Share

Neraka Jaminannya

Penulis: Kaiwen77
last update Terakhir Diperbarui: 2023-11-11 15:35:48

Mulut pembantu sampai berteriak sedang netra Aruna mengecap gila pada Yuda yang baru saja berdiri di hadapan taksi. Sopir taksi begitu cekatan menginjak rem hingga tak sempat terjadi kecelakaan, meski sopir ini menunjukkan ekspresi kaget.

"Apa kau bosan hidup!" seru sopir taksi terlihat kesal.

Yuda menunjukkan tangan, meminta kesempatan untuk bicara. Sopir taksi mendengkus kesal, tapi sedikit menepi. Pembantunya langsung menghalangi Yuda yang membuka pintu dan melongok ke dalam.

"Aruna," sebut Yuda menunjukkan raut seolah menemukan mainan lama.

Pembantunya menjadi marah. "Siapa yang kau sebut Aruna! Lalu kenapa kau tidak sopan--"

Kepala Aruna menoleh dan netra membingkai tangan Yuda yang membungkam mulut pembantunya. Kemudian menarik paksa tangan Aruna hingga keluar dari taksi.

"Kau gila!" serunya sembari berusaha memberontak.

Yuda mendorong tubuhnya hingga membentur pintu taksi. Akses keluar yang tertutup, membuat pembantu geram. Lantas memutuskan untuk keluar dari sisi lain demi bisa mencapai Aruna.

"Lepaskan Nyonya saya!"

Namun, Yuda masih mencengkram tangannya erat dan bersikap tak acuh. "Aruna, kau masih hidup Sayang?"

Meski nama yang terdengar oleh telinga, serta sosok Yuda tak asing. Namun, Aruna merasa pria ini terlalu tak punya sopan santun. Hingga memaksa melepaskan tangan dari genggaman Yuda.

Sorot mata Yuda menjadi marah. "Apa maksudmu Aruna? Kau sudah tak suka padaku lagi!"

Terburu pembantu menyembunyikan tubuhnya dari pandangan Yuda. Jelas mengundang amarah pria ini dan bersiap untuk memukul. Tapi, tubuh Yuda terhuyung setelah sopir taksi menarik pundak supaya Yuda menjauh darinya.

"Nak, bukankah mobil merah itu milikmu? Lekaslah menepi sebelum jadi rongsokan karena diamuk masa."

Kepala Yuda menoleh dan menatap ke jalanan yang berlawanan, tempat mobil Yuda menghalangi pengendara. Di sekitar mobil Yuda, memang ramai dan mata mereka menatap ke mana pun. Mencari sosok pemilik yang mencampakkan kendaraan begitu saja.

Tepat saat itu. Sopir taksi memberi kode bagi Aruna dan pembantu untuk memasuki mobil. Terdengar suara mobil yang melaju, membuat Yuda menoleh kembali dengan tertegun.

"Aruna!"

Mata Aruna menatap ke belakang. Sosok Yuda yang berlari berusaha mengejar, membuat sopir sengaja menambah kecepatan. Hingga Yuda yang berteriak marah tak lagi memasuki matanya setelah sopir taksi berbelok.

"Nyonya Irene, apa Nyonya baik-baik saja?"

Kepala Aruna hanya mengangguk saja. Meski otaknya berusaha mengingat, di mana ia mengenali pria itu dan kenapa nama yang dia sebutkan sangat tidak asing. Aruna menyentuh kepala yang tiba-tiba terasa sangat pening dan sakit luar biasa.

"Nyonya!" Pembantu memegangi kedua tangan Aruna yang memukuli kepala.

**

Awan yang tersibak, membuat matahari bersinar lebih menyilaukan mata. Sinar itu menciptakan bayangan dari sosok Yuda yang memasuki sebuah cafe. Bibir Yuda langsung mengulas senyum ketika melihat sang direktur melambai.

"Segera sapa Tuan Erland," bisik atasan Yuda.

