Fauzi tampak cemas saat mendapatkan panggilan masuk dari sang mama , jika nenek nya yang berada di Bandung meninggal. Fauzi yang memang sangat menyayangi sosok nenek nya tidak kuasa menahan air mata nya."Fauzi , kamu kenapa ?" Suara lembut Delia menyapu indera pendengaran Fauzi .Fauzi mendongak , menatap wajah cantik nan ayu, yang tertutup hijab berwarna hitam itu , sungguh ingin sekali Fauzi rengkuh tubuh mungil itu , meluapkan rasa sedih yang ada di dalam diri nya , namun apalah daya , saat ini Fauzi tidak bisa melakukan nya .Mereka bukan mahram, dan terlebih Delia pasti tidak suka . Delia gadis yang sangat terjaga . Tidak seperti gadis lainnya ."Tadi mama nelpon , Nenek aku yang di Bandung meninggal Lia . " Ucap Fauzi dengan suara serak nya . Bulir bening masih saja berjatuhan .Delia membekap mulut nya. "Innalilahi. Yaudah kamu pulang Fauzi ! Pasti kamu mau berangkat kan sama orang tua kamu , " ucap Delia ."Tapi kamu bagaimana ? Kamu enggak ada temen nya Lia. Biar aku temenin
Malam harinya...."Aku antar ya Lia, ini udah malam, bahaya perempuan pulang sendirian." Ucap Fauzi saat dirinya dan Delia baru saja siap mencuci piring kotor.Delia menoleh sambil tersenyum. "Maaf banget Fauzi. Tapi kayaknya enggak usah deh. Arah jalan rumah kamu sama tempat aku tinggal kan berbeda. Kasihan kalau kamunya nanti muter-muter. Udah aku udah biasa kok pulang sendiri. Nanti aku biar pesan ojol deh" tolak Delia dengan halus, dirinya tidak mau merepotkan orang lain.Selagi dirinya bisa, dirinya tidak akan pernah meminta bantuan siapa pun.Fauzi menghembuskan nafasnya kasar, selalu saja seperti ini jika mengajak gadis yang ada di sampingnya ini untuk pulang bersama.Delia menolaknya dengan berbagai macam alasan, dan yang pastinya dengan senyuman manis di wajah cantiknya itu. Yang membuat siapa saja yang melihatnya langsung terpesona."Kali ini aja deh Lia. Aku juga mau main sama Ciko" Fauzi masih mencoba merayu Delia, agar mau di antar olehnya."Ciko kayaknya jam segini uda
"Emang enak ada pacar nya si bos , rasain tuh ! Jadi enggak usah keganjenan jadi orang ! Lagak nya mau jadi pelakor!" Cetus Buk Ratih yang menghampiri Delia yang sedang mencuci piring . Delia mengabaikan apa pun perkataan nyinyir yang keluar dari buk Ratih . Gadis cantik itu malah tersenyum , lalu menghentikan sejenak pekerjaan nya . "Ada yang bisa Lia bantu buk ?" Tanya Delia sopan . Buk Ratih mendengus mendengar nya . Susah payah diri nya mencoba membuat karyawan nya ini agar cemburu dan marah-marah dan membuat image nya jelek di depan teman nya yang lain, nampak nya gagal . "Enggak ada ! Eleh enggak usah mengalihkan pembicaraan deh kamu ! Kamu kesel kan karena asik mau godain pak bos malah dateng pacar nya . " Tidak berhenti buk Ratih mengolok-olok Delia , diri nya terus menerus berusaha agar karyawan nya ini terpancing emosi . Delia menghela nafas nya kasar , lalu tersenyum kembali ke arah manager nya itu . "Itu bukan urusan saya buk . Maaf buk , tadi saya di panggil oleh
"Lia, keruangan saya sekarang" titah Arkana lalu berlalu pergi dari dapur.Delia menganggukkan kepalanya sekilas, sedangkan buk Ratih yang kebetulan melihatnya, langsung mencibir nya . "Karyawan kesayangan bos " Sindir nya dengan sinis ."udah kamu enggak usah dengerin tuh kata nenek lampir , udah sana kamu temui bos " ucap Fauzi teman Delia ."makasih Fauzi , kalau gitu saya pamit ya assalamualaikum ""wa'alaikum salam " sahut Fauzi sambil menatap punggung Delia .Dan melihat Delia yang tidak berpengaruh sama sekali dengan ucapan nya , membuat membuat buk Ratih semakin mencibir nya. Iri sekali diri nya melihat Delia yang sering di panggil pak bos ganteng itu , walaupun diri nya juga di panggil tapi beda , bos nya kalau panggil dia pasti berujung marah. Tapi kalau Delia , pasti di sanjung- sanjung , buk Ratih kesal sendiri , di sini kan diri nya yang manager bukan Delia si anak yatim piatu itu."buk , kurang- kurangi julid nanti dapet karma loh " celetuk Fauzi, karyawan cafe itu , yan
Gadis itu tampak gusar menatap pria yang ada di hadapannya saat sekarang ini. Gadis itu lalu menoleh ke arah samping nya tepat pada Bu guru Ivy. "Maaf buk, saya ada keperluan lain, jadi saya harus segera pergi" ucap gadis itu merasa risih juga dengan tatapan dari pria asing itu. Ivy menganggukkan kepalanya. Ia juga tidak mungkin menahan gadis itu lagi, terlebih Abian sudah ada di sini. "Baiklah, terimakasih ya mbak, mbaknya sudah mau menolong saya, dan terimakasih sudah menyelamatkan Ameera tadi" ucap Ivy dengan tulus, dirinya tidak tau entah apa yang terjadi pada dirinya tadi jika Ameera sampai kenapa-kenapa. Mungkin Ivy akan di pecat, dirinya belum siap untuk hal itu atau akan mendapatkan amarah dari bosnya itu. Dirinya masih membutuhkan uang untuk biaya pengobatan sang anak. Suaminya yang pekerjaannya serabutan tidak akan cukup untuk membiayai pengobatan sang anak yang terkena penyakit gagal jantung sejak kecil. Maka sebab itu ketika Ivy mendapatkan tawaran untuk menjadi guru seka
"Mau itu!!" Bocah kecil berusia lima tahun itu berlari mengejar seorang penjual ice cream keliling, membuat Bu guru yang melihatnya langsung berlari mengejar."Ameera! Kamu mau kemana?" Teriak ibu guru itu sambil menjinjing roknya yang panjang.Ameera gadis kecil berusia lima tahun itu tidak memperdulikan teriakan ibu gurunya itu. Dirinya lebih suka mengejar penjual ice cream keliling yang menyerukan suara musik yang lucu menurutnya."Telolet, telolet, ice cream, ice cream, siapa yang beli bisa menjadi pintar...""Meela mau jadi pintal sepelti ayah!" Teriak Ameera, kaki kecilnya terus menerus mengejar sang penjual es keliling itu, tanpa memperdulikan beberapa kendaraan yang berlalu lalang, dan jangan lupakan ibu gurunya yang sudah berteriak histeris."Ameera! Berhenti... Banyak mobil sama motor lewat.. Ameera .... Ameera...." Ibu guru terpekik saat melihat sebuah sepeda motor metik yang nyaris menabrak tubuh mungil itu.Ibu guru sampai memejamkan kedua bola matanya, sungguh ia sudah