Home / Rumah Tangga / Istri Kedua Yang Buta / 5. Istri Kedua Yang Buta

Share

5. Istri Kedua Yang Buta

Author: Listya
last update Last Updated: 2023-02-14 19:32:06

“Bawa, Nyonya kalian ke kamarnya!” perintah Winarta, dengan ekspresi wajahnya yang terlihat datar.

“Baik, Tuan,” jawab para maid yang ada di samping Desti, di kanan dan di kiri.

Siska yang melihat hal itu pun, mengepalkan tangannya. Bagi Winarta mungkin itu bukan sebuah perhatian untuknya. Namun, bagi Siska itu adalah perhatian yang sangat besar karena Siska sendiri belum pernah mendapatkan perhatian walau itu sedikit.

Setelah melihat Desti dan para maidnya menghilang di balik pintu masuk mansion. Winarta pun melangkahkan kakinya menuju kamar pribadinya. Yap, Walaupun Winarta saat ini sudah memiliki dua orang istri, tetapi Winarta tidak akan tidur dengan salah satu istrinya. Karena ia takut jika nanti akan tergoda oleh salah satu dari istrinya itu dan situasi itu akan dimanfaatkan oleh para istri.

Siska yang melihat Winarta akan melangkah menuju kamar pribadinya pun, menggenggam tangan Winarta dan dengan nada manja ia pun berkata, “Sayang … kenapa kau tiak tidur di kamarku sekali ini aja.”

“Urus dirimu sendiri dan jangan menggangguku!” ucap Winarta dengan penuh penekanan dalam setiap perkataannya.

Winarta tidak akan semudah itu luluh dengan bujuk rayu, wanita ular di depannya ini. Ia justru akan merasa jijik dengan sikap manja Siska. Karena Winara sangat mengetahui bagaimana sikap asli dari wajah istrinya ini.

Siska yang mendapat perkataan seperti itu pun berusaha menenangkan hatinya. Sudah pasti di dalam hati Siska akan bergetar takut saat mendengarkan kalimat dengan nada menyeramkan itu. Namun, Siska berusaha untuk memutar otaknya agar dapat membuat dirinya dan Winarta berduaan saja.

“Jika, kau tidak ingin tidur di kamarku bagaimana jika temani aku makan? Aku belum makan sedari tadi,” ucap Siska dengan bergelayut manja di lengan Winarta.

Pria yang sudah memasuki kepala tiga itu pun menghembuskan nafasnya kasar dan berkata, “Baiklah ….”

Winarta pasrah karena ia tau Siska tidak akan berhenti sebelum ia menyetujui permintaannya itu. Mendengar jawaban Winarta membuat sebuah senyuman terukir dengan indah di bibir Siska yang tipis itu. Buru-buru Siska mengajak Winarta menuju meja makan dengan sangat sopan seperti seorang raja dalam cerita dongeng, Siska menarik sebuah kursi dan membungkukan badannya dengan menunjuk kursi itu.

Winarta tidak mengharapkan hal itu, ia hanya menatapnya datar, tidak ada reaksi apa pun di Wajah Winarta. Namun, Siska merasa sangat senang dengan Winarta yang duduk di kursi yang ia sediakan. Siska tersenyum dan berkata, “Tunggu sebentar ya, Sayang ... aku akan memasak makanannya dulu.”

Winarta tidak menanggapi perkataan Siska, ia hanya fokus pada layar handphone miliknya yang ada di tangannya saat ini. Sementara Siska terus tersenyum, seperti orang gila. Sampai Siska menghilangga dari depan Winarta.

Di sisi lain, tepatnya di kamar Desti. Kamar itu terlihat sangat mega. Walaupun Desti tidak bisa melihat semuanya, tetapi kedua maid yang setia menemani Desti terkagum-kagum melihat kemewahan yang ada di depan mereka. Kamar Desti bernuansa putih dan juga emas, dinding yang berwarna putih dan ukiran dinding yang berwarna emas. Jangan lupakan lampu yang sangat mencolok di atas kepala mereka saat ini, lampu itu berwarna emas dengan sebuah permata yang terdapat pada ujung lampu.

