Abraham langsung bangun dari duduknya dan memegang tubuh sang istri. Kemudian dia membawa Mikhaela masuk ke dalam dan dengan perlahan.
"Kamu mau ke mana? Ingat! Tubuhmu masih belum pulih betul," ujar Abraham dengan lembut.
"Maaf Mas, tadi aku ingin melihat apakah kamu sudah pergi atau belum?" jawab Mikhaela pelan.
Abraham membantu sang istri tidur kembali ke tempat tidur pasien, kemudian meletakan kembali botol infus ke tempat asal. Setelah itu, dia memegang tangan Mikhaela dengan lembut.
"Kenapa seperti itu? Bukankah kamu yang minta saya pergi mengantar Jihan tadi, dan kenapa ingin memastikan saya sudah pergi atau belum?" tanya Abraham sambil menatap wajah sang istri.
Mikhaela tersenyum dan menjelaskan kenapa dia ingin memastikan sang suami sudah pergi atau belum. Sedangkan Jihan hanya diam di depan pintu melihat kedua majikannya yang terlihat sangat mesra, kemudian ia bergegas pergi dari sana.
Jihan berjalan dengan perlahan menuju mobil Abraham sambil terus memikirkan ucapan sang Tuan tadi.
"Semoga saja aku tidak membongkar rahasia kami pada bu Mikhaela, karena ini sangat rahasia. Aku merasa heran padanya, kenapa dia meminta tuan Abraham menikah lagi? Hanya karena ingin mendapatkan anak," gumam Jihan sambil terus berjalan menuju mobil sang majikan.
Setelah sampai di parkiran, Jihan terdiam sambil menunggu kedatangan Abraham. Tak berselang lama akhirnya yang ditunggu-tunggu tiba juga.
Abraham tidak mengatakan apapun dan langsung masuk ke dalam. Jihan juga langsung masuk dan duduk di kursi belakang dengan santai.
"Hei! Duduk di sini. Kamu pikir saya ini supir?!" pinta Abraham.
"Maaf Tuan," sahut Jihan.
Wanita muda itu langsung pindah duduk ke depan tanpa turun dari mobil, membuat Abraham mengelengkan kepala melihat tingkah sang membantu.
"Astaga Jihan! Kenapa kamu tidak turun terlebih dahulu?" tanya Abraham sambil menatap tajam ke arah sang pembantu.
Jihan kembali tersenyum, karena dia pikir ada yang lebih muda lalu kenapa harus memilih yang sulit. Namun salah di mata Abraham.
"Maaf Tuan," ujar Jihan pelan.
Abraham langsung mengemudikan mobilnya menuju rumah dengan kecepatan tinggi agar segera sampai, dan dia bisa cepat kembali ke rumah sakit menemani istrinya.
Selama diperjalanan mereka berdua saling diam tidak ada yang bersuara sampai tiba di rumah Abraham. Jihan pun langsung turun dan masuk ke dalam tanpa membawa tas yang diletakkan di kursi mobil sang Tuan tadi.
Wanita muda itu menghentikan langkah saat hendak masuk ke dalam kamar dan mencari-cari tas samping miliknya. Kemudian dia menepuk keningnya.
"Ya ampun, tas milikku masih ada di dalam mobil tuan Abraham!" Jihan langsung berlari kembali ke luar.
Namun sayangnya, Abraham sudah pergi. Jihan menghela napas panjang karena ponsel miliknya ada di dalam tas tersebut, kemudian wanita itu langsung masuk ke dalam dan beristirahat di kamarnya.
...
Abraham melirik ke samping dan melihat tas milik Jihan. Namun ia sudah hampir sampai di rumah sakit, membuatnya enggan kembali hanya untuk memberikan tas milik sang pembantu.
"Saya penasaran apa yang ada di dalam tas Jihan ya?" gumam Abraham.
Pria itu memarkirkan mobil di parkiran rumah sakit, kemudian mengambil tas milik Jihan dan membuka tas tersebut. Abraham terdiam melihat isi dalam tas samping itu.
Sebab, hanya ada ponsel di dalamnya. Kemudian ia bergegas turun sambil membawa tas milik Jihan tanpa peduli tatapan orang di sekitarnya.
"Seperti tidak pernah melihat pria membawa tas wanita saja!" gram Abraham sambil terus berjalan menuju kamar sang istri.
Setelah sampai, Abraham langsung menghampiri sang istri. Mikhael langsung tertawa melihat suaminya membawa tas wanita, hal itu membuat Abraham kesal dan meletakan tas milik Jihan di meja.
"Apa yang lucu?" tanya Abraham pelan.
