Share

Bab 4

Author: Ria Wijaya
last update Last Updated: 2025-07-04 16:17:16

"Apakah Tuan Nero ada di kamarnya?" tanya Eleora pada seorang pelayan laki-laki yang baru saja membersihkan area lantai tiga.

"Aku tidak tahu," sahut lelaki itu yang langsung menuruni anak tangga.

Eleora jadi gugup, perasaannya juga semakin tidak enak. Bagaimanapun juga ia mengetahui orang seperti apa Nero ini.

Eleora mengetuk pintu kamar Nero pelan, namun tidak ada jawaban dari dalam hingga membuat Eleora terpaksa membuka sendiri pintu kamar tersebut.

"Tuan, permisi ... saya ingin menaruh baju Anda di lemari," ujar Eleora sedikit berteriak.

Namun, tetap tidak ada jawaban, bahkan kamar tersebut terasa sunyi.

Eleora mengedarkan pandangannya meneliti kamar Nero, ruangan luas, dengan cahaya temaram, dan beraroma maskulin. Dindingnya dilapisi panel kayu gelap yang mengilap, dengan rak berisi botol-botol wine mahal dan senjata berlapis kaca. Sebuah chandelier kristal menggantung rendah, memantulkan cahaya samar ke lukisan-lukisan klasik yang membingkai ruangan. Di tengahnya, ranjang king size berkanopi hitam terletak rapi, dan seprai satin kelabu nyaris tanpa kerutan.

"Mungkin dia tidak ada di sini," batin Eleora yang langsung berjalan menuju lemari pakaian yang berada di samping ranjang.

Namun, baru saja ia melangkahkan kakinya, terdengar suara pintu dari arah belakangnya terbuka.

Ceklek ....

Eleora reflek menoleh. Terlihat Nero yang baru saja mandi hanya bertelanjang dada dengan handuk yang melilit di pinggangnya.

Tetesan air yang jatuh dari rambutnya meluncur pelan di sepanjang dada bidangnya yang putih, menyusuri lekuk otot perutnya yang tegas sebelum akhirnya menghilang di bawah gulungan handuk.

Tatapan matanya yang dingin bertemu dengan milik Eleora, membuat napas gadis itu seketika tercekat, apalagi saat ini Nero berjalan menghampirinya.

"Tu-Tuan, maafkan saya. Saya hanya ingin--"

Kata-kata Eleora tergantung saat Nero sudah berdiri di hadapannya. Wangi samar sabun yang menempel di tubuh Nero menyeruak di indra penciumannya. Perpaduan aroma kayu oud yang hangat, sentuhan tembakau halus, dan rempah tajam seperti lada hitam menciptakan kesan maskulin yang mewah dan berbahaya. Ada jejak musk dan kulit yang melekat lembut, namun tegas seolah tubuhnya sendiri menyimpan ancaman tersembunyi. Bahkan sebelum ia bicara, wanginya sudah lebih dulu memperingatkan siapa dirinya.

Nero mengambil bajunya dari tangan Eleora, lalu membentangkan baju tersebut untuk mengecek hasil mencuci dan menyetrika Eleora.

"Cukup bersih dan rapi, kalau begitu mulai sekarang kamu yang mencuci bajuku."

Eleora tersentak. Namun, ia buru-buru menundukkan kepalanya seraya mengatakan, "Baik, Tuan. Kalau begitu saya permisi."

Eleora melangkah pergi, namun Nero mencegahnya.

"Tunggu. Keringkan dulu rambutku."

Jantung Eleora berdegup kencang. Kenapa dia memberikan pekerjaan yang aneh-aneh seperti ini? Bukankah selama ini Nero seperti anti pada wanita? Apakah ia benar-benar salah menerima informasi?

Di tengah ributnya spekulasi isi otaknya, Eleora akhirnya berbalik dan melangkah mendekati Nero lagi yang sedang memakai baju yang baru dicucinya tadi.

"Ambil handuk kecilnya di dalam kamar mandi."

Tanpa banyak bicara, Eleora langsung menuruti perintah Nero. Setelah ia mengambil handuk kecil untuk mengeringkan rambut, Eleora langsung bersiap di belakang Nero yang sedang duduk di depan meja rias.

