"Pak Tua, apa maksud dari cucu yang super dinginmu itu? Dia memintaku ke Villa Mutiara untuk tinggal bersamanya, tapi dia malah memblokirku?" gerutu Dimas dengan kesal sembari berjalan melihat-lihat setiap bangunan di Villa Mutiara. "Apa kalian sedang mempermainkanku? Apakah kalian menipuku?!" Timpalnya.Mendengar hal ini, Hendra pun terdiam seketika. "Anak muda, jangan khawatir, aku akan meneleponnya sekarang juga!"Hendra langsung menenangkan Dimas Anggara, dia juga takut cucu menantu yang dicari susah payah olehnya malah pergi begitu saja. Sedangkan Keluarga Alfandy begitu kaya, dia juga tidak tahu seberapa banyak aset yang dibeli oleh cucunya, jadi dia harus bertanya kepada Naya.***Kring~~Kembali lagi ke sisi Naya, dia baru saja hendak melanjutkan kembali rapatnya, tapi ponselnya tiba-tiba berdering lagi.Baru saja hendak mematikan telepon tersebut, dia malah melihat nama kakeknya terpampang di layarnya 'Kakek', dia pun mengangkatnya dengan tak berdaya."Ada apa, Kek? Aku masih
Ketika Dimas Anggara kembali pulang ke rumah Naya. Dia tidak mematikan lampu ketika keluar, kondisi rumah juga tetap rapi ketika dia pulang. Jadi, dia tidak tahu kalau Naya sudah pulang 15 menit yang lalu. Badannya penuh dengan keringat setelah pulang dari berbelanja, dia pun melepaskan bajunya dan langsung berjalan masuk ke dalam kamar mandi.Namun, begitu dia membuka pintu kamar mandi, dia pun tercengang. Matanya menatap dengan lekat ke arah wanita yang sedang berendam di sana, matanya tiba-tiba kehilangan kekuatan untuk berkedip.Naya sedang menikmati waktu santainya di dalam bak mandi, sepasang kakinya yang putih mulus terlihat menonjol dari air, sepuluh jari kaki itu pun terlihat sangat indah, seperti bunga plum di tengah musim salju. Meskipun bak mandi tersebut penuh dengan gelembung sabun, tapi dari posisi tinggi Dimas Anggara yang melihat ke bawah tetap bisa melihat keindahan yang ada di dalam air.Wanita itu putih sampai tidak masuk akal, postur tubuhnya juga sangat indah, b
'A-apa? Bagaimana mungkin?!' Naya terkejut, baru hari pertama bertemu, tapi pria ini sudah mengetahui penyakitnya.Selanjutnya, Dimas Anggara pun mengangkat pakaian tidurnya dengan pelan."A-apa yang kamu lakukan? Apa kamu ingin mati?" Entah kekuatan dari mana, Naya pun langsung memutar tangan Dimas Anggara.Sebagai putri dari Keluarga Alfandy, dia sudah belajar bela diri dari kecil, dia bukan sosok yang mudah ditindas oleh pria biasa."Uh! A-aku …" Dimas Anggara kesakitan, tapi tidak melawan, melainkan berkata seraya menggertakkan gigi, "Aku akan membantumu mengurangi rasa sakit!"Di waktu yang sama, Dimas Anggara juga berpikir di dalam hati. 'Sudah begitu cantik, tapi kenapa tidak ada aura kewanitaan sama sekali? Dasar monster!'"Bukankah … bukankah kamu seorang dokter kandungan? Kamu bisa mengatasi penyakit dalam seperti ini?" Naya setengah memercayai perkataannya.Hanya saja, tiba-tiba dia mulai merasakan sakit yang amat parah dari perutnya lagi, dia pun melepaskan tangan Dimas An
"Bukankah kamu sudah membeli makanan? Kenapa kamu masih masak?" Naya menatap Dimas dengan enggan."Dapurmu bahkan lebih bersih dari mukamu, kalau bukan aku yang membelinya, dari mana datangnya makanan ini? Dari langit?" Dimas Anggara membawakan semangkuk sup tersebut ke dalam kamarnya, kemudian mengingatkannya."Makanlah selagi panas, magh itu tidak boleh telat makan.""Kamu sedang mengajariku?" Naya tersenyum pahit, dia benar-benar tidak terbiasa dengan adanya seorang pria di rumahnya.Ibunya saja tidak pernah menasihatinya, tapi ini malah keluar dari mulut pria tersebut. Seorang direktur PT. Semesta Abadi, siapa yang berani mengguruinya?Dimas Anggara tiba-tiba berubah menjadi tegas. "Itu … lupakan, jangan lupa kamu adalah istriku dan juga pasienku! Kamu harus mendengarkanku!"Naya mengernyit, dia pun menatap pria itu dengan lekat. Dia tidak melawannya, tapi dia tetap tidak bisa menahan dirinya untuk mengernyit ketika melihat semangkuk sup tersebut. "Apakah makanan seperti ini bisa di
