubungan sejak kita masih kecil sampai sekarang. Tapi semuanya sudah berubah sebelum kau menjadi peremp
Lima Tahun Kemudian…Situasi mencekam terjadi di sebuah PlayGroup pagi ini. Ternyata di depan sekolah anak usia dini itu terjadi penculikan seorang anak oleh sekelompok penjahat yang sudah mengintai korbannya.[Beeb]“Aku melihat satu dari dua tikus itu membawa sandera masuk ke sebuah mini bus hitam-dove ke arah utara. Sanderanya adalah salah satu murid PlayGroup yang biasa Bos kunjungi, Bos!” seorang pria dengan tegas melaporkan keadaan mencekam dari luar sebuah tempat belajar anak balita dari teropong pengintainya.Sementara itu di sebuah gedung kantor penyedia layanan keamanan bernama World Shadow, duduk seorang wanita yang menerima panggilan tadi.“Baiklah, tinggalkan tempat itu dan ayo bergerak. Kirimkan lokasimu secepatnya. Hari ini sepertinya kita akan bersenang-senang karena tamu undangan Malaikat Kematian akan segera kita antar dalam waktu singkat.” Alexa menjawab sambil berseringai senang.“Aku dan Vin akan segera bergerak, Kay.” ucapnya lagi pada bernama Kay di ujung sambun
Dalam pandangan dan nalarnya yang belum sepenuhnya sadar, Axel membayangkan melihat sosok cantik Alexa sebagai Ibu Peri penolong yang sering ia baca di buku dongeng.Ketakutan yang amat besar sebelumnya ketika penculikan, terganti dengan kenyamanan setelah memandang Alexa. Si kecil Axel bahkan meringsut dan memeluk Alexa agar lebih nyaman.Hati Alexa menghangat. Baru kali ini ada yang memanggilnya dengan sebutan ‘Ibu Peri’ lalu dipeluk dengan sayang, padahal biasanya ia dipanggil sebagai Malaikat Kematian dan mendapat kutukan.Setelah memeluk Alexa beberapa saat, Axel kembali terlelap. Obat bius yang digunakan untuk membuatnya tidur masih belum hilang, ditambah dengan nyamannya pelukan sang Ibu Peri penolongnya.“Tidurlah dengan tenang, Nak. Dan saat kau bangun nanti, kau sudah beradadi tempat yang aman.” ucap Alexa pelan. Rasa sedih merasuk merajai hatinya hingga ia sedikit enggan membawa Axel masuk ke dalam klinik untuk menerima pertolongan.“Ya, mungkin pertemuan kita harus berakhi
‘Yang dilakukan Rain sudah benar. Lagipula mereka tidak hanya menyinggung Rain, tapi sudah ada orang yang merasa risih hingga membayar untuk melenyapkan kelompok itu. Sudahlah, jangan marahi putriku seperti itu, Ryan.’ Tuan Rafael menghentikan perdebatan Ryan dan Reed.Alexa tersenyum mengakui kesalahannya, "Tapi aku memang ceroboh, Ayah. Aku seharusnya menahan diri agar tidak terlalu berlebihan.”‘Jangan menundukkan kepalamu, cantikmu akan hilang, Nak...’ sang ayah berucap lembut.‘Mari kita abaikan hal itu karena kau dan dua anak buahmu sudah berhasil dan celah kalian tertutupi. Yang ingin ayah tanyakan sekarang bagaimana dengan keadaanmu? Apa kau sudah ke dokter? Pasti sekarang sekujur tubuhmu sakit?’‘Ayah menyesal memberimu izin ke sana, Rain...’“Jangan merasa bersalah seperti itu, Ayah. Aku baik-baik saja. Hanya luka gores di tangan dan kaki, aku tidak mengalami patah tulang juga. Lagi pula dua anak buahku sudah merawatku di sini," Alexa jelas menenangkan keresahan ayahnya.‘Ta
"Keluarga yang mana yang Ibu maksud? Keluarga kandungku atau keluarga Ibu? Apa kalian tidak malu menghakimiku seperti ini?" tanya Alexa dengan tidak percaya dengan wajah-wajah munafik orang-orang di hadapannya itu."Bukan menghakimi, semua orang di sini menasihatimu agar dirimu tidak sampai terjerumus pada hidup memalukanmu dulu," Cora kali ini yang bicara."Aku yang dulu apa hubungannya dengan kalian semua? Kalian membuangku dan tidak peduli padaku di luar sana hidupku seperti apa, bukan? Jadi kenapa aku harus repot-repot menjaga nama kalian agar tidak malu? Aku hidup dengan kakiku sendiri dan jerih payahku sendiri. Apa yang harus kalian pusingkan? Konyol sekali!" Alexa berdecih setelah mengomel pada mereka."Dengan bekerja sebagai security wanita di kantor penyedia keamanan itu? Itu tidak wajar untuk seorang wanita. Alexa, dengarkan ibu. Kami telah memutuskan untuk mencarikan jodoh untukmu. Mengingat Megan akan segera bertungan dengan Nak Robert, dan kau juga harus sudah memiliki pa
Alexa tidak kembali ke kantor tapi malah ke apartemen. Ia juga tidak menghidupkan komunikasi apapun sampai pagi. Bos cantik itu baru kembali ke kantor keesokan harinya dan langsung disambut dengan banyak pertanyaan.“Selamat pagi, Kay? Apa ada yang kulewatkan?” Alexa langsung menyapa sebelum duduk dengan santai di kursi kerjanya.“Banyak.” Vin seketika menjawab.Alexa menaikkan sebelah alisnya, “Apa itu?” tanyanya singkat.“Bos, ke mana saja? Aku dan Vin terus mencarimu tapi kami sama sekali tidak menemukanmu. Bahkan alat deteksi lokasimu juga mati, dan itulah masalahnya.” Kay langsung mengeluh.“Apa dunia akan kiamat kalau aku tidak kembali ke kantor? Lalu apa gunanya kalian ada di sini?” si bos cantik kembali menjawab tak acuh dan mulai menghidupkan laptopnya, “Vin, apa jadwalku hari ini?”“Bos, tolong dengarkan kami dulu. Kiamat hampir datang kalau kau tetap santai seperti ini. Kau tidak tahu, kan, kalau Bos Ryan nyaris terbang ke sini kalau saja tidak ada panggilan darurat yang di
“Rumah ini besar sekali. Tapi aku tidak melihat jumlah petugas keamanan yang memadai di sini,” Alexa bergumam, “Ah, aku ingat. Pemiliknya memecat semua petugas keamanan karena tidak becus menjaga anak mereka. Masuk akal.”Setelah menekan bel pintu dan menunggu beberapa saat, pintu terbuka dan seorang wanita paruh baya dengan pakaian rapi berdiri di depan Alexa.Di belakangnya terlihat belasan wanita berpakaian pelayan terlihat memegang benda-benda yang lazimnya di dapur, seakan bersiaga menunggu sesuatu. Alexa tersenyum kikuk melihat pemandangan tidak biasa itu.“Hi, selamat siang. Bisa aku bertemu dengan Tuan Hobbs? Aku utusan dari World Shadow. Namaku Alexa.” Alexa menyapa seorang pelayan yang membukakan pintu padanya.Setelah membaca data Axel, Alexa tergugah hati untuk mendatangi dan melihat bagaimana keadaan Axel saat ini. Naluri keibuannya muncul lagi hanya karena mengingat Axel yang malang.“Maafkan aku, Nona. Tuan kami tidak di rumah. Keduanya baru pergi dan akan kembali dua j