"Saya memang bukan ayah kandungnya Zahra, tapi saya tetap merasakan apa yang Zahra rasakan" ucap Bani sambil menatap ke arah Abian dengan tatapan yang sangat sulit di artikan. "Saya tau kamu tidak mencintai putri saya. Dan kamu terpaksa menikah dengannya karena paksaan dari pak Landra dan istri pertama kamu" Deg Abian menundukkan kepalanya, hanya diam dan mendengarkan apa yang di ucapkan oleh pria yang sudah menjadi mertuanya ini. Ia tak bisa berkata-kata, memang semua itu benar adanya. Ia lagi-lagi terpaksa melakukannya, semuanya tak ada yang berdasarkan dari hatinya. Ingin marah dan menentang, Abian tak punya kekuatan itu, hidupnya hanya bisa di kendalikan oleh papinya. Bani menghembuskan nafasnya kasar, saat ini keduanya sedang duduk berdua di sebuah kursi yang tak ada orang sama sekali. Bani memang sengaja mengajak pria itu untuk berbicara berdua. "Saya awalnya tidak merestui hubungan kamu dengan putri saya. Tapi karena rasa bersalah, dan tanggung jawab Zahra, saya dan is
Ketika baru pertama kalinya aku menatap kedua bola matamu dengan lekat, entah mengapa, ada sesuatu yang terasa tidak asing di dalam hatiku. -Abian Kaliandra- Kurang apa sih Fatih? Tampan iya? Kaya iya, pengusaha terkenal juga. Kalau akhlak nya jangan di tanya lagi, Fatih baik sekali. Cuman kurang beruntungnya itu loh, dia selalu gagal dalam mencari pasangan hidup. Mau move on sama anaknya mantan eh malah di tinggal nikah juga, kan tambah sesak. "Ya Tuhan, apa dosaku, kenapa hidupku selalu seperti ini. Pasti di tinggal nikah selalu." Monolog Fatih sambil mengemudi kan mobil miliknya, menyusuri jalanan yang sudah sepi... Ya Fatih baru pulang dini hari, ini pukul 12 malam, tadi setelah pergi ke acara pernikahan Zahra, Fatih harus memeriksa berkas-berkas yang ada di kantornya, mengingat besok ia akan terbang lagi ke Sydney.. untuk apa? Ya karena ingin menenangkan dirinya kembali. Fatih melajukan mobilnya dengan kecepatan kencang, karena ini tengah malam, Fatih pikir sudah jarang ad
Jika kamu membenci aku, tolong setidaknya kamu hargai usahaku. __Putri Az-Zahra __ brugh "Arghhh" Zahra menggeram sakit saat punggungnya membentur lantai sana, saat Abian dengan tiba-tiba mendorong tubuhnya dengan kasar. Zahra meringis, memegangi punggungnya yang terasa sangat sakit. Sedangkan Abian, langsung bangkit dari duduknya, ia langsung melempar kursi yang di dudukinya tadi barusan. Sialan! bisa-bisanya saya terpesona sama perempuan itu! batin Abian, sungguh ia tak pernah menyangka bisa terpesona pada sosok Zahra, mahasiswinya yang sering terkena amarah olehnya itu. "Kamu–" Abian menunjuk ke arah Zahra dengan tangannya, rahangnya mengeras sempurna. "Sengaja melakukan hal ini! Kamu mau goda saya?!" Pekik Abian murka. Zahra dengan perlahan bangkit dari sana, ia langsung menundukkan kepalanya, karena takut melihat tatapan tajam dari Abian itu. "Maaf pak, saya tidak sengaja, ta-tadi saya benar-benar tidak tau kalau akan jatuh." Ucap Zahra. Abian mendengu
Zahra membayar ojek lalu masuk ke dalam gerbang kampus dengan langkah terburu-buru, lima menit lagi ia akan telat. Bahkan, Abian sama sekali tidak peduli Zahra berangkat ke kampus naik apa. Pria itu bahkan sama sekali tidak memberikan uang saku untuk Zahra. Namun, ia juga tidak terlalu mempermasalahkannya, sebab Zahra memiliki tabungan. Walaupun tidak banyak, tapi Zahra akan menghemat uang itu, sampai ia nanti memiliki pekerjaan dan bisa bekerja paruh waktu setelah pulang kuliah. Beberapa temannya juga bertanya kemarin, kenapa Zahra pergi naik ojek, namun Zahra mencari alasan, jika ia belum di perbolehkan naik mobil lagi akibat kecelakaan yang terjadi beberapa waktu lalu. Zahra juga beralasan jika naik ojek lebih enak, ia bisa menikmati keindahan pagi hari. Beruntung teman-temannya percaya saja, dan tidak bertanya hal-hal aneh lagi yang membuat Zahra jadi bingung. Zahra sambil memegang paperbag lalu langsung menuju ke kelas fakultasnya. Ia bahkan berlari agar cepat sampai.