Wajah mereka terpantul di kaca, Nero yang duduk dengan santai, sementara Eleora berdiri tegak di belakangnya, tampak ragu memulai. Tatapan mata Nero yang tajam menangkap bayangan Eleora di cermin, membuat gadis itu menunduk tanpa sadar, merasa seolah-olah segala ketakutannya terpampang jelas di permukaan kaca itu.

"Permisi, Tuan." Dengan lembut Eleora mulai menggosok pelan rambut basah Nero.

Tidak ada tindakan aneh dari Eleora, kecuali ia hanya fokus dalam pekerjaannya, sehingga hal itu membuat Nero merasa sedikit puas.

"Dia memang bukan wanita jalang, kalau begitu apa mungkin gerak-geriknya tadi hanya sebagai perlindungan dirinya yang sudah mendarah daging?" batin Nero.

Nero awalnya menduga kalau Eleora adalah wanita licik yang akan menggunakan kecantikannya untuk merayunya. Namun, setelah ia mengujinya seperti ini, Eleora tampak tidak tertarik dengannya, kecuali ekspresi pura-pura takutnya.

Ya, Nero memang peka melihat dari sorot mata Eleora yang terlihat tenang meski reaksi tubuhnya seperti orang yang sedang gugup.

"Sudah selesai, Tuan," ujar Eleora setelah ia menyisir rambut Nero.

Nero sejenak memperhatikan penampilannya di cermin. "Tidak buruk. Kalau begitu mulai sekarang jadikan ini tugas utamamu."

Eleora terkejut, matanya membelalak tak percaya.

Nero memicingkan matanya saat melihat reaksi Eleora dari cermin. "Kenapa? Kamu tidak mau?"

Eleora buru-buru menundukkan kepalanya. "Bagaimana mungkin saya tidak mau? Itu justru adalah suatu kehormatan bagi saya."

"Bagus. Pergilah, nanti aku akan menghubungimu jika dibutuhkan."

"Baik." Membungkukkan badannya sedikit, lalu kemudian Eleora langsung pergi.

Setelah membantu memasak untuk makan malam, Eleora dan Barbara kembali ke paviliun untuk mandi. Namun, saat sampai di teras paviliun, mereka berdua melihat Anya yang sudah terlihat cantik dan sedang duduk santai di kursi malas.

Sejenak Eleora beradu pandang dengan Anya yang terlihat tersenyum meledek padanya.

"Apa tugasnya Anya di sini, Bi? Yang aku lihat hari ini dia hanya mondar-mandir saja."

"Tugasnya hanya mengawasi para pekerja, bisa dibilang dia kepala pelayan di sini."

Eleora sejenak tampak heran, bukankah Barbara yang seharusnya lebih pantas jadi kepala pelayan? Kenapa bisa gadis itu yang menjadi kepala pelayanannya? Memangnya apa kelebihannya?

Apa mungkin dia bekerja lebih lama di sini daripada Barbara?

Eleora hendak bertanya pada Barbara, namun seseorang masuk dan memanggil namanya.

"Eleora."

Eleora dan Barbara reflek menoleh, mereka berdua melihat Draco datang dan membawa sesuatu di tangannya. Lalu Anya terlihat ikut masuk karena penasaran.

"Ini HP dari Tuan Nero," ujar Draco seraya menyerahkan paper bag yang ternyata berisi ponsel.

Eleora segera menerimanya seraya mengucapkan terima kasih lalu setelah itu Draco langsung pergi.

"Kenapa Tuan Nero memberimu HP?" tanya Anya dengan raut wajah yang tampak tidak suka, sebab di sini hanya pekerja penting yang boleh menggunakan ponsel, dan itu berarti Eleora termasuk menjadi bagian dari mereka.

"Mungkin ... karena aku memiliki tugas baru untuk mengeringkan rambut Tuan Nero, jadi ... biar dia lebih mudah menghubungiku nantinya." Ada sorot mata mengejek saat Eleora mengatakan itu.

"Apa?!" Anya tentu semakin tidak suka. Tangannya sudah mengepal erat dan bersiap untuk memukul Eleora, namun masih bisa ia tahan.

"Bagaimana bisa kamu mendapat tugas itu dari Tuan Nero?" tanya Barbara yang jadi penasaran.

"Tadi saat aku menaruh bajunya di kamarnya."

"Tidak mungkin! Kamu sudah pernah masuk kamar Tuan Nero?"

