Share

Istri Kedua Tuan Abraham
Istri Kedua Tuan Abraham
Penulis: Khadijah Aisyah

Menikahlah Dengan Suamiku!

"Menikahlah dengan suamiku! Aku mohon!" 

Jihan tercengang mendengar sang majikan berucap seperti itu, dia pun menghentikan kegiatannya merapikan kamar majikannya. Kemudian menghampiri wanita cantik tersebut.

"Kenapa Nyonya berbicara seperti itu?" tanya Jihan sambil menatap wajah pucat Mikhaela dengan dalam.

"Kamu sudah tahu, aku ini tidak akan bisa memberikan keturunan untuk suamiku. Bahkan lusa rahimku akan diangkat," terang Mikhaela lirih.

Jihan terdiam, karena dia tidak pernah bermimpi menjadi istri kedua apa lagi menikah dengan sang majikan. 

"Aku tidak percaya pada wanita lain Jihan. Aku ingin kau melahirkan anak untuk mas Abraham," tambah Mikhaela.

Jihan semakin tercengang mendengar permintaan sang majikan padanya, kemudian dia duduk di samping wanita itu dengan perlahan.

"Nyonya harus sembuh, karena saya yakin itu! Jangan ucapakan kalimat itu lagi!" pinta Jihan pelan.

Mikhaela memegang tangan Jihan, kemudian menangis tersedu-sedu di hadapan wanita itu. Sebab ia tidak akan sanggup jika sang suami menikah lagi dengan wanita lain untuk mendapatkan anak. Sebab dia tidak akan bisa memberikan keturunan untuk suaminya.

"Jihan, aku percaya padamu! Kalau kamu tidak akan mencintai suamiku, walaupun kamu melahirkan anak untuknya," ucap Mikhaela dengan lirih.

Jihan terdiam, kemudian dia bergegas pergi dari sana tanpa mengatakan apapun. Sebab ia tidak akan mau menikah dengan sang Tuan yang sangat baik padanya selama ini. 

Wanita muda yang baru berusia 26 tahun ini kembali mengerjakan tugas, namun kali ini dia tidak pokus karena permintaan sang nyonya tadi. Jihan membersihkan dedaunan yang ada di kolam renang.

Kemudian duduk sambil mengingat kembali ucapan Mikhaela yang memintanya untuk menikah dengan Abraham, yang berstatus sebagai majikannya.

"Tidak akan terjadi pernikahan itu! Apa lagi aku sama sekali tidak ingin menikah diumur yang sekarang," gumam Jihan lirih.

...

Jihan dikejutkan oleh ketukan pintu kamarnya. Padahal ia baru saja ingin beristirahat setelah menyelesaikan pekerjaannya.

"Siapa ya, kenapa mengetuk pintu kamarku tidak henti-henti?" gumam Jihan sambil berjalan membuka pintu kamarnya.

Saat dia membuka pintu kamarnya, ia sangat terkejut melihat sang Tuan berdiri dihadapannya.

"Maaf Tuan, apa ada yang bisa saya bantu?" tanya Jihan sambil menundukkan kepalanya.

"Saya ingin tanya, kenapa Mikhaela tidak mau berbicara? Katanya kamu tau apa permasalahannya?" tanya Abraham dengan terus terang.

Sebab, dia tidak mau basa-basi kepada wanita lain. Hal itu membuat Jihan langsung menceritakan apa yang terjadi tadi padi pada sang majikan. 

Sontak saja membuat Abraham sangat terkejut, kemudian dia bergegas pergi menuju kamar sang istri untuk menanyakan langsung apa yang diucapkan oleh Jihan tadi benar atau tidak.

Setelah sampai, dia langsung menghampiri sang istri yang terbaring lema di ranjang king size mereka.

"Kenapa kamu meminta saya untuk menikahi Jihan? Apa kamu tidak waras lagi?!" 

Mikhaela tersenyum mendengar pertanyaan sang suami. Padahal pria itu tengah marah saat ini padanya. Namun ia sama sekali tidak takut.

"Mas, kangker ramin yang aku derita sudah parah! Hanya kecil kemungkinan aku bisa bertahan. Sebab itu menikahlah dengan Jihan dan segera miliki anak dengannya, agar kita bisa merawat anak itu bersama," terang Mikhaela.

Abraham mengelengkan kepala, karena mendengar sang istri meminta yang bukan-bukan padanya hanya untuk mendapatkan anak.

"Mikhaela sayang, saya bisa mengambil bayi dari pantai asuhan. Kenapa saya harus menikahi pembantu kita demi mendapatkan anak?" tanya Abraham lembut sambil mengecup kening istrinya.

