Share

5. Dipecat

Penulis: Aeris Park
last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-05 15:20:56

Cara hanya bisa menunduk sambil memilin kesepuluh jemari tangannya yang basah. Setitik keringat dingin kembali menetes di pelipisnya. Wajah gadis itu pun terlihat pucat. Beberapa menit yang lalu pemilik Paradise Club memintanya untuk datang ke ruangannya. Melihat betapa keras wajah lelaki yang duduk di hadapannya, Cara yakin sekali Si Bos sedang marah besar karena dirinya kembali membuat masalah dengan pelanggan.

Lelaki bernama Radit itu menarik napas panjang sebelum bicara. "Aku tidak tahu harus melakukan apa lagi, Ra? Kau sudah menampar lima pelangganku di bulan ini. Parahnya hari ini kau memukul kepala Tuan Feliks dengan botol. Untung saja Tuan Felix tidak melaporkanmu ke polisi dan menuntut ganti rugi."

"Tapi Tuan Felix yang ...."

"Jangan membalas ucapanku, Cara!" desis Radit tajam.

"Maaf." Cara refleks menunduk karena Radit terlihat sangat menyeramkan saat marah. Dia tidak bisa berbuat apa pun selain minta maaf agar tidak kehilangan pekerjaan.

Cara mengaku salah telah memukul kepala Felix dengan botol hingga berdarah. Namun, dia terpaksa memukul kepala lelaki itu agar berhenti berbuat kurang ajar pada dirinya.

"Kalau kau terus berbuat seperti ini, lama-lama kelab malamku bisa bangkrut."

"Maaf, Pak ...." ucap Cara penuh penyesalan.

Radit menarik napas panjang lalu memberi Cara sebuah amplop cokelat. "Mulai besok kau tidak perlu datang ke Paradise Club lagi."

Tubuh Cara menegang, jantungnya seolah-olah berhenti berdetak melihat amplop cokelat yang Radit ulurkan. "Ma-maksud, Bapak?"

Alis Radit terangkat sebelah menatap Cara. "Apa ucapanku kurang jelas?"

Cara tanpa sadar meremas kedua pahanya kuat-kuat. Kedua mata gadis itu terasa panas. Dadanya sesak. Apa dia dipecat?

"Kau boleh keluar dari ruanganku sekarang. Sebelum pergi jangan lupa selesaikan dulu pekerjaanmu hari ini."

Kristal bening itu jatuh begitu membasahi pipi Cara. Padahal dia sangat membutuhkan uang untuk biaya berobat sang ibu, tapi dia sekarang malah dipecat. Harus ke mana lagi dia mencari uang?

Cara cepat-cepat menghapus air matanya. Dia tidak suka terlihat lemah. "Terima kasih sudah mau menerima saya, maaf kalau saya sering membuat masalah selama bekerja di Paradise Club."

Radit hanya mengangguk.

"Saya pamit." Cara pun segera undur diri dari ruangan lelaki itu.

***

"Satu juta sembilan ratus, dua juta, dua juta seratus ribu ...." Cara mengela napas panjang setelah menghitung uang pesangon yang Radit berikan. Uang itu tidak cukup untuk membayar kontrakan bulan depan dan makan selama satu minggu ke depan. Apa lagi untuk biaya kemoterapi sang ibu.

Padahal dia sudah bekerja di tiga tempat sekaligus, satu minggu full tanpa hari libur. Namun, uang yang dia dapatkan belum cukup untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari dan biaya berobat sang ibu.

"Kalau kamu butuh uang, bilang aja sama aku, Ra. Aku pasti bantu kamu," ucap Elish. Sahabat sekaligus teman kerja Cara di Paradise Club.

Cara menggelang pelan. Dia tidak mungkin meminta tolong karena hidup sahabatnya itu tidak lebih baik dari dirinya.

"Tapi kamu butuh uang buat biaya berobat Tante Ratna." Elish mencoba membujuk Cara agar menerima bantuannya.

Cara menggenggam kedua tangan Elish dengan lembut. "Terima kasih, aku sangat menghargai kebaikanmu. Tapi aku masih mampu untuk mencari uang sendiri."

"Tapi, Ra ...."

Cara tersenyum agar terlihat baik-baik saja di mata Elish. Dia tidak ingin membuat sahabatnya itu khawatir. "Aku nggak papa. Lanjut kerja, sana! Nanti Pak Bos marah. Aku balik dulu, ya?"