Anya tentu semakin murka, sebab dirinya yang lahir di sini dan sekarang sudah berusia dua puluh tahun, belum pernah masuk ke dalam kamar Nero, apalagi sampai mendapat kehormatan untuk mengeringkan rambut Nero.

Eleora mengangguk, bahkan salah sudut bibirnya terangkat sedikit sebagai bentuk ejekan, dan Anya mengerti bahwa Eleora sedang meremehkannya.

"Kurang ajar!" Anya tidak terima, ia lantas menampar Eleora dengan kencang, bahkan sampai membuat Eleora jatuh ke lantai.

Rasa panas dan nyeri menjalar di pipi Eleora, namun ada sedikit senyum dari balik wajahnya yang saat ini sedang menunduk.

"Semuanya akan aku mulai darimu, Anya," batin Eleora dengan mata yang berbinar, sebelum kemudian ia harus mengeluarkan air matanya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Kesayangan Mafia Posesif    Bab 22

    Cessia terbangun dengan tubuh polos yang hanya ditutupi selimut, kepalanya terasa pusing, namun jejak-jejak yang ditinggalkan di atas tubuhnya akibat pergulatan panas semalam membuatnya tersenyum senang."Nggak kusangka, meski dia begitu dingin, tapi permainannya sangat hebat," gumam Cessia seraya beranjak dari tempat tidur.Setelah membersihkan diri, Cessia keluar dari kamar tersebut, namun ia terkejut saat keluar dan melihat Anya yang sudah berdiri di depan pintu."Kamu ....""Selamat pagi, Nona Cessia. Saya ditugaskan Tuan Nero untuk membersihkan kamar ini," ujar Anya lembut."Terus di mana Nero?""Tuan sudah pergi ke kantor, tadi pagi-pagi sekali."Cessia tampak kecewa, kenapa dirinya jadi seperti pelacur yang langsung diabaikan setelah dipakai?Sementara Anya yang mengerti perasaan Cessia, ia mencoba menghibur. "Mungkin ada hal yang mendesak di kantor sehingga Tuan tidak sempat berpamitan dengan Anda.""Ya, itu pasti," sahut Cessia ketus seraya berjalan menuruni tangga. Ia akan s

  • Istri Kesayangan Mafia Posesif    Bab 21

    "Nona Cessia akan datang, kalian semua bantuin aku masak," ujar Barbara pada para pelayan wanita yang hendak pulang ke paviliun.Elly menghela napas berat, namun ia langsung pergi ke dapur. Sedangkan Eleora dan Anya tampak masih bersemangat, namun dalam hati masing-masing mereka mengeluh karena jam kerja mereka jadi bertambah.Eleora hendak membantu memotong sayuran, namun terdengar notifikasi pesan masuk ke dalam ponselnya."Tuan memintaku melayaninya," ujar Eleora setelah membaca pesan bahwa Nero memintanya mengeringkan rambut."Baiklah, cepat pergi. Kamu harus membantu Tuan bersiap. Bagaimanapun juga yang datang adalah calon istrinya," sahut Elly riang.Sedangkan Barbara dan Anya hanya menatap kepergian Eleora dengan spekulasi masing-masing.Sesampainya di kamar Nero. Eleora hanya bisa menahan geram saat melihat wajah tengil Nero yang sedang tersenyum tampak dari kaca."Selamat sore, Tuan," sapa Eleora yang kemudian langsung pergi ke kamar mandi untuk mengambil handuk kecil.Nero t

  • Istri Kesayangan Mafia Posesif    Bab 20

    Merasa ada yang mencuri ciuman pertamanya, Eleora terkejut hingga membuka mata, lalu kemudian ia dengan cepat mendorong dada Nero.Nero sontak terhuyung hingga akhirnya ia terjerembab di sandaran kursi. Namun, jangankan marah, Nero malah memejamkan mata seolah tidak sadarkan diri."Kurang ajar! Bisa-bisanya dia mencuri ciuman pertamaku!" gerutu Eleora yang langsung pergi tanpa mempedulikan kondisi Nero lagi.Sementara itu, Nero yang mendengar suara bantingan pintu di kamarnya, Ia tersenyum senang."Sekarang kita sudah impas," gumam Nero seraya membenarkan posisi tidurnya. Ia harus tidur sebentar untuk menghilangkan pusing karena mabuknya ini.Hati Eleora terus menggerutu hingga ia masuk ke dalam ruang laundry. Eleora memasukkan baju-baju kotor Nero dengan kasar ke dalam mesin cuci."Dasar bos mafia gila! Bisa-bisanya dia menciumku saat mabuk! Sekarang aku benar-benar ingin membunuhmu mafia mesum," gerutu hati Eleora."Eleora, bagaimana?" tanya Barbara yang tiba-tiba saja sudah berada

