"Jadi, Nak Samuel," bapak Annabelle menambahkan sambil menatap Samuel penuh harap. "Biar Annabelle berkelakuan buruk sekali pun, tapi dia anak Bapak. Sekarang kamu suaminya, kamu berhak bawa Annabelle dan ngedidik dia dengan cara baik-baik. Tapi, bapak mah khawatir istri kamu tahu kalau kamu udah nikah, terus datang nyamperin Annabelle. Pan nggak mungkin kamu belain Annabelle yang belum ketahuan bakalan berjodoh panjang apa nggak sama kamu …""Tapi, istri kamu kan udah ke uji," lanjut bapak Annabelle pahit. "Pan kamu bilang udah nikah hampir sepuluh tahun. Itu berarti istri kamu sabar, tapi belum tentu bisa sabar kalau dia tau dimadu. Jadi, walaupun kita baru aja ijab kabul dan Annabelle menjadi tanggung jawab dan hakmu sebagai suami, tapi bapak cuma mau minta, kalau Annabelle mending tinggal di sini dulu aja, khawatir—""Tapi, Pak," potong Samuel, menahan diri agar tak memekik, terutama ketika tenggorokannya terasa dicekik akibat kata-kata terakhir yang diucapkan bapak Annabelle. "Aku
Semalam Annabelle mendesak Samuel agar pria itu pulang, karena dia belum terbiasa dengan kehidupannya yang tiba-tiba jungkir balik dan berubah 180 derajat hanya dalam beberapa jam.Namun, Annabelle justru terkejut saat ibunya membangunkan untuk sholat subuh, dan meminta dia membangunkan adik lelakinya agar pergi ke mesjid menyusul bapaknya.Annabelle mendapati Samuel tertidur di tengah ruangan bersama Fathur—adik lelaki Annabelle yang masih kelas lima SD, pantas saja sang ibu menyuruh dia membangunkan adik lelakinya. Mungkin belum berani membangunkan menantu dadakannya, sehingga sengaja mengandalkan Annabelle.Setelah percekcokan antara dia dan Samuel semalam, Annabelle langsung mengunci pintu kamar dan tidur secepat yang dia bisa—berharap pernikahannya dengan Samuel hanya mimpi buruk semata.Annabelle bahkan seolah lupa bahwa dia terbiasa tidur dengan dua adik perempuannya, sementara adik lelakinya tidur di ruangan—karena rumah itu hanya memiliki dua kamar tidur yang salah satunya ada
Annabelle tertohok hingga matanya terbelalak. Dia ingin tertawa, mengerti bahwa kemungkinan Samuel mengalami mimpi basah—meski dalam hati kecilnya bertanya-tanya, kenapa Samuel justru menyalahkan bibirnya? Bukankah semalam bukan Annabelle yang mencium Samuel?Samuel tahu bibir Annabelle yang merapat sedang berupaya agar tidak menertawakan apa yang baru saja dia katakan.Jadi, sebelum Annabelle bisa berkomentar apa pun tentang pengakuannya, Samuel kembali menambahkan dengan jengkel, "Handuk kamu aja lah. Dingin tau pulang bawa motor pagi-pagi gini."Annabelle mendecakan lidah, mengejek dengan suara pelan, "Percuma badan tatoan kalau sama udara dingin aja masih takut!"Alih-alih marah, Samuel justru terkekeh-kekeh melihat ekspresi Annabelle yang mendelik sebelum berlalu pergi sambil membereskan alas tidur bekas Samuel. Tak lama kemudian wanita itu kembali dengan membawa handuk berwarna ungu, sarung bersih, dan pouch monokurobo berisi alat mandi."Ada sikat gigi baru yang baru dibeli kem
Sekali lagi Samuel tidak bisa memaksa penolakan Annabelle yang tak ingin ikut pergi dengannya. Mengingat selisih usia mereka terpaut begitu jauh, nyaris separuh dari usia Samuel, akhirnya pria itu sadar bahwa dia mungkin harus lebih bersikap pengertian. Tak peduli meski Annabelle pernah berumah tangga atau tak ingin disebut sebagai anak-anak.Meski Annabelle tampaknya masih tak bisa menerima statusnya sekarang, tetapi Samuel cukup lega karena wanita itu tak marah marah lagi saat dia akan pergi. Setidaknya, sindiran Annabelle tidak terlalu galak seperti semalam atau saat dia bangun tidur tadi pagi.Tepat pukul delapan pagi, Samuel terlebih dulu mengontrol villa dan penginapan, memeriksa berapa banyak kamar atau villa yang terisi malam itu. Dia menemui salah satu pekerjanya, yang bertugas mencatat penjualan kamar, sekaligus mengambil uang yang didapat malam itu.Setelah terlibat percakapan dan menerima laporan yang mengatakan bahwa water heater di salah satu penginapan tersebut rusak,