"Wih, makan nasi goreng tuh" Celetukan seseorang membuat Abian yang sedang menikmati makan siangnya itu jadi menoleh, pria tampan itu mendengus saat melihat temannya sekaligus asisten pribadinya yang sudah berdiri di depan pintu. Entah sejak kapan pria itu ada di sana, atau Abian saja yang tidak tau kalau pria itu sudah datang, karena ia terlalu asik menikmati makan siangnya. "Gue sibuk." Sahut Abian ketus, ia meraih botol air mineral yang ada di atas mejanya sana, lalu menenggaknya. Pria yang bernama Leo itu memutar bola matanya malas. "Gue juga sibuk kalau elo lupa! Elo nikah sampai nggak datang gue? Gimana sibuknya coba gue?" Ucap Leo membuat Abian mendengus. Leo lalu berjalan menghampiri Abian. "Enak banget tuh, udah punya bini dua, bisa ya pulang ke sana malam ini, besok malam pulang ke lain rumah." Ledek Leo, Abian menghela nafasnya kasar, andai saja Leo tau, jika ia bukannya malah senang, tapi ia malah susah. Menikah bukan karena cinta itu membuat hatinya terasa bena
Setelah kejadian di kampus tadi, Zahra rasanya enggan sekali untuk bertemu dengan Abian, ia bahkan malas berpapasan di rumah nanti. Sikap Abian tadi benar-benar membuat Zahra sakit hati sekali. Zahra bahkan malam itu tidak mau masak lagi, ia bahkan setelah pulang dari kampus ia masuk ke dalam kamarnya, ia bahkan mengurung dirinya di dalam kamar sana. Zahra bahkan sudah menyediakan semuanya, makanan serta minuman yang akan di perlukannya. Ia bahkan tidak peduli Abian pulang jam berapa, rasanya teramat kesal, dan Zahra mencoba mengabaikan pria itu. Toh, pria itu juga sama sekali tidak suka di campuri urusannya. Zahra sudah selesai mengerjakan semua tugas-tugasnya, ia saat ini sedang sibuk bertukar pesan dengan teman-temannya. Mereka membahas acara ke mall bareng esok hari. Zahra juga akan pergi, karena esok hari juga hari libur. Ia bahkan tidak perlu bertanya lagi dan meminta ijin pada suaminya. Pasti Abian juga tidak akan pernah peduli. Sedangkan itu, Abian sudah sampai di ru
Zahra sudah pergi sedari pagi sekali, ia bahkan pergi dengan diam-diam, tidak ijin sama sekali dengan Abian, jelas ia masih kecewa dan merasa sangat kesal dengan pria itu. Lagian Abian juga tidak akan mencarinya, sekalipun Zahra mati juga Abian mungkin tidak akan pernah peduli. . Zahra sudah ada di salah satu pusat perbelanjaan yang ada di kota itu. Ia tadi datang naik ojek lagi, dan menolak saat di tawari oleh Salma dan Tabita untuk menjemputnya. "His padahal gue tadi berangkat sendirian. Lagian kalau sama Salma juga nggak apa-apa deh, masih muat juga mobil gue" ucap Tabita menatap Zahra. Zahra meringis, ia tidak mungkin memberikan alamat rumahnya yang baru. Bisa-bisa ia di interogasi oleh kedua sahabatnya itu. Dan terlebih ya, rumah Abian ini juga masih satu kawasan sama Tabita. Beruntung beberapa hari ini, Zahra tidak terpergok oleh temannya itu. "Gue bisa jemput elo, Zahra. Kasihan kan temen gue ini sampai pergi naik ojol." Ucap Tabita lagi. Zahra menggelengkan kepa
