Home / Romansa / Istri Kedua Naik Takhta / Bab.1 Gagal Menikah

Share

Istri Kedua Naik Takhta
Istri Kedua Naik Takhta
Author: Anak Pertama

Bab.1 Gagal Menikah

Author: Anak Pertama
last update Last Updated: 2025-06-23 11:38:00

"Pernikahan Adistia dan Prabu gagal."

"Kenapa?"

"Pengantin pria sampai sekarang belum datang."

Ceteluk salah satu tetangga yang sedang duduk tak jauh dari Pak Latief.

Hari di mana seharusnya Adistia menjadi ratu sehari, justru menjadi perguncingan tetangga tanpa henti.

Pasalnya sampai diwaktu yang ditentukan di mana Ijab khobul harusnya digemakan nyatanya hingga jam di dinding menyentuh angka 12 siang, sang pengantin pria beserta keluarga tak kunjung tampak batang hidungnya.

Suasana makin memanas, tatkala sayu terdengar omongan para tetangga bahwa pengantin pria yang memiliki nama Prabu kabur tanpa penjelasan barang sepatah kata saja.

"Bapak, bagaimana ini?"

Raut gelisah mulai tak dapat ditutupi Adistia. Takut sudah tentu pasti, sedih apalagi, namun dia masih coba berprasangka baik dan berharap Prabu akan datang pada hari yang telah mereka berdua sepakati.

Namun kesedihan yang coba disembunyikan Adistia tak mampu dia tutupi dari Ayahnya. Hingga memaksa Ayah Adistia pergi.

"Sebentar, kamu tenang dahulu di sini ya!" Ucap Pak Latief.

Tanpa sebuah penjelasan lebih Pak Latief tiba-tiba pergi meninggalkan riuh hajatan yang harusnya diwarnai dengan tawa kebahagiaan.

"Bapak mau ke mana?" Teriak Adistia.

Tak ada jawaban dari sosok lelaki tua dengan wajah teduh itu, dia hanya berlalu sembari melambaikan tangan. Dan bayangan punggung itu pun perlahan menghilang dari pandangan.

Hati wanita berparas cantik pemilik nama Adistia Latief itu makin mengaduh tak karuan, tak kala cinta pertamanya pergi tanpa pesan. Kedua tangannya mengepal erat-erat, karena bayangan gagalnya pernikahan membuatnya kesal.

***

Siang itu Pak Latief mengendarai motor usang yang sudah menemaninya selama ini. Pandangannya tajam ke depan hanya saja pikirannya menerawang.

Berjalan dengan kecepatan di atas rata-rata, namun masih dalam kendalinya. Berharap segera sampai di rumah calon menantu, lalu membawanya serta untuk dinikahkan dengan putrI tercinta.

Hanya butuh waktu sepuluh menit, motor  yang dikendarai Pak Latief akhirnya sampai di rumah Prabu. Terlihat sekali Pak Latief tak sabar, motor yang dia kendarai hanya ditinggal begitu saja.

"Prabu?" Teriak Pak Latief sampai mengundang penasaran para tetangga.

Sekilas terdengar di indra pendengaran, beberapa tetangga sebelah sedang menggunjing.

"Eh itu kan calon mertuanya Prabu."

"Iya kasihan yaa."

"Tadi ada kabar katanya keluarga Prabu gak datang ke pernikahan, makanya itu mertuanya sampai datang ke sini."

Suara tidak enak didengar akhirnya berlalu, dan Pak Latief juga tidak ambil pusing dengan hal itu. Dia kembali ke tujuan awal datang ke sini.

Harusnya rumah itu riuh ramai dipenuhi sanak saudara dan tetangga. Namun alih-alih terlihat seperti sedang punya hajad, rumah kediaman keluarga Prabu justru terlihat sunyi.

'DUAR'

'DUAR'

Pintu rumah berbahan kayu kokoh juga tak luput dari pukulan Pak Latief, berharap seseorang keluar dan memberi penjelasan.

Sikap sopan yang biasanya melekat dalam diri Pak Latief seketika hilang, demi harga diri putri semata wayang dia rela bersikap arogan.