Mikhaela langsung berhenti tertawa, kemudian memegang tangan sang suami dengan lembut dan mengecupnya.
"Maaf, aku tidak bermaksud untuk menertawakan kamu. Tapi lucu saja saat seorang Abraham Salim Wijaya membawa tas milik wanita," jawab Mikhaela pelan sambil menahan tawanya agar tidak pecah.
Abraham diam, kemudian dia menceritakan kalau tas itu milik Jihan yang tertinggal di mobilnya. Mikhaela pun mengerti dan berhenti menertawakan suaminya yang sudah mulai marah karena ia tertawakan.
...
Keesokan paginya.
Mikhaela sudah diperbolehkan pulang oleh Dokter, sebab wanita itu terus-menerus meminta pulang dan akhirnya diizinkan oleh Dokter. Ya walaupun kondisinya belum pulih betul.
Abraham sudah lelah membujuk agar istri tidak pulang dulu. Namun Mikhaela keras kepala meminta pulang terus-menerus dan dia pun menuruti keinginan wanita itu.
"Ingat ya! Saya tau mau kamu lelah sedikitpun!" ancam Abraham.
"Baik Tuan Abraham Salim Wijaya," jawab Mikhaela dengan senyuman manisnya.
Abraham tersenyum, kemudian membantu sang istri turun dari mobil dan naik ke kursi roda yang sudah disiapkan oleh Abraham. Sebab ia masih mencemaskan keadaan Mikhaela.
Saat Abraham hendak mendorong kursi roda sang istri, tiba-tiba Jihan datang dan meminta agar dia saja yang membawa sang nyonya masuk ke dalam.
"Biarkan saya saja yang membawa Nyonya Mikhaela, Tuan Abraham!" pinta Jihan dengan lembut.
Abraham pun mengizinkan, kemudian dia bergegas masuk. Sedangkan Jihan masih mendorong kursi roda Mikhaela dengan perlahan dan sangat berhati-hati takut sang nyonya kenapa-kenapa.
"Jihan, jangan panggil aku nyonya lagi! Sebab, kau juga akan menjadi nyonya di sini," ujar Mikhaela sambil menatap wajah Jihan.
"Baik Kak Mikhaela," jawab Jihan lembut.
Wanita muda itu lupa jika dia harus memanggil sang nyonya dengan sebutan kakak. Sebab ia belum terbiasa, membuat Jihan sering lupa.
Setelah sampai di kamar sang nyonya, Jihan membantu Mikhaela naik ke tempat tidur dengan perlahan. Kemudian dia memijat kaki majikannya dengan lembut.
"Jihan. Bersiaplah malam ini kau akan menikah dengan mas Abraham!" ujar Mikhaela.
Jihan menghentikan memijat kaki sang majikannya, kemudian menatap wajah Mikhaela dengan lirih, terlihat jelas jika ia sangat terpaksa menikah dengan Abraham.
"Oh iya. Aku sudah menyiapkan tiket bulan madu untukmu dan mas Abraham ke Turki," tambah Mikhaela dengan senyuman manisnya.
Jihan hanya menganggukkan kepala, karena dia tidak senang sama sekali dengan pernikahan sandiwara yang dilakukan dengan Abraham. Sebab ia merasa bersalah sudah membohongi Mikhaela.
Namun, Jihan tidak memiliki pilihan lain, karena dia ingin membalas budi pada Mikhaela yang sudah baik padanya selama ini.
"Jihan, pakailah gaun pengantin milikku yang ada di dalam lemari. Ambillah dan bersiap-siap untuk nanti malam!" pinta Mikhaela dengan lembut.
"Baik Kak," sahut Jihan lirih.
Jihan bergegas mengambil gaun pengantin berwarna putih milik Mikhaela, kemudian bergegas pergi dari sana menuju kamarnya. Setelah sampai, ia langsung menidurkan tubuh di atas kasur.
"Kenapa bu Mikhaela tidak sakit hati suaminya menikah lagi? Bahkan, dia sendiri yang meminta suaminya menikahi wanita lain," gumam Jihan sambil menatap langit-langit kamarnya dengan lirih.
Pada saat itu juga pintu kamarnya dibuka seseorang, sontak membuat dia sangat terkejut karena orang itu tidak mengetuk pintu terlebih dahulu, langsung masuk saja.
"Jihan, ini ponselmu ada panggilan masuk dari Angga. Siap dia? Apakah dia pacarmu?" tany
a Abraham sambil memberikan ponsel Jihan.
Bersambung.