"Ya ampun, seru banget tadi filmnya. Itu cowoknya sampai bonyok gitu mukanya habis di hajar sama pacarnya karena ketahuan selingkuh." Seru Salma yang antusias menceritakan film tadi. Zahra menganggukkan kepalanya, film tadi memang benar-benar sangat bagus sekali. "Gue malah seneng banget lihat tuh cowok mukanya babak belur kayak begitu, kalau gue yang jadi tuh cewek, bukan cuman babak blur tuh muka, tapi udah hancur parah!! Gue tendang itu tytydnya biar mampus!" Tabita malah seperti psikopat. Kedua temannya bergidik ngeri mendengar perkataan dari Tabita yang memang anti pasangan selingkuh itu. "Lo ngeri banget tau." "Siapa suruh selingkuh! Udah tau punya pasangan itu di sayang! Ini malah main belakang! Gue paling anti yang namanya selingkuh ya? Dan siapa yang selingkuh di depan mata kepala gue, habis gue kasih pelajaran tuh orang!" Tabita bahkan meremas kedua tangannya, membuat Zahra dns Salma bergidik ngeri. Temannya yang satu itu memang aneh, tapi yang di katakan ole
Beberapa tahun kemudian...Abian melangkah kan kaki nya dengan tergesa-gesa menyusuri beberapa koridor, pikirannya sungguh tidak tenang, mengingat bagaimana tadi sang guru menelpon dirinya. Mengatakan bahwa Abian harus segera ke sekolah karena ada sesuatu yang mendesak.Abian yang tengah mengajar langsung meminta ijin kepada Dekan kampus, setelahnya ia langsung pergi menuju ke sekolah kedua anaknya.Tiba di depan ruangan kepala sekolah, Abian menghembuskan nafasnya kasar, tangannya menarik handle pintu dan perlahan membukanya.Ceklek"Permisi" ucap Abian,"Ya" sahut semua orang yang ada di dalam sana.Abian mengedarkan pandangannya, menatap sekilas satu persatu orang yang berada di dalam ruangan tersebut.Di sana ada seorang anak kecil laki-laki yang tengah menangis di pelukan seorang wanita seusianya, ada dua orang guru beserta bapak kepala sekolah yang Abian sudah mengenalnya, serta ada Azzura duduk di sofa singgel sambil tersenyum menatap ke arahnya."Silahkan duduk bapak Abian" u
Pernikahan Zahra dan Abian berjalan dengan baik-baik saja. Setelah kejadian waktu itu, Dona juga sudah tidak pernah mengganggu Zahra maupun Abian lagi. Bahkan Dona mencoba mengikhlaskan semuanya. Dan ingin berubah menjadi pribadi yang baik lagi. Ia terlalu takut dengan ancaman yang di ucapkan oleh Abian maupun Landra. Mereka punya kekuasaan yang tidak di tandingi, dan Dona tidak mau berakhir sia-sia. Dona juga sudah bekerja di sebuah cafe yang ada di kota Jakarta itu. Dan Dona juga sudah meminta maaf kepada Zahra setelah kejadian waktu lalu. Seminggu kejadian, Dona datang dengan ketulusan hatinya, meminta maaf kepada Zahra dan juga kepada Abian, atas apa yang sudah di perbuat olehnya selama ini. Bahkan Dona juga sudah mengakui semua perbuatannya dulu, Dona yang memang sengaja menabrakkan mobilnya ke arah mobil Zahra sehingga kecelakaan itu tidak dapat terhindarkan, pada saat itu ia berharap jika yang mengendarai mobil itu merasa bersalah dan bisa Dona manfaatkan. Dan takdi
"Mbak Dona?" Zahra membulatkan kedua bola matanya ketika melihat Dona sudah berdiri di depan pintu rumah sambil menatap sinis ke arahnya. Ia sungguh terkejut saat melihat keberadaan mantan istri dari suaminya itu yang datang ke rumahnya seperti ini. Tanpa memperdulikan Zahra, Dona langsung menerobos masuk ke dalam rumah tersebut , dan menuju ke lantai atas tepat dimana kamar milik Abian berada. Dona sangat yakin jika Abian ada di dalam kamarnya, atau bahkan Abian ada di ruangan kerjanya.Zahra