Share

Sebuah Pertemuan

Author: Kaiwen77
last update Last Updated: 2023-11-10 18:15:03

Erland benar-benar memejamkan mata. Bahkan napas yang menerpa puncak kepalanya terasa lebih halus dan damai. Aruna mencari kesempatan untuk lolos, namun pelukan Erland tak mampu ia singkirkan.

"Kau sungguh tidur? Nyaman dengan posisi membuat aku terjepit begini?" komennya.

Terdengar sedikit tawa dari Erland. "Sudahlah Sayang, ayo kita tidur."

Aruna menghela napas. Bobot tubuh Erland hampir separuhnya diberikan padanya dan terasa sangat berat. Aruna menjadi kesal dan berbalik, berniat memukul namun melihat wajah damai pria ini. Membuat niatan Aruna sirna sudah.

Jantung yang terdengar melambat merajai malam sunyi. Namun, ada suara denyut yang lebih kencang di hadapannya. Mata Aruna fokus menatap dada Erland, selaku sumber suara itu.

"Sepertinya kau sungguh mencintai aku ya?" tanyanya.

Erland menunduk sejenak untuk mengecup keningnya, kemudian menyahut dengan lembut, "sangat."

"Bahkan jika harus mencarimu di tengah samudra, aku rela menghabiskan seluruh harta untuk mengarunginya," lanjut Erland penuh perasaan.

***

"Apa kau anak kecil?"

Di pagi hari yang ditemani matahari terik. Aruna mengeluhkan dasi yang berada di telapak tangannya. Sedang Erland berjalan semakin mendekat dan berhenti tepat di hadapannya.

"Salah ya? Suami minta dipakaikan dasi oleh istri?"

Aruna berdecak kesal. Meski begitu ia membongkar hingga dasi menjadi panjang. Erland pun sedikit menunduk supaya Aruna mencapai tubuh tinggi dari suaminya.

"Apa kau sering seperti ini?" tanya Aruna ingin tahu.

Matanya melirik ke bawah, karena merasa tangan Erland merambat di pinggangnya. Tak lebih dari itu, hanya berdiam diri di sana. Membuat Aruna mengendurkan kewaspadaan.

"Tidak. Karena kau pemalas, kau juga sangat galak. Sampai rasanya aku takut meminta bantuanmu."

Seketika netra Aruna terangkat dan menatap Erland kesal. Ia selalu merasa kalau pria ini jauh lebih galak dan ganas ketimbang dirinya. Tapi, seolah Aruna adalah sang ratu dari seluruh sifat buruk.

Sedang mata Erland membidik cara tangan Aruna yang ahli membentuk sebuah dasi. Dia sedikit geram, atas kemampuan Aruna yang dulu selalu diasah untuk orang lain, yakni Yuda. Selaku suami yang Erland buat ditinggalkan paksa oleh Aruna.

"Ada apa? Kenapa kau jadi diam begini?" tanya Aruna setelah selesai.

Aruna tertegun dengan Erland yang mendadak merebahkan kepala pada pundaknya. "Apa aku tidak ke kantor saja ya? Aku sangat merindukanmu."

"Aku yang tidak suka terus bersamamu," cetusnya sangat jujur sampai membuat Erland terkekeh.

"Irene," sebut Erland.

"Apa," sahutnya, meski sangat tidak terbiasa dengan nama asing itu.

Erland tersenyum. "Hari ini pemeriksaan di rumah sakit ya? Bagaimana kalau kau membawa pembantu?"

"Kenapa?" tanya Aruna heran.

"Berjaga-jaga saja, kalau kau tidak enak badan atau bagaimana."

Aruna memikirkannya sejenak, kemudian mengangguk. "Ya baiklah."

"Aku tidak bisa mengantarmu, maaf ya," ujar Erland sembari mengusap wajahnya.

"Baguslah, aku juga tidak ingin kau antar."

Sekali lagi Erland dibuat tersenyum oleh mulut Aruna yang tidak punya rem. "Kalau begitu sampai jumpa nanti malam di rumah."

Hari itu, Erland dan Aruna keluar dari rumah bersama-sama. Namun, menggunakan mobil yang berbeda karena tujuan juga tidaklah sama. Aruna pergi dengan sopir pribadi dan pembantu yang ditunjuk oleh Erland.

Tapi, di tengah perjalanan. Tiba-tiba ban mobil bocor karena tertusuk paku. Membuat Aruna harus keluar dan mencari tempat untuk berteduh dari matahari.