“Nyonya … sepertinya tuan memang sangat menyayangi Anda! Lihat saja semua benda yang ada di sini, semua benda ini adalah benda yang sangat berharga, dan harganya juga sangat fantastis. Bahkan tidak ada yang bisa membeli beberapa benda yang ada di kamar ini.” Kedua maid itu melupakan bahwa mereka saat ini sedang menuntun Desti dan mereka melepaskan pegangan tangannya mereka di lengan Desti dengan kepala yang terus melihat ke langit-langit kamar.

Desti yang mendengar itu hanya tersenyum dan berkata dalam hati, “Asal kalian tau saja, aku dan tuan kalian itu hanya melakukan nikah kontrak untuk keuntungan pribadi. Mana ada dia mencintaiku.”

Desti yang sudah tidak di tuntun lagi oleh kedua maidnya dan kakinya itu pun mencoba berjalan sendiri ke arah ranjang. Desti meraba-raba tembok di sekitarnya, sampai kedua maid itu mendengar suara benda jatuh. Hal itu membuat kedua maid itu tersadar dan segera menghampiri nyonya mereka.

"Nyonya … Anda tidak apa-apa?" tanya kedua maid itu panik dan segera menghampiri Desti yang berada di dekat tembok dan terdapat pecahan kaca di sampingnya.

"Aku tidak apa-apa … tapi … yang jatuh itu apa? Apakah itu benda mahal?" tanya Desti dengan nada cemas. Ia tidak ingin jika di suruh untuk mengganti rugi dengan harga mahal jika Winarta mengetahui hal itu.

"Tidak nyonya, itu hanya gelas kaca biasa," jawab Nita dan membantu Desti untuk berjalan menuju ranjang.

Bagaimana bisa Nita mengatakan jika itu hanya sekedar gelas biasa saja? Padahal tanpa mereka ketahui gelas itu harganya hampir menyetarai 2 unit mansion. Mungkin jika Nita ataupun Jona mengetahui hal itu mereka akan terkena serangan jantung saat itu juga.

Mendengar jawaban itu, membuat Desti sedikit tenang. Pasalnya jika Winarta menyuruhnya untuk ganti rugi, ia tidak perlu membayar harga mahal untuk benda itu. Setelah Desti sampai di atas ranjangnya, Nita segera membersihkan gelas kaca itu begitu saja dan membuangnya ke tong sampah.

Cruuuukkkk

Terdengar suara perut Desti, yang berbunyi. Membuat kedua maid yang sedang membereskan benda-benda berserakan, menoleh ke arah Desti. Desti tanpa tau jika kedua maidnya sedang menoleh ke arahnya hanya mengusap perutnya dan menunjukan gigi putihnya.

"Apa Anda lapar, Nyonya?" tanya Jona berjalan perlahan menghampiri Desti.

"Ehhh … ternyata kau mendengarnya, hehehe …." Desti hanya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Karena ia mengira kedua maidnya itu sedang berada jauh darinya.

"Iya, aku lapar … di mana kita bisa mendapatkan makanan?" tanya Desti dengan tangannya yang mengusap perutnya.

"Mari, Nyonya kita turun. Biasanya jika di rumah megah bak istana seperti ini pasti ada kokinya. Kita bisa meminta bantuan koki untuk membuat makanan untukmu," ucap Jona dengan menggenggam pergelangan tangan Desti.

Jona keluar dari kamar dan menuntun Desti menuju dapur. Namun, langkah Jona berhenti membuat Desti mengerutkan alisnya dan bertanya, "Jona, kenapa kau berhenti? Apa ada sesuatu di depan?"

Desti bertanya dengan tangannya yang meraba-raba di depan. Namun, sayang di depan Desti hanya terdapat angin tidak ada benda ataupun orang di sana. Jona melihat tangan Desti yang ke sana ke mari pun mengambil tangan Desti dan menggenggamnya lalu berbisik di telinga Desti, "Nyonya, di meja makan ada tuan …."

"Ya sudah kita balik saja. Aku akan makan di kamar," ucap Desti dan ingin melangkahkan kakinya kebelakang.

Namun, mendengar suara panggilan Winarta membuat langkah Desti berhenti. "Kenapa ingin berbalik? Duduk!"

Terdengar suara Winarta yang memerintah dan tegas. Desti yang mendengar perkataan Winarta pun akhirnya duduk tepat di samping Winarta. Mungkin Winarta tidak menganggap itu perhatian ataupun sebuah tanda peduli. Tetapi bagi Desti itu sangat mampu membuat jantung Desti berdetak kencang seperti saat ini.