"Prabu keluar kamu! Kamu harus segera datang ke rumah, bersikaplah jantan tidak seperti ini. Apa kamu tidak kasihan terhadap Adistia."

"Apa salah anakku sampai kamu tega membuatnya malu?"

Peluh bercucuran tanpa henti mengalir di sekujur tubuh Pak Latief, amarah yang membuncah seolah membakar kesabaran lelaki tua yang sebenarnya penyabar.

Hampir setengah jam Pak Latief berdiri di depan pintu rumah calon besannya, namun tetap saja tidak satu pun yang keluar menemui Pak Latief.

“Prabu, keluar kamu!”

“Atau siapa pun yang di dalam tolong keluar! Jangan seperti pengecut kalian.” Terdengar mulai kasar, saat kesabaran sudah habis.

Tubuh yang awalnya tegar akhirnya tumbang, dia meringkuk merasakan sakit hati yang tak terlihat oleh mata. Sesekali isakan tangis terdengar lirih, menahan luka yang ingin dia sembunyikan.

"Pak Latief."

Kepala yang mulanya tertunduk langsung mendongak ke arah sumber suara. Berbarengan dengan tangan yang mengusap airmata.

Seorang wanita cantik seusia Adistia bernama Annisa berdiri di belakang Pak Latief.

"Annisa, apa kamu tahu di mana Prabu beserta keluarganya?"

Wanita muda itu tak langsung menjawab, netranya justru menyeryit seolah menanyakan apa yang terjadi sebenarnya.

"Prabu? Bukankah dia dan keluarga pergi ke rumah Adistia. Soalnya saya melihat beberapa mobil pergi dari rumah ini tadi."

DEG'

Penjelasan Annisa justru membuat Pak Latief makin gundah gulana, karena semua tidak membawa titik terang ataupun petunjuk di mana keberadaan calon menantu.

Cerita yang keluar dari lisan Annisa justrus makin menguatkan dugaan bahwa Prabu dengan sengaja melarikan diri dari pesta yang telah mereka sepakati.

"Tidak, tidak nak. Sampai saat ini Prabu dan keluarganya belum datang ke rumah. Makanya bapak datang kemari."

Tangan lembut itu menutup mulut agar tidak menganga, bersamaan dengan itu netra indah wanita muda itu juga berkaca-kaca. Mesti belum jelas dengan apa yang sebenarnya terjadi, akan tetapi Annisa bisa tahu alasan mengapa Pak Latief bisa sampai sepanik ini.

"Apa kamu tahu kira-kira ke mana perginya mereka?"

Annisa tak bisa menjawab, dia hanya menggelengkan kepala. Dia begitu kaget dan hampir tidak percaya, cerita sedih di hari pernikahan yang biasanya hanya ada di dalam cerita ternyata nyata adanya.

"Baiklah, kalau begitu bapak pergi dahulu."

Tanpa menunggu jawaban dari teman putrinya, Pak Latief langsung pergi untuk melanjutkan misi yang belum terselesaikan yaitu mencari pengantin laki-laki untuk anaknya.

Setelahnya Annisa baru sadar, dan menyadari Pak Latief sudah perlahan pergi dari pandangan.

"Aduh, Pak Latief. Pak Latief mau ke mana?" Dia tampak gusar, bingung serta kasian. "Bagaimana ini? kasihan si Adisti. tetapi aku kok takut sama Pak Latief yaa."

Padahal saat itu Annisa harus pergi untuk mengantar ibunya berobat tetapi karena perasaannya tidak enak dia memilih untuk mengikuti Pak Latief.

Mesti motor yang dikendarai Pak Latief tak lagi mumpuni, namun dia cukup kencang saat ini hingga Annisa sedikit kesulitan untuk mengejar.

"Ke mana tadi perginya Pak Latief?" Ucap Annisa saat menemui persimpangan jalan. "Kanan atau kiri?"

"Eemm, kanan saja lah. tetapi kalau ke sini kan jarang ada rumah penduduk. tetapi gak ada salahnya dicoba." Gumam Annisa ketika melihat jejak ban motor yang di yakini milik motor Pak Latief.