"Nyonya Irene, bagaimana kalau pergi dengan taksi? Sepertinya mobil akan lama karena menunggu tukang bengkel langganan datang," ujar sopir setelah berlari untuk menghampirinya.

"Omong kosong, mana bisa Nyonya Irene naik taksi," tegur pembantu ini.

Aruna menoleh. "Apakah sangat lama? Jika memang lama ya sudah naik taksi saja."

"Tapi, Nyonya."

"Kalau kau tidak mau ya sudah, aku bisa pergi sendiri."

Ketika Aruna berjalan lebih dulu, membuat pembantu ini terpaksa mengikutinya. Bahkan membuat Aruna risih dengan payung yang dibentangkan oleh pembantu ini. Rasa kesalnya benar-benar sudah memuncak.

"Kau pikir aku monyet! Pakai payung di tengah teriknya matahari!" serunya marah membuat pembantu ini tertegun.

"Maafkan saya, Nyonya Irene."

"Kau pikir aku akan meleleh karena matahari?" ocehnya.

Suara Aruna yang terdengar lantang itu. Berhasil menyita perhatian seorang pengemudi mobil berwarna merah. Dia adalah Yuda yang terburu mengerem mendadak di tengah jalan, menimbulkan teguran keras dari para pengemudi dalam bentuk klakson juga makian.

"Aruna!"

Namun, Yuda tak hirau. Terus berlari mengejar sosok Aruna yang baru saja dibawa pergi oleh taksi. Yuda terus berteriak memanggil namanya. Hingga kepala menoleh ke belakang, melihat Yuda yang berlari. Rasanya nama yang disebut itu tidaklah asing.

"Aruna! Tolong berhenti!"

Mendengarnya Aruna hendak menyuruh sopir taksi untuk berhenti, tapi pembantu terlihat gelisah dan langsung berteriak, "kenapa lambat sekali mengemudinya! Nyonya saya harus segera ke rumah sakit."

"Aruna!”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Kembar CEO Posesif   Justru Larangan Itu Adalah Perhatian

    Tubuh Erland langsung membeku di tengah anak tangga saat mendengar ucapan dari Fira. Jantung Erland juga berdetak sangat kencang, mata saling pandangan dengan sang putri."Siapa yang beri tahu Fira hal konyol itu?"Fira diam sejenak, membaca ekspresi wajah Erland yang kali ini nampak marah. Perlahan pandangan Fira turun dan hanya berani menatap pundak Erland. "Semua orang membicarakannya pelan-pelan di sekitar Fira. Tapi, Fira mengerti maksud mereka."Erland menghela napas. "Itu hanya omong kosong Sayang. Kenapa Fira percaya? Fira kan anak papa."Tangan Fira meremas pundak Erland. "Papa jangan berusaha berbohong, aku sudah tahu semuanya kok.""Tapi, Papa janji ya. Jangan bilang kalau Fira tahu pada mama. Nanti mama bakal sedih."Erland memilih mengangguk. Ternyata dia tidak bisa menyembunyikan fakta dari anak sekecil Fira. Anak ini mengerti apa yang orang lain katakan, namun malah diam dan memendam semuanya sendiri."Tapi Fira tahu kan, kalau papa sayangnya beneran sama Fira. Mengang

  • Istri Kembar CEO Posesif   Fira Tahu, Papa Fira Adalah Orang Lain

    Aruna mengawasi Erland yang membersihkan sisa kotoran yang menempel pada putranya. Kemudian mengganti popok. "Kabar Mitha gimana, Mas? Kamu sudah dengar belum," singgungnya.Kabarnya Mitha juga melahirkan di hari yang sama. Namun, Aruna ingin tahu lahirnya anak kembar seperti apa."Kata Daffa sudah lahir, anak laki-laki semua.""Lahir normal?" tanyanya.Kepala Erland menggeleng. "Caesar katanya."Mendengar hal itu, Aruna langsung meringis sembari menyentuh perutnya. Erland yang melihatnya, menggenggam tangan Aruna."Mikirin apa sih? Kamu kan lahirannya normal.""Ya tapi ngeri gitu, Mas," sahutnya.Erland memandangnya lama. "Jarang yang bisa lahir normal saat mengandung kembar. Zaman sekarang lebih merekomendasikan caesar."Memikirkannya, Aruna langsung menjawab, "kalau begitu aku tidak mau punya anak kembar."Erland ingin mengusap kepalanya. Namun, langsung Aruna genggam lengan suaminya. Erland sempat menunjukkan raut terheran, setelah mengingat tangan ini yang digunakan membersihkan

  • Istri Kembar CEO Posesif   Kenapa Fira Tidak Mirip Papa?