Jihan langsung mengambil ponselnya, kemudian diam tidak menjawab panggilan dari nomor telepon yang bernama Angga. Hal itu membuat Abraham semakin yakin bahwa pria itu adalah pacar sang pembantu."Jadi, selama ini kamu memiliki pacar?" tanya Abraham untuk yang kedua kalinya.Namun, Jihan hanya diam tidak menjawab. Sebab dia bingung harus menjawab apa, karena Angga adalah pria yang dia sukai dan menjadi idamannya."Jihan, jika kamu memiliki pacar batalkan pernikahan yang akan kita jalankan nanti malam! Sebab, saya tidak ingin menghancurkan kehidupan kamu," tambah Abraham."Bukan Tuan, dia hanya teman saya. Bukan pacar, karena saya tidak memiliki pacar," sahut Jihan cepat.Abraham diam, kemudian bergegas pergi dari sana karena sudah mendapat jawaban dari Jihan tentang Angga yang sejak kemarin terus-menerus menelpon ponsel wanita itu. Sedangkan Jihan langsung mematikan ponselnya, agar Angga tidak menelpon lagi. Sebab nanti malam ia sudah menjadi istri orang. "Biarkan Angga menelpon samp
Jihan mendekati Abraham, dan melemparkan surat perjanjian yang sudah dirubah oleh pria itu tanpa izinnya. Hal itu membuat Jihan marah, karena merasa dirugikan."Kenapa surat perjanjian kita Anda rubah? Padahal, saya tidak pernah tanda tangan di sini!" kesal Jihan.Wanita muda itu merasa sudah dibohongi oleh Abraham, karena di dalam surat perjanjian yang baru ini ada tanda tandanya. Padahal dia tidak merasa sudah memberikan tanda tangannya."Sudahlah, lagipula hanya satu yang saya tambahkan. Yang lain tetap sama, pernikahan ini hanya di atas kertas," sahut Abraham dengan santai."Tapi, Tuan menambahkan jika Anda khilaf dan meniduri saya, hal itu tidak masalah!" tambah Jihan.Abraham hanya diam tidak menjawab ucapan Jihan, kemudian menidurkan tubuh di ranjang dan memejamkan kedua matanya. Sebab satu malam dia tidak tidur memikirkan agar bisa merubah surat perjanjian yang dibuat bersama Jihan.Sedangkan Jihan, bergegas pergi dari sana untuk men
Abraham terkejut mendengar jeritan Jihan, dan bergegas pergi menuju kamar melihat wanita itu baik-baik saja. Lalu, kenapa Jihan berteriak?"Ada apa? Kenapa berteriak? Mengagetkan saja!" tanya Abraham tegas sambil menghampiri Jihan.Jihan memperlihatkan satu koper yang berisikan lingerie seksi, hal itu membuat Abraham menggelengkan kepala. Sebab kelakuan Mikhaela benar-benar membuatnya pusing."Lalu, apa masalahnya?" tanya Abraham dengan cuek.Jihan terkejut akan pertanyaan Abraham, kemudian dia bangun dan berharapan dengan sang suami sambil memegang lingerie seksi berwarna merah terang."Apa masalahnya Anda tanya? Jelas saya takut Tuan berbuat macam-macam, kalau saya memakai lingerie ini," jawab Jihan ketus.Sebab, dia kesal pada Abraham. Sebab pria itu sama tidak peduli padanya. Mana mungkin dia memakai baju seksi itu, karena tidak terbiasa."Itu masalahmu, bukan masalah saya!" Abraham berucap dengan ketus sambil bergegas pergi dari
"Sepertinya saya tidak perlu menjawab lagi, karena Anda sudah tau apa alasannya," ucap Jihan dengan ketus.Abraham langsung memegang tangan Jihan dengan kuat, membuat gadis itu ketakutan. Sebab, ia tidak mau sampai Abraham menyentuhnya lagi."Saya ingatkan padamu, di sini yang berhak berbuat apapun tanpa persetujuan adalah saya!" ancam Abraham.Kemudian dia menghempaskan tangan Jihan dengan kasar, membuat wanita muda itu kesal."Kenapa Anda sangat kasar? Padahal, sebelum kita menikah Tuan sangat baik. Bahkan membentak saya tidak pernah, berbeda dengan sekarang?!" tanya Jihan sambil menatap wajah Abraham.Pria itu hanya diam, kemudian bergegas pergi dari sana. Sebab, ia ingin menenangkan pikiran entah mengapa sikapnya berubah sejak ia harus menuruti semua keinginan Mikhaela.Padahal, dulu Abraham tidak pernah marah-marah pada Jihan. Walaupun wanita muda itu membuat kesalahan.Sedangkan Jihan, langsung bergegas mandi dalam keadaan kesal