  • Istri Kesayangan Mafia Posesif    Bab 19

    Eleora terbangun saat waktu menunjukkan pukul empat pagi. Ia terkejut saat melihat kamar yang ia tempati saat ini."Astaga! Di mana aku?" gumam Eleora seraya beranjak dari tidurnya. Eleora menoleh ke sekelilingnya. Ia baru menyadari kalau dirinya tertidur di dalam kamar bosnya.Hembusan lembut dari pendingin ruangan menyentuh tengkuk Eleora, membuatnya merinding saat menatap sosok yang tertidur pulas di ranjang."Sial! Apa yang sudah aku lakukan? Bagaimana bisa aku tertidur di kamarnya?" gumam Eleora yang kemudian langsung beranjak pergi dengan hati-hati.Eleora segera kembali ke paviliun dan masuk ke dalam kamarnya sendiri sebelum penghuni paviliun yang lain mengetahui bahwa dirinya semalam tidak tidur di kamarnya.Tepat pukul lima pagi Eleora keluar dari kamarnya lagi, begitu juga dengan pelayan lainnya yang sudah siap untuk melakukan pekerjaan mereka masing-masing."Aduh ... gara-gara Nona Cessia kemarin, aku jadi kurang tidur, sekarang badanku rasanya sakit semua," keluh Elly ser

  • Istri Kesayangan Mafia Posesif    Bab 18

    Beberapa jam sebelumnya ....Setelah sarapan, Nero keluar dari ruang makan dengan wajah masam, sementara itu di ruang tengah Draco sedang menikmati sarapannya."Ayo, keluar," ajak Nero tanpa mempedulikan makanan draco masih sisa setengah di piringnya.Draco yang sedang mengunyah makanan, ia buru-buru menelan, bahkan ia sampai batuk karena tersedak.Nero mendengus melihat Draco yang sedang minum air putih untuk melegakan tenggorokannya."Aku beri waktu dua menit untuk menghabiskan makananmu. Aku tunggu di mobil.""Baik, Bos." Draco buru-buru menghabiskan makanannya agar Nero tidak menunggunya terlalu lama.Sesampainya di luar, Draco tidak melihat sopir pribadi mereka di kursi kemudi, itu berarti Nero ingin pergi bukan karena urusan internal perusahaan ataupun dunia gelap mereka."Kita pergi ke mana, Bos?" tanya Draco setelah duduk di kursi kemudi."Vila." "Baik."Mobil kemudian melaju dengan santai menuju vila pribadi milik Nero yang ada di area Gunung Montelith.Saat sampai di vila,

  • Istri Kesayangan Mafia Posesif    Bab 17

    Setelah selesai membantu urusan dapur, Eleora langsung mencuci baju milik Nero, sementara itu Cessia dan Anya berjalan-jalan mengelilingi area mansion."Luas banget tempat ini, meskipun terlihat menyeramkan karena lokasinya di tengah hutan. Tapi, itu bukan masalah. Mansion ini bahkan lebih mewah dari rumahku," batin Cessia."Apakah Nona ingin melihat bagian belakang?" tanya Anya sopan.Mereka sudah melihat-lihat area taman depan dan samping, hanya area belakang yang belum."Memangnya ada apa di sana? Apakah lebih indah dari bagian ini?""Di sana ada--""Nggak perlu, lagian cuacanya panas. Aku nggak mau kulitku rusak karena terlalu lama di bawah sinar matahari," potong Cessia seraya melangkahkan kaki dengan angkuh memasuki mansion.Anya sempat mencibir melihat gaya manja Cessia, namun ia buru-buru tersenyum saat Cessia menoleh ke arahnya."Ambilkan aku minum.""Baik, Nona."Mereka berdua masuk ke dalam mansion. Cessia langsung duduk di ruang tengah, sedangkan Anya langsung pergi ke dap

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status