Elish menghela napas panjang karena Cara menolak bantuannya. Padahal dia tulus membantu gadis itu.

Andai saja Cara mau menjual diri seperti dirinya. Gadis itu tidak akan kesulitan uang seperti sekarang. Namun, Cara sangat menjaga kesuciannya. Gadis itu tidak akan memberikan keperawanannya pada lelaki lain selain suaminya.

"Hati-hati, Ra. Aku yakin kamu akan mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dari tempat ini," pesan Elish sebelum Cara keluar meninggalkan Paradise Club.

Cara mengangguk lantas melayangkan senyum tulus untuk Elish. Langkah gadis itu terasa begitu ringan meninggalkan tempat hiburan malam itu. Seperti apa yang Elish katakan, Cara yakin sekali dia akan mendapat pekerjaan yang lebih baik dari tempat ini.

"Ugh!"

Cara cepat-cepat menolong lelaki yang berada tidak jauh darinya. Lelaki berwajah tampan itu nyaris saja terjatuh karena terlalu mabuk.

"Anda tidak apa-apa?" tanya Cara terdengar khawatir.

Alvaro mengerutkan dahi. Samar-samar dia masih bisa melihat wajah gadis yang sudah menolongnya. "Caramell?"

***

[ Bersambung ]

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Lisna Fitriani
lnjut thor
goodnovel comment avatar
Aeris Park
thank you Kak 😍
goodnovel comment avatar
Bunda Saputri
Semangat thoorr
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Istri Kedua CEO   (S2) Dua Garis Biru

    Cara sedang berada di sebuah toko khusus perlengkapan bayi bersama Alvaro. Mereka ingin membeli kado untuk ulang tahun putri Jafier dan Adisty yang pertama.Waktu bergulir begitu cepat. Tidak terasa putri Jafier dan Adisty sudah berulang tahun yang pertama. Padahal rasanya seperti baru kemarin dia meminta Alvaro untuk menikahi Adisty demi memenuhi amanah terakhir Sadewa. Namun, kenyataannya Adisty malah menikah dengan Jafier. Mereka bahkan sudah memiliki seorang putri yang sangat cantik bernama Allecia Disa Mahendra."Alva, bagaimana kalau kita beli ini untuk Disa?" Cara menunjukkan beberapa buah biku cerita yang ada ditangannya pada Alvaro."Bagus, buku ini pasti berguna untuk Disa."Cara pun mengambil beberapa buku cerita untuk Disa lantas meletakkannya ke dalam keranjang. Setelah itu mereka berkeliling untuk melihat barang-barang yang lain. Sebuah sepatu khusus bayi berusia satu tahun berhasil menarik perhatian Cara. Sepatu berwarna merah itu pasti coc

  • Istri Kedua CEO   (S2) Mendambakan Buah Hati

    Dua tahun kemudian ....Alvaro mengerjapkan kedua matanya perlahan karena cahaya matahari yang masuk melalui celah-celah tirai di dalam kamar jatuh mengenai wajah tampannya. Senyum tipis mucul bibirnya melihat Cara yang tertidur lelap di sampingnya.Alvaro pun mengecup bibir Cara sekilas lalu mendekap tubuh gadis itu semakin erat. Dia merasa sangat bahagia karena wajah Cara yang dia lihat pertama kali saat membuka mata."Sekarang jam berapa, Alva?" tanya Cara dengan mata terpejam.Alvaro pun melirik jam yang menempel di dinding kamar. Ternyata sekarang sudah jam tujuh, tapi dia mengatakan masih jam lima pada Cara."Tolong bangunin aku lima menit lagi." Cara menenggelamkan wajahnya di dada bidang Alvaro mencari posisi tidur yang paling nyaman dan kembali terlelap.Alvaro pun membiarkan Cara kembali tidur, bahkan lebih dari lima menit. Cara sepertin