Netra Yuda tertuju pada Erland yang duduk begitu santai dengan bibir menyesap secangkir kopi. "Tuan Erland, maaf saya terlambat. Dalam perjalanan saya mengalami kecelakaan."

"Kecelakaan ya? Itu adalah sebuah tragedi yang pasti membuatmu kehilangan segalanya,” balas Erland sembari menyeringai dan menyindir soal Aruna yang berada dalam genggamannya tanpa sepengetahuan Yuda.

Yuda hanya tersenyum, tak benar-benar menyahut. Sedang mata menelisik wajah Erland yang terlihat terluka serta tangan yang diperban. Mendadak terbesit dalam otak Yuda, sosok Aruna yang ditemui di tengah jalan dengan tubuh diperban sana-sini.

"Kau tidak akan bisa lolos dariku," bisik Yuda sangatlah pelan dan berakhir dengan menyeringai.

Mata Erland sendiri tengah sibuk memenjarakan Yuda dari atas sampai bawah. Seolah sedang menilai kepantasan pria ini sampai berani memiliki Aruna sebelum Erland. Hanya pria biasa dengan ketampanan di bawah rata-rata, membuat Erland menyeringai dan meletakkan cangkir kopi.

"Mengenai kecelakaan, saya dengar kemarin Tuan Erland dan nyonya Irene mengalami hal yang sama. Apakah nyonya Irene baik-baik saja?"

Pandangan Erland menjadi serius. "Apa kau tertarik dengan istri orang lain?"

Atasan Yuda tersenyum dan menggeleng. "Maafkan saya Tuan. Saya sudah melihat kondisi Anda secara langsung, jadi saya hanya--"

"Istriku tak butuh perhatian darimu, lagi pula aku sangat membencinya," potong Erland dengan nada dingin.

Atasan Yuda memilih diam dan tak bereaksi apa pun. Sementara Yuda sendiri berhasil menyimpulkan, bahwa Erland bukanlah orang sembarangan. Hingga mata Erland dan Yuda saling bertemu, bibir Yuda hendak memberi senyuman tapi langsung terhenti ketika melihat Erland menyeringai.

"Orang yang berpura ramah, aku lebih benci," sindir Erland berhasil membuat Yuda membisu dengan tangan mengepal tersinggung.

Mata Erland melirik ke arah Daffa yang mendekat dengan terburu, kemudian membisikkan sesuatu yang membuat Erland langsung menjatuhkan pandangan pada Yuda. Sosok yang ingin Erland lihat untuk membandingkan diri yang bahkan tak sebanding dengannya.

“Yuda telah melihat nyonya, lantas membuat kekacauan,” bisik Daffa, sang sekretaris.

"Jika dia datang dengan kendaraan, hancurkan," bisik Erland sebagai balasan.

"Baik Tuan," sahut Daffa mulai berjalan pergi, meski mata sempat menatap pada Yuda, sosok yang telah menemukan Aruna lebih cepat dari perkiraan.

Lagi, Erland menjadikan Yuda sebagai objek pandangan. Dia telah memberi garis batas bagi Yuda. Jika pria ini mendekati sedikit saja pada Aruna, maka Erland jamin akan ada neraka yang menanti di ujung kaki Yuda melangkah.

Jemari Erland meraih cangkir yang sama, namun tak segera meminum. Dia seolah menantikan sesuatu. Hingga suara keributan di luar cafe serta alarm mobil yang berbunyi telah menyita perhatian Yuda.

“Itu mobilku, hei! Apa yang kalian lakukan!” seru Yuda langsung meninggalkan kursi.

“Yuda! Kembali!” Sang atasan merasa kepergian Yuda telah menyinggung Erland dan takut kerja sama menjadi batal.