"Ini jantung kenapa gak bisa diam? Aku ikat kau supaya tidak bergerak baru tau rasa," batin Desti yang diselimuti rasa gugup.

Tak lama kemudian dari arah dapur Siska ingin menyajikan makanan untuk Winarta. Namun, hatinya tiba-tiba panas saat dari dapur ia melihat Desti yang duduk di samping Winarta. Siska yang merasa kesal pun akhirnya menambahkan sesuatu ke dalam makanan yang ada sisanya. Karena sudah pasti Winarta akan menyuruhnya untuk menyajikan untuk Desti juga.

"Rasakan … kau akan tau akibatnya karena bersaing denganku."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Kedua Yang Buta    36. Istri Kedua Yang Buta

    Waktu terus berlalu, dan kini sudah hari kelima Desti berada di rumah sakit. Sesuai dengan apa yang dikatakan Dimas hari itu, Desti bisa pulang dalam waktu satu minggu jika kondisinya selalu berjalan membaik. Hari itu adalah besok jadi hari ini, hari terakhir Desti di rumah sakit. “Sayang, aku akan ke ruang kerja dulu, apa kau menginginkan sesuatu sebelum aku pergi?” ucap Winarta yang berharap jika Desti bisa sedikit saja bersikap manja kepadanya. “Aku tidak menginginkan apa pun, aku akan tidur,” ucap Desti. Mendengar jawaban Desti membuat wajah Winarta cemberut, dan berkata, “Baiklah ….” “Sayang … aku pinjam Jona dan Nita dulu, ya. Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan,” ucap Winarta. “Iya … tapi nanti saat kau kembali bawakan aku es krim,” ucap Desti dengan memeluk guling. Mendengar itu membuat Winarta tersenyum dan berkata, “Baiklah, Sayang ….”Winarta berjalan ke ruangan kerjanya yang mana ruangan yang berada di samping kamar Desti itu menjadi ruang kerja Winarta selama Desti

  • Istri Kedua Yang Buta    35. Istri Kedua Yang Buta

    “Ada apa denganmu? Seperti kalah perang saja,” ucap Dimas dengan sebelah alisnya yang naik. Nico berjalan ke arah Winarta dan melihat layar laptop Winarta. “Astaga … untuk apa kau sampai meretas keamanan sistem negara?” Mendengar itu membuat Dimas yang bermain handphone kaget. "Ta, yang bener aja, lo pakek laptop gue buat meretas keamanan negara. Bisa abis gua, Ta." Bhuggg"Diam, sialan," umpat Winarta seraya melempar bantal yang ada di sofanya ke arah Dimas. “Untuk apa kau meretas keamanan negara?” tanya Nico, memperhatikan isi dari laptop Winarta, dan kembali berkata, “apa kau meretas keamanan negara hanya untuk mencari pelaku yang menaruh ular di ruangan Desti?” Mendengar jika masalah keselamatan istrinya yang dianggap sepele oleh Nico membuat Winarta menatap tajam ke arah Nico. Yang mana membuat Nico tidak melanjutkan perkataannya. “Di dunia ini keselamatan istriku yang utama!” ucap Winarta dengan tegas. “Okey … oke, tapi kenapa kau sampai harus meretas keamanan negara? Kej

  • Istri Kedua Yang Buta    34. Istri Kedua Yang Buta

    Dimas yang merasa bersalah melihat Nita yang menangis seperti itu pun mengejar Nita. Tak lama setelah mereka keluar, Zirah pun datang dengan membawa nampan yang berisi makanan, dengan pakaian yang menggoda Zirah pun berkata, “Tuan, ini makanan untuk nyonya.”Winarta tidak menjawab, tetapi melihat ke arah Jona yang sedang duduk di sofa. Jona yang mengerti arti tatapan itu pun segera bangun dan mengambil nampan itu dari tangan Zirah. Mendapat perlakuan seperti itu membuat Zirah kesal. Melihat wajah kesal Zirah membuat Jona senang dan hal itu membuat Jona teringat hal yang Zirah katakan saat ia akan memasuki ruangan Desti. Jona menaruh nampan itu di nakas samping tempat tidur Desti dan kembali duduk di sofa diikuti dengan Zirah. Sampai 4 jam mereka duduk di sana tanpa melakukan apa pun dan tak lama kemudian datanglah Dimas, Nita dan Nico memasuki ruangan Desti. Saat Nita duduk di samping Jona, Jona pun berkata, “Hebat kau Nit, keluar bawa satu cowok dan masuk bawa dua, Good girls.” Jon