Karena jalan yang dipilih Annisa adalah jalan menuju berbukitan cukup menanjak dan jauh dari permukiman warga, di sana hanya ada beberapa rumah penduduk dan selebihnya vila serta, restoran yang hanya bisa dikunjungi jika kita sudah reservasi.

Tak berapa lama saat motor yang dikendarai Annisa berbelok ke arah kanan, terlihat beberapa kerumunan orang. Hatinya makin tak karuan, hingga dia makin kencang mengendarai motor agar segera mengetahui apa yang sedang terjadi di depan sana.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Kedua Naik Takhta   Bab.6 Saya Suaminya

    Liam masih membeku, rasa angkuh terlihat jelas di matanya. Bahkan ketika istri keduanya Adistia Latief memohon agar dia tetap tinggal, tapi nampaknya Liam tak tergoda.Percuma."Mbak, Pak Latief harus segera dibawa ke rumah sakit." Ucap Tama.Karena sejatinya dia tahu, jika Liam yang berhati keras seperti batu tidak akan luluh dengan tangisan Adistia. Dan menunggunya hanya membuang waktu saja.Adistia lantas dibantu Tama untuk membawa Pak Latief ke dalam mobil, sayangnya tenaga wanita yang masih mengenakan pakaian kebaya lengkap itu tak mampu menggotongnya.Sedangkan Tama sendiri juga terlihat kesulitan untuk membopong tubuh lelaki paruh baya yang hampir pingsan ini."Ayo Mbak, sekali lagi!""Iya Mas."Terdengar napas Adistia dan Tama semakin ngos-ngosan. Namun dalam keadaan seperti itu Liam masih juga bertahan dalam kebekuan.Tak ada sedikitpun keinginan untuk membantu, bahkan tangannya sudah memegang gagang pintu, membukanya dan siap pergi kapan saja dia mau."Bapak tolong bertahan

  • Istri Kedua Naik Takhta   Bab.5 Bimbang

    "Mas, mau kemana?"Sedikit risih dengan suara Adistia, tapi membuat Liam memalingkan pandangan ke wajah ayunya."Beri aku waktu lagi."Lama Liam berdiri sambil sibuk dengan ponsel yang ada di genggaman, wajahnya penuh kekhawatiran karena sedari tadi seseorang yang ingin dia hubungi ternyata panggilannya selalu dialihkan.Saking kesalnya hampir saja Liam membuang benda itu, hanya saja dia tahan. "Kemana dia sebenarnya?" Umpat Liam lirih."Liam." Panggil Pak Latief, saat dia menyadari Pak Penghulu sudah mulai gusar.Namun Liam sepertinya tidak mendengar, tangannya malah kembali sibuk berselancar di layar ponsel yang dia pegang. Pandangannya tak mau beralih, terus menatap ke layar sembari menunggu jawaban.Pak Penghulu yang mulai jemu kembali menggelengkan kepala, menghela napas ketika sebuah panggilan tak lagi dihiraukan.Suasana yang mulai tidak nyaman memaksa Adistia untuk beranjak dari kursi, dengan sedikit tergesa dia mendekati Liam yang berdiri agak jauh dari mereka.Rasanya memang

  • Istri Kedua Naik Takhta   Bab.4 Adisti kehilangan harga diri

    "Bagaimana Mas Liam?" Tanya Adistia dengan suara sedikit bergetar.Suara itu membuat mata tajam Liam menoleh ke sumber suara.Adistia yang awalnya menolak permintaan Bapaknya, sekarang hanya bisa pasrah tak berani melawan. Perasaannya sudah tidak karuan, ketika mendengar ucapan Pak Latief beberapa waktu lalu.Yang dia takutkan bukanlah gagal menikah lagi, melainkan kenyataan pahit jika Ayahnya benar-benar akan pergi meninggalkan dia seorang diri.Sehingga tanpa rasa malu sekarang dia juga mengejar Liam.Bahkan penolakan lelaki yang baru saja dia temui sekarang tak sedikitpun membuat dia gusar.Keadaan sang Ayah yang makin melemah membuatnya merintih, hingga butiran air bening terus mengalir meski Adistia sudah coba untuk menghentikan."Baiklah, aku setuju." Jawab Liam singkat.Sebuah jawaban tak dinyana keluar begitu saja dari lisan lelaki tampan dengan tatapan yang sebenarnya membuat Adistia Latief merasa tidak nyaman.Pak Latief lega, kedua sudut bibirnya terangkat setelah mendengar

  • Istri Kedua Naik Takhta   Bab.3 Tolong, Nikahi anak saya!