Mikhaela memegang tangan Abraham dengan lembut, kemudian dia tersenyum manis menatap wajah sang suami yang sangat tampan.

"Mas, aku ingin anak kandungmu walaupun bukan bersamaku! Turutilah keinginanku untuk kali ini, karena kita tidak tau sampai kapan aku mampu bertahan," pinta Mikhaela dengan lirih.

Abraham bingung harus berbuat apa, kemudian ia bergegas pergi dari dalam kamarnya untuk menenangkan dirinya terlebih dahulu. Sebab ia tidak akan mau menikahi wanita lain, apa lagi dengan pembantunya.

Sedangkan Mikhaela yakin kalau sang suami akan menikah dengan Jihan. Sebab Abraham tidak akan menolak permintaannya selama ini. 

...

Keesokan paginya ...

 Pagi ini, Jihan tengah mengemasi barang-barang milik Mikhaela. Sebab, sang nyonya akan segera berangkat ke rumah sakit untuk melakukan operasi pengangkatan rahim besok.

"Jihan, tadi aku sudah menyiapkan baju untuk mas Abraham. Apa ada di meja itu?" tanya Mikhaela dengan pelan.

Jihan melihat baju milik sang Tuan di meja, kemudian ia mengambilnya dan memberikan pada Mikhaela yang berbeda di tempat tidur.

"Jihan, perutku sakit sekali. Bisakah antarkan baju ini ke kamar mandi. Tenang saja! Kau tidak akan melihat mas Abraham," pinta Mikhaela dengan pelan.

Sebab, perutnya sakit sekali. Hal itu membuat Jihan tidak tega dan menuruti keinginan sang nyonya. Saat dia berada di kamar mandi, ia meletakkan baju yang dibawa ke meja.

"Tuan, maaf saya mengantar baju Tuan atas permintaan Nyonya!" Jihan berucap sambil bergegas pergi dari sana.

Sebelum dia melihat pemandangan yang tidak diinginkan. Sontak saja membuat Abraham langsung menyudahi ritual mandinya. Sebab takut terjadi apa-apa pada istrinya.

Setelah selesai memakai pakaian lengkap, Abraham bergegas ke luar dan melihat Mikhaela menangis di dalam pelukan Jihan, hal itu membuatnya cemas dan langsung menghampiri sang istri.

"Ada apa?" tanya Abraham dengan sangat cemas.

"Tuan, kita bawa Nyonya ke rumah sakit sekarang! Kasihan dari tadi katanya perutnya sakit," jawab Jihan dengan cemas sambil melepaskan pelukannya.

Abraham langsung menggendong sang istri dan membawanya ke mobil, sedangkan Jihan membawa semua barang-barang milik Mikhaela untuk di rumah sakit.

Setelah selesai, dia pun bergegas pergi ke luar dan masuk ke dalam mobil. Jihan duduk di belakang bersama dengan Mikhaela, sedangkan Abraham yang membawa mobil.

"Jihan, rasanya sakit sekali. Aku tidak tahan lagi," rigis Mikhaela dengan lirih.

"Nyonya jangan katakan seperti itu! Percayalah kalau Nyonya akan sembuh," sahut Jihan.

Jihan mengelus-elus rambut Mikhaela dengan lembut. Wanita itu pun tidak keberatan. Sebab ia sudah dekat dengan Jihan sejak masih kuliah. Bahkan ia sudah menganggapnya sebagai saudara bukan pembantu.

"Sayang, jangan bicara seperti itu aku mohon! Kamu pasti sembuh sayang, percayalah!" sahut Abraham sambil terus mengemudikan mobil dengan cepat.

Setelah sampai, Abraham langsung membawa sang istri ke IGD dan ditangani oleh Dokter, barulah Mikhaela berhenti menangis, karena rasa sakitnya sudah berkurang.

"Jihan, jangan tinggalkan aku ya!" pinta Mikhaela dengan lirih sambil memegang tangan Jihan dengan erat.

"Baik Nyonya," jawab Jihan.

Jihan selalu ada di samping Mikhaela seperti permintaan wanita itu. Kemudian mereka pindah ke ruang inap Mikhaela.

Abraham duduk di samping Mikhaela, sedangkan Jihan masih membereskan barang-barang milik sang nyonya.

"Jihan, kemarilah! Aku ingin menyampaikan sesuatu padamu," panggil Mikhaela dengan lembut.

Jihan langsung mendekat, kemudian memegang tangan sang nyonya dengan lembut, dan sekilas melirik ke arah Abraham.

"Mas Abraham, Jihan. Aku mohon menikahlah!" 

Bersambung.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Endiy Fathia
Semangat Dedek
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status