    Aruna tersenyum mendengar ucapan suaminya. "Benar, Fira pasti senang."Erland ikut tersenyum. "Iya Sayang."Aruna memandang Erland yang begitu betah memandang sang putra. Bibirnya tanpa sadar terus saja tersenyum karena pada akhirnya bisa melahirkan anak dari suami yang dirinya cintai.Bahkan ketika malamnya tiba. Aruna yang sibuk tidur, Erland tetap terjaga dan menjaga sang putra yang sangat lelap tidur di ranjang kecil. Bibir Erland tak pernah berhenti tersenyum, karena melihat fotokopi diri sendiri pada wajah sang putra."Tuan."Erland menoleh dan mendapati Sonya yang membawa tas, bersiap untuk pulang."Oh kamu sudah mau pulang," singgung Erland."Iya Tuan. Saya akan kembali pagi nanti."Erland berpikir sejenak, kemudian menyahut, "besok kamu di rumah saja, istirahat. Terima kasih karena sudah membantu menjaga Aruna."Meski Sonya sempat terkejut karena Erland baru saja mengucap terima kasih. Namun, Sonya langsung tersenyum dan mengangguk."Kembali kasih, Tuan."Erland kembali meman

  • Istri Kembar CEO Posesif   Farras Raffasya, Nama Putra Kita

    Beberapa bulan telah berlalu. Kandungan Aruna sudah mencapai sembilan bulan dan sejak kemarin mulas, menunjukkan tanda melahirkan.Erland langsung membawa Aruna ke rumah sakit. Namun, sampai paginya lagi, Aruna tak kunjung pembukaan. Erland yang melihat Aruna kerap mengadu kesakitan karena kontraksi, membuat Erland bicara pada Sonya."Menurutmu, bukankah ini karmaku? Makanya Aruna kesulitan melahirkan begini," singgung Erland."Tuan, tidak boleh bicara seperti itu. Semua wanita yang melahirkan berbeda-beda, ada yang cepat ada juga yang lumayan lama," sahut Sonya."Sewaktu melahirkan nona Fira, Nyonya seperti ini juga."Erland yang semula memandang ke arah Aruna sedang tidur, langsung menoleh pada Sonya saat mendengar perkataan itu. Erland yang tidak memiliki ingatan soal itu langsung bertanya."Benarkah?"Sonya mengangguk. "Benar sekali Tuan. Makanya Nyonya sekarang nampak biasa saja, meski terkadang mengeluh sakit. Karena sebelumnya juga seperti ini."Erland langsung meraih tangan Ar

  • Istri Kembar CEO Posesif   Kalau Punya Adik, Tidak Disayang

    Erland mengerutkan dahi. "Anak kembar?""Iya."Mendadak Erland tersenyum. "Gimana mau anak kembar, kamu sudah hamil begini. Harus lahir dulu Sayang, baru bikin anak kembar lagi."Mendengarnya, Aruna jadi membuka matanya lebih lebar dan memandang ke arah Erland. Suaminya masih tersenyum, kemudian mengusap wajahnya."Memangnya siap melahirkan lagi? Yang lagi di kandung saja belum lahir," ujar Erland.Aruna langsung menggeleng. "Iya, harus lahirin dulu yang lagi dikandung."Erland mengangguk dan mengusap kepalanya. "Nah iya, habis lahiran. Kita baru pikirkan lagi ya soal anak kembar."Aruna memainkan kancing baju suaminya. "Tapi kata ayahku, katanya anak kembar merepotkan."Erland menumpu kepala dengan tangan. Mata memandangnya sangat lekat, sampai Aruna membalas."Kenapa merepotkan? Kan anak sendiri. Aku malah senang banyak anak, rumah akan ramai dan aku juga bakal bantu merawat anak-anak.""Kalau disuruh jaga anak, paling nanti kamu tidur," ujarnya."Tidak akan, aku jamin."Aruna kemba

  • Istri Kembar CEO Posesif   Mau Hamil Kembar

    Erland benar-benar membawa Aruna ke rumah sakit pada siang harinya. Tentunya untuk memeriksakan kandungan sang istri. Tepat seperti yang dokter katakan, usia kandungannya memasuki 6 minggu. Aruna dan Erland diminta oleh dokter untuk jangan berhubungan dulu, sebelum melewati trimester pertama.Aruna yang memang sudah pernah hamil, tahu masalah larangan itu. Bahkan Erland pun terlihat mengerti, jadi tidak berkomentar apa pun."Jadi, apakah istri dan anakku ini ingin makan sesuatu?"Begitu keluar dari ruangan dokter kandungan, Erland menawarkan. Tangan saling bergandengan dengan Aruna. Erland sampai melirik karena menantikan jawaban dari istri."Aku mau waffle," ujarnya."Hm, biasanya beli di mana?""Aku tidak tahu. Tapi, harusnya ada cafe atau resto yang jual kan."Erland mengangguk. "Nanti aku cari infonya di ponsel ya."Mereka berdua tetap berjalan bersama dan memutuskan untuk menjemput Fira di sekolah. Kebetulan putrinya pasti sudah pulang. Sepanjang mengemudi, Aruna bergelayut man