  • Istri Kedua Yang Buta    33. Istri Kedua Yang Buta

    “Kakiku seperti digigit,” ucap Desti yang terdengar rintihan kesakitan di sela-sela ucapannya.Mendengar itu Winarta pun langsung menyingkap selimut Desti, alangkah kagetnya Winarta saat melihat kaki Desti yang dililit dan digigit ular. Winarta tanpa menunggu lama pun langsung mengambil ular itu dan membuangnya melalui jendela, dengan sigap Winarta menyobek selimut Desti dan mengikatnya di kaki Desti yang di gigit ular. Setelahnya Winarta langsung memencet tombol yang mana akan langsung terhubung ke Dimas. Winarta memeluk Desti dan membenamkan kepalanya di dada Winarta. “Sayang, tahan ya … sebentar lagi DImas datang,” ucap Winarta dengan suara yang gemetar. Tak lama kemudian Dimas datang dengan membawa peralatannya dan berkata, “Ada apa?” “Perlukah kau bertanya? Tidaknya kain itu bisa menjelaskannya!” ucap Winarta dengan suara yang tertahan. Dimas yag melihat kain yang terlilit di kaki Desti pun langsung mengeluarkan peralatannya sampai beberapa waktu kemudian Dimas selesai. Namu

  • Istri Kedua Yang Buta    32. Istri Kedua Yang Buta

    Melihat wanita itu, membuat Winarta memasang wajah garang dengan alis yang mengerut. Dimas yang melihat ekspresi itu pun segera berbicara, "Wou … Wou … tenang dulu, tenang … dia itu suster yang akan menjaga istrimu selama dia sakit." "Kenapa kau memilih wanita menjijikan seperti ini?" Tatapan mengerikan itu berganti kepada Dimas dan membuatnya panik. "Astaga Zirah kenapa menggunakan pakaian seperti itu sih! Sekarang aku jadi harus menghadapi siang 'kan!" umpat Dimas dalam hati. "Maaf Tuan, apa yang salah dengan saya?" ucap Zirah dengan berjalan mendekat dan nada menggoda.“Menjauh dariku!!!” bentak Winarta membuat langkah Zirah terhenti. “Winarta! Kenapa kau mesti membentaknya! Dia hanya meminta maaf,” bentak Desti, bahkan Desti sampai mengerutkan keningnya. Winarta yang mendengar itu pun terdiam seketika. Mengingat kondisi Desti yang sedang sakit membuatnya tidak ingin memperburuk keadaan Desti. Winarta menatap ke arah Dimas tajam.“Sayang–”“Sus, nama Anda siapa?” tanya Desti

  • Istri Kedua Yang Buta    31. Istri Kedua Yang Buta

    Desti mendengar itu pun tersentak dan perlahan melihat ke arah wanita paruh baya yang mengaku adalah ibunya. “Apa itu artinya aku sudah meninggal?” “Tidak, Sayang … Rohmu masih bisa masuk ke dalam tubuhmu. Itu semua tergantung dengan keinginanmu, Di sana ada suamimu yang sedang menunggumu. Apa kau tidak ingin kembali?” Wanita paruh baya itu memegang tangan Desti dan menumpuknya dengan tangannya. “Jika aku kembali, bagaimana denganmu, Bu … bukankah kau mengatakan kau ibuku? Akankah kau kembali bersamaku juga?” tanya Desti dengan matanya yang mulai berkaca-kaca. Wanita itu tersenyum dan perlahan mengusap pelan kepala Desti dan berkata, “Aku tidak bisa lagi kembali ke dunia, Nak. Namun, aku akan selalu ada di sisimu dalam bentuk roh. “ Air mata Desti pun meluncur ke luar dari matanya. “Kenapa kau menangis, Nak?” “Aku ingin selalu bersamamu, Bu … tetapi aku juga ingin bersama suamiku. Jujur seiring berjalannya waktu, aku semakin mencintainya, rasa sayang itu mulai muncul, seiring be

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status