    Tubuh Pak Latief terlihat lemas, menahan sakit di sekujur tubuhnya. Hanya saja, masih ada satu kewajiban yang harus dia selesaikan sebelum ajal datang."Nak Liam, tadi kamu bilang akan mengabulkan semua permintaanku bukan?""Iya. katakan saja, Pak Latief mau apa?" Tanpa menaruh curiga.Karena sejauh ini dia tak berpikir macam-macam akan permintaan Pak Latief nantinya, yang dia bayangkan hanya sejumlah uang yang pasti akan di minta darinya.Hingga sebuah permintaan yang membuat Liam mengangkat wajahnya lalu memandang gadis cantik yang sedari tadi menangis di samping lelaki yang telah menyelamatkan dirinya."Apa? Bapak bilang apa tadi?""Iya, tolong nikahi anak saya sekarang!" Tangan Pak Latief meraih tangan Adistia.Ini bukan sekedar permintaan imbalan atas apa yang telah Pak Latief lakukan kepada Liam. Lebih tepatnya sebuah permohonan agar Liam mau menyelamatkan nama baik dan harga diri anak semata wayangnya yang hampir gagal menikah sekarang. "Apa, apa Bapak gill." Suara Liam mengga

  • Istri Kedua Naik Takhta   Bab.2 Kecelakaan yang direncanakan

    Beberapa saat sebelum Annisa datang. "Mas awas Mass!!!!" "Minggir! Ada mobil Mas!" Teriak Pak Latief. Sebuah mobil melaju kencang ke arah lelaki muda yang belum dia kenal, wajahnya begitu tampan dengan pakaian rapi dan terlihat mahal. Sebenarnya suara Pak Latief sudah kencang, namun entah mengapa lelaki muda pemilik nama Liam itu seperti tak mendengarnya. Sedangnya jarak antara mobil dan Liam makin dekat, hingga akal sehat Pak Latief tak dia gunakan lagi, ketika melihat seseorang sedang terancam bahkan orang tersebut sama sekali belum dia kenal. Motor yang seharusnya masih dia kendarai untuk melanjutkan misi mencari calon menantu dia tanggalkan begitu saja, bahkan tanpa sempat mematikan mesinnya juga. Pak Latief berlari dengan sempongan menuju tempat Liam berdiri, dia mendorong pemuda itu agar tak tertabrak mobil yang melaju. Dan kecelakaan akhirnya tak bisa terhindarkan, tubuh renta itu tak mampu ikut menghindar. Kencangnya laju kuda besi yang seharusnya menghantam Liam tampa

  • Istri Kedua Naik Takhta   Bab.1 Gagal Menikah

    "Pernikahan Adistia dan Prabu gagal.""Kenapa?""Pengantin pria sampai sekarang belum datang."Ceteluk salah satu tetangga yang sedang duduk tak jauh dari Pak Latief.Hari di mana seharusnya Adistia menjadi ratu sehari, justru menjadi perguncingan tetangga tanpa henti.Pasalnya sampai diwaktu yang ditentukan di mana Ijab khobul harusnya digemakan nyatanya hingga jam di dinding menyentuh angka 12 siang, sang pengantin pria beserta keluarga tak kunjung tampak batang hidungnya.Suasana makin memanas, tatkala sayu terdengar omongan para tetangga bahwa pengantin pria yang memiliki nama Prabu kabur tanpa penjelasan barang sepatah kata saja."Bapak, bagaimana ini?"Raut gelisah mulai tak dapat ditutupi Adistia. Takut sudah tentu pasti, sedih apalagi, namun dia masih coba berprasangka baik dan berharap Prabu akan datang pada hari yang telah mereka berdua sepakati.Namun kesedihan yang coba disembunyikan Adistia tak mampu dia tutupi dari Ayahnya. Hingga memaksa Ayah Adistia pergi."Sebentar, k

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status