Share

6. Istri Kedua Yang Buta

Saat Siska membawakan makanan ke meja makan, Siska dengan pura-pura berkata, "Ohh … ada Desti juga toh …."

Siska tidak berniat untuk mengambilkan makanan untuk Desti. Dia berniat untuk menyuruh kepala pelayan, untuk membawakan sisa makanan yang ada di dapur untuk Desti. Namun, baru saja Siska akan mendudukkan bokongnya itu di kursi depan Winarta, Siska kembali mendengar suara Winarta yang dingin itu kepada dirinya. "Siska, bawakan juga untuk Desti."

Siska yang mendengar itu hanya bisa menuruti perkataan Winarta, ia tidak berani membantah karena takut jika akan membuat Winarta marah dan semakin menjauhinya. Siska pun melangkah menuju dapur dengan membawa makanan yang sudah ia siapkan di dalam mangkuk. Siska menaruh mangkuk itu sedikit kasar di depan Desti karena tidak terima jika ia harus melayani Desti.

Winarta yang melihat perlakuan Siska hanya melirik saja, ia masih tidak peduli apa yang akan dilakukan oleh kedua istrinya. Namun, Winarta menghentikan suapannya yang akan masuk ke dalam mulutnya, saat melihat Desti yang meraba-raba meja mencari di mana letak piring. Winarta pun menghembuskan nafasnya kesal dan berteriak, "Jona … Nita …."

Tak lama kemudian terlihat Jona dan Nita yang datang dengan nafas tersengal karena berlarian dan berkata, "Iya, Tuan … ada yang bisa saya bantu?"

"Layani, Nyonya kalian!" ucapnya dengan wajah darat, hanya melirik sekilas ke arah Desti.

"Baik, Tuan." Jona dan Nita langsung berjalan menuju Desti dan membantunya memakan makanan yang tersaji di piring Desti.

"Aaarrggg …," teriakan Desti terdengar, dengan tangannya yang setia menggaruk tubuhnya.

"Nyonya, kenapa?" tanya Nita saat ia melihat Desti yang menggaruk-garuk tubuhnya, dan tak lama setelah melihat Desti, Nita berteriak, "aaa … Nyonya kenapa? Kenapa badan Anda bintik-bintik?"

Mendengar teriakan itu membuat perhatian Winarta beralih kepada Desti. Saat Winarta melihat badan Desti yang mengeluarkan bintik-bintik merah, Winarta dengan santainya berkata, "Panggil dokter saja."

Siska yang melihat itu pun merasa senang, rencananya berjalan lancar. Siska menambahkan bubuk gatal pada makanan Desti, tetapi di samping itu Desti juga memang alergi terhadap ikan laut. Jadi jika aksinya ketahuan ia bisa beralih pada Desti yang alergi ikan laut.

"Rasain lo … itu balasan karena berani bersaing dengan gue," batin Siska.

Sementara Desti di bawa ke kamarnya. Winarta dan Siska, kembali melanjutkan acara makan mereka, tidak ada yang peduli dengan Desti. Bahkan Winarta tidak melihat keadaan Desti setelah ia selesai makan, dan Siska senang karena Winarta tidak memperhatikan Desti. Jadi dirinya tidak perlu repot-repot membuat alasan.

***

"Sepertinya, nyonya hanya alergi dengan ikan laut," ucap dokter itu memberikan secarik kertas yang berisikan resep untuk obatnya dan kembali berkata, "ini resep obat yang harus kalian rebus di apotek. Berikan setiap dua kali sehari sehabis makan."

"Baik, Dok," jawab Nita dan Jona menundukan kepalanya.

Dokter itu hanya menganggukan kepalanya dan pergi dari kamar Desti. Jona pergi menebus obat untuk Desti. Tidak lama setelah Jona keluar kamar Desti, datanglah mak lampir yang membuat Desti terbaring di atas ranjang dengan lemah saat ini.

"Heh, kasian … kau beritau wanita ini, dia itu tidak berhak berkuasa di sini, di sini hanya aku yang berhak mengatur semuanya termasuk WINARTA!" ucap Siska dengan penuh penekanan saat mengatakan nama Winarta.

Siska pun keluar dari kamar Desti dengan senyum yang mengembang dengan cerah. Nita yang melihat itu pun marah, ia tidak terima nyonyanya dipandang sebelah mata. Namun, Nita tidak dapat berbuat apa-apa ia bukanlah nyonya di rumah ini, sehingga bisa bertindak sesuka hati. Yang ada dirinya yang dipecat jika asal bicara.

***

Di sisi lain, Winarta sedang berada di perusahaan miliknya. Matanya masih fokus menatap layar komputer. Sampai tiba-tiba suara ketukan pintu membuat pandangan matanya beralih menatap pintu, dan memperlihatkan Jemi yang datang dengan senyum termanisnya.

Seharusnya Jemi merasa takut karena Jefri akan menghukumnya. Namun, Jemi akan membawa sebuah informasi penting dan akan membuat Jefri membatalkan hukumannya. Winarta yang melihat ekspresi wajah Jemi pun hanya menaikan sebelah alisnya.

"Ada apa kau tersenyum seperti orang gila? Perlu aku bawa ke rumah sakit?" ujar Winarta dan wajahnya masih sama memperlihatkan ekspresi datar.

"Lo beruntung bro, kau tau istri yang gagal lo nikahin itu buta," ucap Jemi dan membuat Winarta sedikit kaget, teringat dengan pengantin penggantinya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status