yang melihat tubuh Dona naik tangga menuju ke lantai atas sana langsung menatapnya dengan kesal, tanpa berniat mengikuti Dona sama sekali, atau mencegahnya, Zahra langsung melangkahkan kakinya menuju ke kamar dirinya dan Abian, tepat berada tidak jauh dari sana. Ya, keduanya sudah pindah kamar. Abian yang meminta tidur di kamar yang ada di lantai bawah sini. Zahra langsung duduk di sofa dan memberengut kesal sambil menatap ke arah sang suami yang baru saja keluar dari dalam kamar man
Kesialan Dona nyatanya tidak sampai di situ saja. Dona bahkan harus pulang jalan kaki karena tidak ada satupun kendaraan yang di stop oleh dirinya yang mau berhenti. Alasannya karena mereka mengira jika Dona itu gembel, dan takutnya Dona tidak akan membayar mereka. Dona sangat geram dengan semua orang yang menganggapnya gembel. Dirinya ingin melihatkan uang dan kartu ATM miliknya, namun lagi-lagi kesialan berpihak kepada Dona. Ponsel, kartu ATM dan uangnya tertinggal di rumah. Dona lupa membawanya. Dona malah hanya membawa tas berisi makeup saja.Terpaksa karena mereka tidak percaya jika Dona akan membayar mereka setelah sampai di rumah, jadi lah Dona memutuskan untuk berjalan kaki. Ya walaupun sangat jauh jarak yang akan ia tempuh itu.Dona menghela nafasnya kasar, sembari berhenti dan duduk di sebuah teras rumah milik orang. Rasanya sakit sekali kakinya, kakinya bahkan terasa mau copot saja, pegal sekali. Dona mensejajarkan kakinya, tangannya terulur perlahan memijitnya."Uh
Dona tersenyum puas ketika melihat pesannya yang sudah tanda centang dua biru. Itu tanda ya Abian pasti sudah melihat isi pesan yang di kirim oleh dirinya tadi. "Tunggu saja, aku yakin sebentar lagi kamu pasti akan di marahi habis-habisan oleh mas Abian, Zahra.... Hahaha rasakan" ucap Dona sambil tertawa lebar. Ia bahkan sudah membayangkan bagaimana marahnya Abian nanti. Dan pastinya Abian tidak akan pernah memaafkan Zahra, dan berakhir mereka akan berpisah. Maka dari situ, Dona akan mencuri hati Abian kembali, ia akan masuk kembali ke dalam kehidupan Abian, dan ia akan menjadi istri satu-satunya Abian. "Aku udah nggak sabar, nungguin mereka cerai." Ucap Dona lagi. "Aku harus siap-siap, pasti sebentar lagi mas Abian bakalan usir Zahra, dan aku akan ke sana, pasti mas Abian membutuhkan aku" ucap Dona, Dona lalu membuka lemarinya, tangannya dengan lihai mencari-cari baju mana yang pantas untuk dirinya kenakan. Dona harus tampil cantik dan membuat Abian terpesona oleh dir
Abian menghembuskan nafasnya lelah, sedari tadi ia tampak kesal sendiri, bagaimana tidak kesal, dirinya harus di hadapkan oleh wanita seperti Dona ini. Ya, setelah dari rumah Abian tadi, ternyata Dina mengikutinya sampai dirinya ke kampus tempatnya mengajar, dan lebih parahnya lagi, Dona terus saja merengek-rengek pada Abian, dan membuat semua para mahasiswanya sampai di buat heboh. Abian yang kesal, langsung membawa Dona ke dalam ruangannya. Udah nyuruh wanita itu pulang, tapi Dona itu keras kepala banget, dan mau maksa Dona pulang, Abian tidak punya banyak waktu, Abian masih punya jam mengajar di kelas. "Sana pulang, saya sibuk" ucap Abian datar, tanpa menatap ke arah wanita itu. Dona tersenyum getir, tapi dirinya tidak patah semangat, apa pun yang terjadi diri nya harus tetap bisa membuat Abian bertekuk lutut padanya. "Mas, aku rindu sama kamu" Dona sampai ingin beranjak dari duduknya dan ingin berjalan ke arah Abian, namun Abian yang menyadarinya langsung bangkit dari duduk