  • Istri Kedua CEO   (S2) Honey Moon

    Sambil terus berciuman Alvaro langsung membaringkan Cara di atas tempat tidur dan langsung menindih gadis itu."Erngh ...." Cara hanya biasa mengerang di bawah tubuh Alvaro. Kecupan dan hisapan lembut lelaki itu selalu membuatnya kualahan."Alva ...." Napas Cara terengah. Gadis itu langsung menarik napas sebanyak mungkin untuk memasok oksigen ke dalam paru-parunya karena Alvaro tidak memberinya kesempatan sama sekali untuk mengambil napas."Kamu mau membunuhku?"Kening Alvaro berkerut dalam mendengar pertanyaan Cara barusan. Sedetik kemudian dia tersenyum ketika menyadar Cara sedang sibuk mengatur napas."Aku tidak bisa menahannya lagi, Sayang. Maaf ...." Alvaro menarik Cara agar duduk menghadapnya lantas menurunkan resleting gaun gadis itu dengan perlahan.Sepasang buah dada Cara yang terbungkus strapless bra berwarna merah terpampang jelas di kedua matanya. Terlihat sang

  • Istri Kedua CEO   (S2) Kamulah Takdirku

    Hari bahagia itu akhirnya tiba. Cara terlihat sangat cantik memakai gaun pengantin model Long Slevee A-Line yang mengembang di bagian bawah berwarna putih. Gaun tersebut membuat penampilan Cara terlihat lebih feminim lewat detail renda bermotif bunga yang panjangnya menyapu lantai. Sebuah mahkota perak berhias batu berlian yang ada di atas kepalanya membuat penampilan gadis itu semakin terlihat cantik.Jantung Cara berdetak cepat, telapak tangannya pun terasa dingin dan basah. Cara tanpa sadar meremas gaun pengantinnya dengan kuat karena mobil yang ditumpanginya sebentar lagi tiba di Gereja yang akan dia gunakan untuk pemberkatan bersama Alvaro."Gaunmu nanti bisa kusut kalau kamu remas seperti itu, Caramell!" Daniel berdecak kesal karena Cara sejak tadi terus meremas gaun pengantinnya hingga berkerut.Daniel sebenarnya malas sekali menghadiri pemberkatan pernikahan Alvaro dan Cara. Namun, dia terpaksa datang ke acara ters

  • Istri Kedua CEO   (S2) Move On

    Tatapan teduh Jafier seolah-olah mengatakan kalau semuanya akan baik-baik saja."Jangan menangis." Tubuh Adisty membeku di tempat karena Jafier tiba-tiba mengusap air mata yang membasahi pipinya dengan lembut.Senyum hangat dan genggaman erat lelaki itu mampu mengubah perasaannya menjadi tenang dalam sekejab. Dalam seperkian detik Jafier telah berhasil menarik Adisty tenggelam dalam pesonanya.Namun, sedetik kemudian Adisty cepat-cepat tersadar kalau Jafier melakukan semua ini murni karena tanggung jawabnya sebagai suami, bukan karena alasan yang lain sebab lalaki itu tidak memiliki perasaan pada dirinya."Astaga, kalian manis sekali." Kalimat itu meluncur begitu saja dari bibir Cara karena melihat Jafier yang begitu perhatian pada Adisty.Adisty tergagap lantas cepat-cepat menarik tangannya dari genggaman Jafier karena malu. Suasana pun mendadak canggung selama beberapa saat. Semua kalima

  • Istri Kedua CEO   (S2) Dua Undangan

    Mama menatap beberapa contoh undangan pernikahan yang ditunjukkan oleh pemilik percetakan yang datang ke rumah karena dia malas pergi keluar. Lagi pula kondisi kakinya masih belum pulih sepenuhnya.Ada sekitar dua puluh contoh undangan yang orang tersebut tunjukkan. Namun, hanya dua undangan yang berhasil menarik perhatian Mama."Bagaimana menurutmu undangan ini?" Mama menunjukkan undangan yang kertasnya terdapat bibit tanaman. Jika kertas undangan tersebut dibasahi lalu ditanam, lama-kelamaan akan tumbuh bunga yang sangat indaj. Selain itu di dalam undangan tersebut tertulis doa agar rumah tangga mereka berjalan harmonis."Unik, kan?""Iya, Ma.""Yang ini juga bagus. Gimana menurut kamu?" Mama menunjukkan udangan pilihannya yang kedua pada Cara. Sebuah undangan dress code yang dilengkapi dengan aksesoris seperti, pita atau bros yang bisa digunakan oleh tamu undangan saat menghadiri resepsi pernikahannya dengan Alvaro.Kening Cara berkerut d

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status