“Tak masalah, biarkan saja,” balas Erland sejenak, lantas menyembunyikan senyum kemenangan dengan menyesap kopi.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Istri Kembar CEO Posesif   Justru Larangan Itu Adalah Perhatian

    Tubuh Erland langsung membeku di tengah anak tangga saat mendengar ucapan dari Fira. Jantung Erland juga berdetak sangat kencang, mata saling pandangan dengan sang putri."Siapa yang beri tahu Fira hal konyol itu?"Fira diam sejenak, membaca ekspresi wajah Erland yang kali ini nampak marah. Perlahan pandangan Fira turun dan hanya berani menatap pundak Erland. "Semua orang membicarakannya pelan-pelan di sekitar Fira. Tapi, Fira mengerti maksud mereka."Erland menghela napas. "Itu hanya omong kosong Sayang. Kenapa Fira percaya? Fira kan anak papa."Tangan Fira meremas pundak Erland. "Papa jangan berusaha berbohong, aku sudah tahu semuanya kok.""Tapi, Papa janji ya. Jangan bilang kalau Fira tahu pada mama. Nanti mama bakal sedih."Erland memilih mengangguk. Ternyata dia tidak bisa menyembunyikan fakta dari anak sekecil Fira. Anak ini mengerti apa yang orang lain katakan, namun malah diam dan memendam semuanya sendiri."Tapi Fira tahu kan, kalau papa sayangnya beneran sama Fira. Mengang

  • Istri Kembar CEO Posesif   Fira Tahu, Papa Fira Adalah Orang Lain

    Aruna mengawasi Erland yang membersihkan sisa kotoran yang menempel pada putranya. Kemudian mengganti popok. "Kabar Mitha gimana, Mas? Kamu sudah dengar belum," singgungnya.Kabarnya Mitha juga melahirkan di hari yang sama. Namun, Aruna ingin tahu lahirnya anak kembar seperti apa."Kata Daffa sudah lahir, anak laki-laki semua.""Lahir normal?" tanyanya.Kepala Erland menggeleng. "Caesar katanya."Mendengar hal itu, Aruna langsung meringis sembari menyentuh perutnya. Erland yang melihatnya, menggenggam tangan Aruna."Mikirin apa sih? Kamu kan lahirannya normal.""Ya tapi ngeri gitu, Mas," sahutnya.Erland memandangnya lama. "Jarang yang bisa lahir normal saat mengandung kembar. Zaman sekarang lebih merekomendasikan caesar."Memikirkannya, Aruna langsung menjawab, "kalau begitu aku tidak mau punya anak kembar."Erland ingin mengusap kepalanya. Namun, langsung Aruna genggam lengan suaminya. Erland sempat menunjukkan raut terheran, setelah mengingat tangan ini yang digunakan membersihkan

  • Istri Kembar CEO Posesif   Kenapa Fira Tidak Mirip Papa?

    Aruna tersenyum mendengar ucapan suaminya. "Benar, Fira pasti senang."Erland ikut tersenyum. "Iya Sayang."Aruna memandang Erland yang begitu betah memandang sang putra. Bibirnya tanpa sadar terus saja tersenyum karena pada akhirnya bisa melahirkan anak dari suami yang dirinya cintai.Bahkan ketika malamnya tiba. Aruna yang sibuk tidur, Erland tetap terjaga dan menjaga sang putra yang sangat lelap tidur di ranjang kecil. Bibir Erland tak pernah berhenti tersenyum, karena melihat fotokopi diri sendiri pada wajah sang putra."Tuan."Erland menoleh dan mendapati Sonya yang membawa tas, bersiap untuk pulang."Oh kamu sudah mau pulang," singgung Erland."Iya Tuan. Saya akan kembali pagi nanti."Erland berpikir sejenak, kemudian menyahut, "besok kamu di rumah saja, istirahat. Terima kasih karena sudah membantu menjaga Aruna."Meski Sonya sempat terkejut karena Erland baru saja mengucap terima kasih. Namun, Sonya langsung tersenyum dan mengangguk."Kembali kasih, Tuan."Erland kembali meman