  • Istri Kembar CEO Posesif   Positif Hamil

    Aruna menemui putrinya yang ada di rumah Faisal. Mungkin selama seminggu ini, akan tetap di sana sampai Aruna dan Erland pulang ke rumah. "Fira sedang tidur siang," ujar Faisal memberi tahunya.Aruna mengangguk. "Begitu ya sudah.""Kamu tidak akan pergi lagi kan?""Mungkin sore akan ke sana lagi dan malamnya ke sini untuk menemani Fira tidur, Yah."Faisal menghela napas. "Sewaktu masih hidup, saling bermusuhan. Giliran sudah mati, malah begitu betah di sana."Aruna memandang ayahnya. "Jangan bicara begitu, Yah. Bagaimana pun Erland kan anaknya, kalau bukan Erland siapa yang mengurusi."Mendengar ucapannya, Faisal langsung mengangguk. "Iya, iya. Ayah hanya kesal dengan Erland dan ayahnya yang sering bertengkar itu."Aruna duduk di sofa dan menarik napas. "Bagaimana pun, anak tetaplah anak. Ditinggal ayahnya tentu saja sedih.""Kamu juga begitu memangnya?"Dahi Aruna langsung mengerut. "Ayah mau menyusul? Semua keluarga ingin Ayah panjang umur kok."Faisal langsung tersenyum, kemudian

  • Istri Kembar CEO Posesif   Tidak Ingin Kamu Jatuh Sendirian

    Aruna berkeliling di rumah ayah mertuanya. Tempat Erland dahulu dibesarkan. Kemudian dirinya bertemu dengan ibu tiri dari suaminya. Aruna ingin menghindar, namun tangannya dicekal."Kamu merasa bangga ya, bisa keluar masuk rumah ini."Aruna memandang lekat. "Bangga?""Kenapa harus berbangga diri, aku menantu di rumah ini," lanjutnya.Ibu tiri Erland menyeringai. "Kamu hanya menantu yang tidak diakui.""Aku juga tidak ingin diakui oleh Anda."Kemudian Aruna menarik paksa tangannya dari ibu mertuanya. Hendak wanita ini main tangan, namun mendadak terhenti setelah ada langkah terdengar di belakang tubuhnya. Aruna langsung berbalik dan menemukan Erland berjalan mendekat dengan mata melotot tajam. Fira berlari di belakang suaminya sembari tertawa senang. Namun saat melihat ibu tiri Erland, Fira mendadak bersembunyi di belakangnya."Ayo aku antar ke kamar untuk istirahat," ujar Erland langsung menggiring Aruna dan Fira.Wanita itu mengepalkan tangan dengan wajah menunjukkan raut emosi. Nam

  • Istri Kembar CEO Posesif   Titip Erland, Ya Aruna

    Aruna yang sedang memakaikan seragam sekolah pada putrinya, sesekali melirik jam. Karena suaminya tak kunjung pulang juga. Fira pun sampai bertanya karena melihat dirinya yang tak fokus."Mama menunggu papa ya?"Bibirnya langsung tersenyum. "Iya, Sayang. Mama nungguin papa, katanya pulang untuk ganti baju."Tepat saat itu, terdengar suara mobil berhenti di depan rumah membuat mata Fira berbinar. Kemudian berlari darinya yang hendak memakaikan dasi. Aruna sendiri tersenyum dan mengikuti putrinya keluar.Namun, baru juga Aruna selesai menuruni anak tangga. Fira kembali berlari ke arahnya dengan raut ceria."Kata Papa hari ini tidak sekolah.""Eh? Kan bukan hari libur, mama juga tidak mendapat info apa pun dari sekolah." Aruna jelas bingung.Kemudian, Erland berjalan mendekat dan menyahut, "papa minta bertemu."Aruna memandang suaminya semakin tidak mengerti. "Dan kamu menyetujuinya?"Erland berjalan semakin dekat dan berhadapan dengannya. Kemudian meraih tangannya, karena Erland sangat

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status