Share

3. Istri Kedua Yang Buta

Desti bingung membuatnya, dia benar-benar tidak mengerti apa yang dimaksud oleh pria di depannya ini. Pasalnya dia sedang tidak membuat drama, dan pria di depannya malah membentaknya. Winarta yang melihat Desti hanya diam saja, dan tidak menjawabnya malah semakin emosi. 

“Apa kau akan menerima kesepakatan yang akan aku buat apa tidak!” bentak Jefri yang sudah kehabisan kesabarannya. Karena Desti yang tidak menjawabnya ataupun bertanya lebih lanjut.

Desti yang mendapatkan bentakan itu pun gemetar dan berkata, “A-apa itu, Tuan?” 

Suara Desti terdengar lemah. Ia takut jika pria di depannya akan lebih marah lagi. mendengar pertanyaan Desti, Winarta menyunggingkan senyumnya.

“Kau akan menjadi pengantin penggantiku. Tenang saja aku akan memberikanmu uang selama kau menjadi istriku, selain itu kau bisa meminta apa pun kecuali cinta,” ucap Winarta memberikan penawaran yang sangat menarik. 

Winarta sangat yakin, jika wanita di depannya ini tidak akan menolak tawaran yang menggiurkan. “Wanita sepertimu tidak mungkin menolak tawaranku, wanita sepertimu pasti akan melakukan apa pun hanya untuk kemewahan,” batin Winarta. Dalam hatinya wanita di depannya ini tidak kalah berbeda dengan wanita lainnya, yang rela melakukan apa pun demi harta dan kemewahan.

Mendengar tawaran Winarta, membuat Desti berpikir tentang tawaran yang sangat menggiurkan itu. Namun, bukan uang yang banyak ataupun harta yang membuat Desti menimbang tawaran itu. Desti melihat kondisinya saat ini, ia adalah wanita tunanetra dan sulit baginya untuk mencari tempat tinggal. Apa lagi mencari pekerjaan, dengan mata yang buta, kerja apa yang bisa Desti lakukan? 

“Apa aku harus menerima tawaran tuan ini? Aku sudah tidak memiliki siapa pun lagi untuk membantuku, dan tidak mungkin aku kembali ke acara pernikahan itu. Aku takut … paman dan bibi pasti akan memarahiku, lagian aku tidak bisa melihat, bagaimana caranya aku pulang? Ruysi pun juga meninggalkanku di sini, tidak ada yang bisa menampungku ataupun membantuku. Cara satu-satunya untuk bertahan hidup adalah dengan menerima tawaran pria ini,” batin Desti, memikirkan segala sesuatu yang matang-matang. 

“Tidak usah banyak berpikir, aku tau Wanita sepertimu akan melakukan apa pun hanya untuk uang. Jadi nggak usah bikin drama di depanku,” ucap Winarta dengan kedua tangannya yang terlipat di depan dadanya. 

Mendengar ucapan pria di depannya ini sungguh membuat hati Desti sakit. Perkataan Winarta bagaikan panah yang menusuk hati Desti. Hati yang memang sudah rapuh dan ditambah lagi dengan kata Winarta yang membuat hatinya sangat sakit. 

"Kau harus kuat Desti, kau tidak boleh lemah hanya dengan kata-kata itu. Kau tak boleh menangis," batinnya yang menyemangati dirinya sendiri. 

Desti menghembuskan nafasnya kasar, untuk menenangkan dirinya dan menjawab, “Baiklah, Tuan … aku menerima tawaran Anda.” 

Winarta pun tersenyum sini. “Sudah kuduga.”

Sakit, hanya itu yang dirasakan Desti saat seseorang yang membatasi harga dirinya. Namun, dia tidak bisa membalasnya, tidak bisa membantah dan hanya bisa menangis dalam hati. Andai Desti saat ini tidak dalam kondisi yang tidak berdaya, Desti pasti akan membalas kata-kata Winarta.

“Ikut Aku!” Winarta langsung menarik pergelangan tangan Desti dengan kasar ke dalam mobilnya, dan mendorong Desti dengan kasar, masuk ke dalam mobil. 

Desti hanya bisa menangis, tidak ada hal lain yang bisa ia lakukan selain menangis. “Kenapa… kenapa semua orang selalu memperlakukanku dengan hina? Kenapa tidak ada yang tulus di sekitarku? Bahkan Ruysi yang selalu aku anggap sebagai sahabat malah mencampakkanku di tengah jembatan,” batin Desti menangis dalam hati mengingat apa yang terjadi saat di jembatan. 