  • Istri Kembar CEO Posesif   Farras Raffasya, Nama Putra Kita

    Beberapa bulan telah berlalu. Kandungan Aruna sudah mencapai sembilan bulan dan sejak kemarin mulas, menunjukkan tanda melahirkan.Erland langsung membawa Aruna ke rumah sakit. Namun, sampai paginya lagi, Aruna tak kunjung pembukaan. Erland yang melihat Aruna kerap mengadu kesakitan karena kontraksi, membuat Erland bicara pada Sonya."Menurutmu, bukankah ini karmaku? Makanya Aruna kesulitan melahirkan begini," singgung Erland."Tuan, tidak boleh bicara seperti itu. Semua wanita yang melahirkan berbeda-beda, ada yang cepat ada juga yang lumayan lama," sahut Sonya."Sewaktu melahirkan nona Fira, Nyonya seperti ini juga."Erland yang semula memandang ke arah Aruna sedang tidur, langsung menoleh pada Sonya saat mendengar perkataan itu. Erland yang tidak memiliki ingatan soal itu langsung bertanya."Benarkah?"Sonya mengangguk. "Benar sekali Tuan. Makanya Nyonya sekarang nampak biasa saja, meski terkadang mengeluh sakit. Karena sebelumnya juga seperti ini."Erland langsung meraih tangan Ar

  • Istri Kembar CEO Posesif   Kalau Punya Adik, Tidak Disayang

    Erland mengerutkan dahi. "Anak kembar?""Iya."Mendadak Erland tersenyum. "Gimana mau anak kembar, kamu sudah hamil begini. Harus lahir dulu Sayang, baru bikin anak kembar lagi."Mendengarnya, Aruna jadi membuka matanya lebih lebar dan memandang ke arah Erland. Suaminya masih tersenyum, kemudian mengusap wajahnya."Memangnya siap melahirkan lagi? Yang lagi di kandung saja belum lahir," ujar Erland.Aruna langsung menggeleng. "Iya, harus lahirin dulu yang lagi dikandung."Erland mengangguk dan mengusap kepalanya. "Nah iya, habis lahiran. Kita baru pikirkan lagi ya soal anak kembar."Aruna memainkan kancing baju suaminya. "Tapi kata ayahku, katanya anak kembar merepotkan."Erland menumpu kepala dengan tangan. Mata memandangnya sangat lekat, sampai Aruna membalas."Kenapa merepotkan? Kan anak sendiri. Aku malah senang banyak anak, rumah akan ramai dan aku juga bakal bantu merawat anak-anak.""Kalau disuruh jaga anak, paling nanti kamu tidur," ujarnya."Tidak akan, aku jamin."Aruna kemba

  • Istri Kembar CEO Posesif   Mau Hamil Kembar

    Erland benar-benar membawa Aruna ke rumah sakit pada siang harinya. Tentunya untuk memeriksakan kandungan sang istri. Tepat seperti yang dokter katakan, usia kandungannya memasuki 6 minggu. Aruna dan Erland diminta oleh dokter untuk jangan berhubungan dulu, sebelum melewati trimester pertama.Aruna yang memang sudah pernah hamil, tahu masalah larangan itu. Bahkan Erland pun terlihat mengerti, jadi tidak berkomentar apa pun."Jadi, apakah istri dan anakku ini ingin makan sesuatu?"Begitu keluar dari ruangan dokter kandungan, Erland menawarkan. Tangan saling bergandengan dengan Aruna. Erland sampai melirik karena menantikan jawaban dari istri."Aku mau waffle," ujarnya."Hm, biasanya beli di mana?""Aku tidak tahu. Tapi, harusnya ada cafe atau resto yang jual kan."Erland mengangguk. "Nanti aku cari infonya di ponsel ya."Mereka berdua tetap berjalan bersama dan memutuskan untuk menjemput Fira di sekolah. Kebetulan putrinya pasti sudah pulang. Sepanjang mengemudi, Aruna bergelayut man

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status