"Kenapa mau buat sarapan sendiri hm? Padahal kita bisa beli." Tanya Abian menatap lekat wajah sang istri yang tengah sibuk menyiapkan sarapan pagi... Zahra sangat cantik seperti itu, membuat Abian tidak henti-hentinya memandangi Zahra. Sungguh entah seberapa besar cinta yang telah Abian rasakan, Abian sangat mencintai Zahra ,Dan untuk masalah bik Sumi, Abian juga telah memecat wanita itu. Ia sudah mendapatkan bukti jika bik Sumi bersengkokol dengan Dona. Zahra tersenyum, tangannya masih sibuk menuangkan nasi goreng ke piring. Ya Abian itu selalu suka jika pagi di buat kan nasi goreng oleh Zahra, dan tidak bosen sama sekali. Kata Abian nasi goreng buatan Zahra itu sangat lah enak, Zahra sampai malu ketika Abian memuji nasi goreng buatannya. Padahal menurut Zahra biasa saja, dirinya juga belajar dari bundanya, karena ayah dan adiknya sama-sama pecinta nasi goreng. Dan juga hubungan keduanya selama seminggu ini semakin membaik... Zahra bahkan tidak segan selalu ingin bermanja-manja
Tiga bulan berlalu... Dona tersenyum tipis ketika melihat rumah yang ada di hadapannya ini... Ya, Dona sudah pulang dari rumah sakit, setelah beberapa waktu menjalani rawat inap di rumah sakit. Kondisinya sih masih belum di katakan baik-baik saja, namun Dona bersikeras ingin pulang, dirinya sungguh tidak betah di rumah sakit. Dona ingin menemui Abian. Dona sedikit kesal juga, mengingat dirinya di rumah sakit, namun Abian sama sekali tidak pernah mengunjungi dirinya. Dan karena rasa rindunya dengan Abian, Dona oun langsung mendatangi rumah milik Abian.. Dona tersenyum memandangi rumah ini, rumahnya bersama dengan Abian 2 tahun yang lalu. Walaupun Abian bersikap dingin kepada dirinya, tapi Dona masih bersyukur Abian selalu menjaganya. Abian selalu ada untuk dirinya. Setetes air mata jatuh di pipi Dona, rasa penyesalan itu sungguh menyayat hatinya. Mengapa Dona sangat bodoh dulu? Mestinya dirinya tidak melepaskan seorang Abian demi bersama dengan Bara. "Kenapa aku bodoh sek
Ceklek "Mas Abian." Senyuman di bibir Dona yang sedari tadi muncul, kini harus luntur, ketika mengetahui jika yang masuk ke dalam ruangannya bukan lah Abian, melainkan Landra..Dona padahal sudah sangat berharap sekali jika yang masuk ke dalam ruangannya dan menjenguknya adalah Abian – mantan suaminya itu. Landra tersenyum tipis, lalu menghampiri mantan menantunya itu. Ya, Abian sudah lama menceritakan kejadian tersebut, tentang Dona yang berselingkuh, dan Abian yang menjatuhkan talak pada Dona, Landra cukup terkejut mendengar hal itu, namun ia mendukung sepenuhnya keputusan anaknya. Ia juga sudah salah karena telah menikah kan Abian dengan Dona. Mestinya Landra, tidak terburu-buru mengambil sebuah keputusan yang pada akhirnya membuatnya rugi. Ya, walaupun dia anak sahabat Landra, namun Landra paling benci dengan sikap seperti demikian. Dan rasa kesal pada Dona cukup memenuhi hatinya. Landra bahkan ingin sekali membuat wanita itu merasakan apa yang lebih di rasakan oleh anaknya