Flashback on 

Setelah Ruysi meninggalkannya, Desti hanya menangis di jembatan itu. Ia tidak tau harus ke mana dengan matanya yang tidak bisa melihat bagaimana caranya untuk melihat jalan? Namun, tiba-tiba Desti mendengar suara gonggongan anjing di belakangnya, Desti pun berlari kencang ke depan dan berharap ada orang yang membantunya. Namun, naas anjing itu menggigit gaunnya dan membuat Desti terjatuh. 

Desti berusaha untuk kabur. Namun lagi-lagi ia digigit dan terjatuh hingga gaun bagian atasnya robek. Tak lama kemudian sang pemilik anjing datang dan membawa anjing itu tanpa menghiraukan Desti yang duduk di trotoar. Desti berusaha untuk berdiri dengan berpegangan pada pembatas jembatan dan menangisi nasibnya.

Flashback off 

Desti tertawa dengan sedih. “Bahkan, seekor anjing pun menindasku. Sepertinya memang ini jalan hidupku,” batinnya meratapi nasib.

Winarta yang sedang menyetir mobilnya, melihat dari kaca spion apa yang Desti lakukan. Saat melihat senyum Desti yang seperti itu membuat Winarta mengerutkan keningnya. “Ada apa dengan wanita itu? Apa dia gila?” gumam Winarta. 

Namun, Winarta tidak menghirau dan melajukan mobilnya menuju belakang gedung pernikahan. Tak butuh waktu lama, Winarta sampai di belakang gedung pernikahannya, Winarta berjalan lebih dulu menuju aula pernikahan. Desti segera dibawa oleh bodyguard menuju ruangan MUA yang akan merias Desti ulang. 

***

Desti sudah selesai di rias dan Winarta pun masuk ke dalam ruangan MUA. Awalnya Winarta sempat terpaku melihat kecantikan Desti, tapi lagi-lagi Winarta menepis hal itu, ia tidak ingin berhubungan dengan wanita yang dianggapnya murahan. Winarta berjalan mendekat ke arah Desti. 

"Ambil dan gunakan itu! Jangan sampai ada yang mengetahui wajahmu!" ucap Winarta dengan penuh penekanan dalam setiap katanya. 

Desti yang tidak bisa melihat pun meraba-raba tangan Winarta. Sampai ia mendapatkan cadar yang ada di tangan Winarta. Winarta tentu kaget melihat apa yang Desti lakukan karena Desti terlihat seperti orang yang tidak bisa melihat. Winarta melambaikan tangannya tepat di depan wajah Desti. Namun, mata Desti terlihat kosong dan Winarta baru menyadari hal itu dan menyimpulkan jika Desti adalah wanita buta. 

Hati Winarta sedikit melunak saat melihat Desti yang tidak bisa melihat. Winarta pun menggerakkan tangannya dan memasangkan cadar itu ke wajah Desti. Walaupun hati winarta sedikit melunak tetapi ia tetap membangun sebuah benteng di hatinya untuk tidak mencintai Desti. 

Tak lupa juga Winarta memasangkan sebuah kerudung di kepala Desti agar tidak ada yang mengenalinya. Karena mungkin saja ada beberapa rekan bisnisnya yang mengetahui wajah dari keponakan Burdan. Ia tidak ingin mendapat pertanyaan yang akan mengganggunya. 

Saat ini Desti hanya memperlihatkan mata dan dihi Desti saja, dan bagian lainnya sudah di tutupi dengan berbagai jenis kain. Winarta menuntun Desti menuju aura pernikahan, hal itu bukan berarti hati Winarta sudah melunak, itu hanya sekedar pencitraan dari Winarta. Karena Winarta tidak ingin rekan kerja atau yang lainnya menyangka jika dia memiliki sang calon istri. 

Di aula tersebut hanya terdapat para tamu dan beberapa rekan dunia gelap Winarta. Namun, keluarga Paman Desti tidak ada di aula karena Winarta yang telah mengusir mereka dan memutuskan semua perjanjian dan kerjasama perusahaan mereka. Di dalam pernikahannya, Desti hanya bisa duduk di kursi pengantin tanpa bergerak sedikit pun, sedangkan Winarta sedang berkomunikasi dengan kolega bisnisnya. 

Namun, di sudut ruangan, seorang wanita menatap Desti tidak suka, wanita itu bukanlah undangan tamu. Wanita itu adalah salah satu penggemar berat Winarta, tetapi sepertinya Winarta tidak pernah melihatnya sedikit pun. Dengan tatapan tak suka wanita itu pun berkata, "Dasar wanita buta, aku yakin dia menggunakan guna-guna. Tunggu saja pembalasanku." 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status