Yunita tampak terkejut, tetapi dia tak lantas memberikan ponselnya, melainkan terburu-buru mengganti akun F******k-nya yang bernama Yunita Pusvitasari sari, dengan akun Mama Alfian.Tampaknya keberuntungan sedang berpihak pada Yunita, karena saat Samuel menyambar ponsel dari tangan istrinya, beranda F******k-nya yang Samuel lihat sudah menampilkan akun bernama Mama Alfian.Tak ada yang aneh di dalam wall sosial media milik Yunita, hanya beberapa unggahan foto makanan, kebersamaan dia dengan orang tua teman-teman Alfian di sekolah, juga deretan foto selfie di setiap sudut rumahnya.Samuel bukan sekali dua kali menegur Yunita agar tak memposting foto dirinya yang dandan berlebihan, tetapi tampaknya Yunita tak menggubris peringatan Samuel.Sebenarnya, Samuel bukan merasa cemburu, tetapi suami mana yang senang jika istrinya bertingkah berlebihan? Terutama Yunita kerap memamerkan kemewahan yang tak sepantasnya dipamerkan, mengingat Samuel sendiri kerap tampil sederhana, meski dia sekarang m
Ketika waktu menunjukkan pukul sembilan malam, Samuel baru saja tiba di penginapan dalam suasana hati gusar. Dia memang tak yakin apakah Annabelle menantikannya atau tidak, tetapi tetap saja Samuel merasa kesal pada diri sendiri.Tadi siang, Samuel sendiri yang mengatakan bahwa dia akan menjemput Annabelle selepas magrib. Namun, siapa yang menduga bahwa Alfian dan Yunita terlalu betah bermain air.Meski awalnya Samuel tak berencana mengajak Yunita, tetapi karena dia mengatakan akan mengajak Alfian ke Pantai Pelabuhan, yang hanya berjarak sekitar satu jam perjalanan dari rumahnya, akhirnya Yunita memutuskan untuk ikut dengan mereka.Hanya saja, dia tidak memprediksi akan terjebak macet selama tiga jam ketika menuju perjalan pulang. Jadi, saat dia tiba di rumah pukul delapan malam, Samuel langsung bergegas mandi serta berganti pakaian, lalu pergi ke tempat kerjanya terlebih dahulu, dan Yunita tak pernah bertanya apakah dia akan pulang atau tidak, seperti itulah ketidakpedulian Yunita ter
"Tidur di mana?" Annabelle mengulangi pertanyaan Samuel seolah itu hal yang aneh. "Ya atuh tidur di sini, masa iya aku harus bangunin lagi si Fathur terus suruh keluar dari kamar?"Samuel berkerut suram sambil mengamati matras yang semula ditiduri Fathur, dia juga tidur di matras itu kemarin bersama adik Annabelle."Di sini dingin lho, Anna," kata Samuel sambil mencari makanan dari salah satu kantong belanjaan yang dia bawa, lalu menemukan sebungkus biskuit coklat, yang mungkin bisa mengganjal perutnya yang terasa sedikit melilit."Kemarin aja aku tidur pake jaket, selimut aja nggak cukup perasaan. Apa lagi ventilasi di rumah ini pada kebuka kayak gini," lanjut Samuel sambil mengupas bungkusan dan mengambil satu keping biskuit yang terbalut coklat tebal.Annabelle nyaris tersedak minuman melihat Samuel, dan berpikir bahwa pria itu benar-benar membawa camilan itu untuk dia sendiri—seperti yang dikatakan Samuel saat memberikan dua kantong belanjaan tersebut padanya."Om, laper, ya?" tan
"Kapan bapakku bahas mau cari rumah?" gerutu Annabelle kesal. "Nggak usah ngada-ngada, deh! Lagian, si Om jadi orang kenapa suka ngatur-ngatur gini—"Ucapan Annabelle terputus ketika Samuel membungkuk di dekat wajah wanita itu. Tubuh tinggi Samuel yang kokoh menaungi sosok Annabelle yang berbaring di atas matras, dan tanpa Annabelle duga, pria itu mencium bibirnya dengan rakus hingga Annabelle terbelalak kaget.Samuel menangkap tangan Annabelle yang berupaya mendorongnya, lalu melepas pagutannya sambil mendesis, "Kamu mah emang pada dasarnya harus dihukum dulu kayaknya!""Apa-apaan sih, Om?!" Annabelle berhasil menarik tangannya dari cengkraman Samuel, lalu memukul bahu pria itu agar menjauh darinya.Namun, alih-alih menjauh, Samuel justru menggigit pipi Annabelle gemas, lalu berbisik serak, "Kamu yang pilih tempatnya, mau dihukum di sini apa di villa? Kalau di sini, artinya kamu ambil resiko orang rumah bakalan kebangun karena desahanmu. Aku nggak berani jamin kamu bisa nahan suara s