Setelah sampai di rumah, Abraham langsung bergegas masuk ke dalam kamarnya. Namun, tidak ada Mikhaela di sana. Kemudian, ia mencari sang istri di halaman belakang.Namun, wanita itu juga tidak ada di sana. Bahkan setiap sudut rumah tidak ada keberadaan Mikhaela. Hal itu membuat Abraham marah."Kenapa kalian tidak tau istriku pergi!" bentak Abraham kesal.Sebab, semua satpam tidak tau kapan Mikhaela pergi dari rumah. Karena tengah mengerjakan tugas masing-masing."Maaf Tuan, kami tidak tau kalau nyonya pergi," jelas satpam tersebut dengan pelan.Abraham mengecek CCTV, dan melihat istrinya pergi dari rumah. Namun, tak kunjung kembali. Kemudian ia mengerahkan semua anak buahnya untuk mencari Mikhaela.Sedangkan Jihan, hanya diam melihat. Sebab, ia tidak tau harus berbuat apa, karena biasanya Mikhaela tidak pernah pergi tanpa seizin Abraham.Wanita muda itu bergegas pergi untuk mengajarkan tugas seperti biasanya. Kemudian dia membuatkan kopi hitam kesukaan Abraham. Setelah selesai, ia me
Abraham membawa Jihan ke ranjang, kemudian dia membuka baju. Hal itu membuat Jihan semakin takut dan terbayang malam pertama mereka."Tuan, saya mohon jangan lakukan lagi!" mohon Jihan.Abraham langsung menatap wanita itu, kemudian memeriksa salep yang diberikan Dokter tadi pagi padanya. Sebab, dibangian pinggangnya ada memar sedikit akibat ia terjatuh dari motor saat pergi ke kantor dengan terburu-buru."Tadi saya minta bantuan Mikhaela. Tapi dia tidak bisa. Jadi, minta bantuan kamu, yang sudah menjadi istri saya," terang Abraham.Jihan bernafas lega, kemudian mulai mengolesi luka lebam Abraham dengan perlahan. Setelah selesai, dia melihat sang suami sudah tidur dengan pulas. Sehingga ia tidak tega membangunkan pria itu.Walaupun dia masih marah dengan Abraham. Namun, saat melihat pria itu tidur hatinya tersentuh. Sebab, sang suami terlihat lebih tenang seperti itu."Jihan, apa sih yang kamu pikirkan?" gumam Jihan.Wanita itu bergega
Abraham dan Jihan langsung menoleh, kemudian pria itu turun dari atas tubuh istri keduanya. Setelah itu, menghampiri Mikhaela yang masih berada di depan pintu."Ada apa sayang?" tanya Abraham dengan lembut sambil mengecup keningnya.Mikhaela menggelengkan kepalanya, karena hatinya sakit melihat sang suami bersama wanita lain. Namun, semua itu memang keinginannya.Sedangkan Jihan, masih di ranjang. Sebab kepalanya masih sedikit pusing. Kemudian Mikhaela menghampiri madunya."Jihan, aku dengar kamu sakit," ujar Mikhaela lembut."Tidak sakit Kak, hanya pusing dan kelelahan. Mungkin karena perubahan cuaca di Turki dan di sini," sahut Jihan pelan.Mikhaela memegang tangan Jihan dengan lembut. Kemudian memeluk sang madu, karena dia berharap wanita muda itu cepat memberikan anak untuknya dan tidak berdekatan lagi dengan sang suami."Aku yakin kalau kamu tidak akan mencintai suamiku," bisik Mikhaela pelan di telinga Jihan.Jihan mengan
Angga terkejut karena Abraham dapat menebak dengan benar kalau dia pergi karena Jihan sudah menikah. Namun, ia tidak mau mengakui hal itu."Pak, aku pergi karena ingin melanjutkan bisnis di sana. Lagipula di sini ada orang kepercayaan yang mengurus perusahaan ini," terang Angga.Abraham terdiam karena mendengar ucapan Angga yang mengatakan kepergiannya tidak ada hubungannya dengan Jihan.Kemudian, Abraham pun bergegas pergi dari kantor Angga karena dia masih banyak pekerjaan di kantornya, pria itu lega jika kepergian Angga memang tidak ada hubungannya dengan Jihan.Sebab, Jika itu terjadi dia sangat terpukul karena sudah menikahi Jihan wanita yang dicintai oleh sahabatnya.Di tempat lain, Jihan sudah terbangun dan dia pun menenangkan dirinya yang sudah lumayan segar di taman belakang. Wanita itu melihat bunga-bunga yang bermekaran indah di sana.Pada saat itu Mikhaela datang dan duduk di samping Jihan. Kemudian Jihan melihat istri pertama sa