"Citra?! Kamu?" Dimas Anggara mengangkat kepalanya dengan tatapan terkejut.Citra juga mengangkat jarinya sambil menunjuknya dengan terkejut. "Kenapa pemeriksaan seperti ini dilakukan oleh dokter pria? Apakah kamu ingin mengambil keuntungan dariku?""Ingin melihat tubuhku? Pria b*jingan! Aku minta untuk ganti dokter!" Citra langsung berteriak keras.Mendengar suara ini, wanita-wanita yang ingin datang melakukan pemeriksaan juga berkumpul."K-kenapa pemeriksaan yang berhubungan dengan privasi wanita dilakukan oleh pria?!""Tunggu, tapi Dokter harus tetap bekerja secara profesional, mana mungkin akan berpikiran begitu kotor?"Wanita-wanita itu saling bersahutan.Kondisi seperti ini sering Dimas Anggara alami selama dia bekerja. Akan tetapi, biasanya setelah dijelaskan orang itu akan mulai menerima karena melihat Dimas Anggara terlihat cukup jujur. Sayangnya, hari ini Citra bersikeras tidak setuju."Pecundang sepertimu pantas saja tidak menemukan istri, benar-benar kotor! Dulu kamu datan
"Istrimu?!""Dimas, apakah kamu juga sudah gila? Sejak kapan kamu memiliki istri?"Dimas Anggara tersenyum pahit, dia tidak ada waktu untuk menjelaskan padanya lagi dan langsung menghubungi Naya.Setelah kericuhan semalam, Dimas Anggara sudah langsung mencatat nomor telepon Naya agar kalau WhatsAppnya diblokir dia tidak akan kehabisan cara untuk menghubunginya lagi.[Halo, ada apa?]Untungnya, kali ini Naya mengangkat teleponnya dengan nada kompeten tapi tidak buru-buru. Kelihatannya Naya tidak sedang rapat."Nay …, a-aku ingin meminjam uang kepadamu," Dimas Anggara langsung berkata tanpa basa-basi.Mendengar Dimas Anggara memanggil Naya dengan datar, Riswan juga tertegun. 'Sebenarnya, orang ini istrinya atau bukan? Mana ada orang yang memanggil istrinya dengan panggilan seperti ini?'[Hah? Pinjam uang?!]Naya juga tertegun, lalu tersenyum dalam hati. Semalam dia masih mengira tebakannya salah. Pria ini bukan menikah dengannya demi uang, tapi tidak di sangka hari ini Dimas Anggara sud
"Non, apakah mau saya lapor polisi?" Ujar Pak Arga menatap kepergian pris itu.Pak Arga tidak tahu bahwa pria itu adalah suami Naya dan masih meminta maaf padanya."Tidak perlu, ini hanya masalah kecil. Pak, bawa mobil untuk diperbaiki, aku akan pulang sendiri," seru Naya sembari berjalan mencari taksi.'Apa?!' Setelah Pak Arga tertegun sejenak, dia buru-buru menganggukkan kepala menjawabnya. "Baik, Non."Pada saat bersamaan, Pak Arga menaiki mobil dan bergumam. 'Mobil ini adalah mobil kesayangan Nona Naya. Dulu, saat ada motor yang menggoresnya walau sedikit, Nona Naya pasti akan menyelidikinya sampai akhir. Tapi sekarang ….'Dengan relasi dan kemampuan Naya, kalau ingin orang itu mengembalikan uang dan meminta maaf juga bukanlah hal yang sulit.Akan tetapi, kali ini dia bahkan tidak mencari masalah dengan pria itu?***Saat Naya kembali ke rumah, dia melihat Dimas Anggara sedang mengeluarkan kotak obat dan mengobati luka kakinya. Jelas-jelas luka kakinya sangat lebar dan penuh darah
Naya kembali menatapnya sejenak, ekspresinya berubah beberapa kali sebelum bibirnya berkata. "Sepakat!"Sebenarnya, dalam hati Naya masih belum mengakui pernikahan ini. Dia bahkan berpikir untuk mengakhirinya kapan pun juga, jadi dia sama sekali tidak ingin melibatkan orang lain atau nantinya akan menjadi lebih rumit lagi. Akan tetapi, dia merasa Dimas Anggara tidak mungkin bisa berhasil, jadi apa salahnya memberikan syarat lain untuk menyemangatinya?Setelah mendapatkan persetujuan Naya, Dimas Anggara tiba-tiba merasa lega dan dalam hatinya muncul sebuah harapan yang besar. Membiarkan ibunya menemui istrinya mungkin bisa membuat ibunya benar-benar tenang, 'kan?***"Citra, bagaimana hasilnya?" seru Wulan dengan tatapan mata berbinar menatap kedatangan putrinya. "Apakah berhasil?""Ma, aku sangat lelah hari ini," dengus Citra seraya berjalan menuju sofa duduk. "Pria bodoh itu, dia mengembalikan semua pemberian dari kakek tua itu! Betapa bodohnya!"Riza yang mendengar ucapan sang Kakak