Dijual oleh ibu tirinya sebagai alat pelunasan utang, Eleora Celeste harus pergi dengan Theodore, seorang bos mafia tua dan jelek. Namun, saat di dalam perjalanan mereka diserang geng Aleron, hingga kemudian Eleora beralih menjadi milik Nero Cassius Aleron. Lalu bagaimana hubungan di antara Eleora dan Nero, di saat cinta hadir dan terkuaknya rahasia yang dibawa Eleora?
View More"Pakai baju ini! Sebentar lagi Tuan Theodore akan menjemputmu." Melemparkan dress berwarna putih yang jatuh tepat di wajah Eleora.
Eleora menatap dress yang kini jatuh ke pangkuannya. Perlahan, ia mendongak menatap Emma, ibu tirinya. "Kenapa harus aku?" Suaranya terdengar parau. Mata sembabnya menggambarkan ketidakberdayaannya selama ini. Belum sempat Emma menjawab, terdengar suara pintu dari ruangan samping terbuka, lalu disusul derap langkah heels yang mendekat, nyaring beradu dengan lantai. "Terus kamu pikir, harus aku yang menikah dengan bos mafia tua dan jelek itu?" sahut Anne sinis. Wanita berambut pirang dengan gaun merah terang itu bergelayut manja di pundak ibunya, sementara Emma mengusap pipi anaknya dengan lembut. Melihat pemandangan itu, tanpa sadar Eleora meremas gaun di pangkuannya dengan erat. Ia benci, namun tidak berdaya untuk melawan mereka berdua. "Ini semua gara-gara Ayahmu yang mati hanya meninggalkan utang, jadi terima saja konsekuensinya." Emma melingkarkan tangan di pinggang putrinya. "Ayo, kita pergi ke ruang tamu. Kita harus menyambut kedatangan bandit tua itu." Anne tersenyum dan mengangguk, lalu mereka berdua pergi meninggalkan Eleora yang hanya bisa menatap mereka berdua dengan penuh kebencian. Beberapa menit kemudian, setelah berganti pakaian, seseorang datang mengetuk pintu kamar Eleora. "Nona, Tuan Theodore sudah datang. Anda diminta Nyonya untuk segera pergi ke ruang tamu," ujar seorang pelayan dengan sopan. "Ya," sahut Eleora yang masih duduk di depan cermin. Ia sejenak merapikan bajunya sebelum turun ke lantai bawah. Sesampainya menuruni anak tangga yang terakhir, Eleora sejenak mematung saat melihat sosok pria paruh baya bertubuh tambun yang sedang duduk di hadapan ibu dan adik tirinya. Jelek dan menjijikan. Dua kata yang memenuhi isi kepala Eleora saat ini, ia bahkan merasa mual saat melihat pria itu tersenyum menyapanya. "Aku menyukai barangnya. Jadi ... aku anggap utang ini lunas, dan ...." Theodore menepuk tangannya beberapa kali, lalu seorang pengawal muncul sembari membawa sebuah koper. Theodore mengambil koper itu, membukanya, dan kemudian menyodorkannya di depan Emma dan Anne. Kedua mata Emma dan Anne sontak berbinar saat melihat koper tersebut terisi penuh dengan uang. "Anggap saja ini sebagai bonus. Tapi, setelah ini, kalian jangan pernah menanyakan keberadaannya." Itu artinya mulai sekarang Eleora sudah resmi menjadi milik Theodore, jadi Emma dan Anne tidak boleh menemui Eleora lagi. "Anda jangan khawatir, Tuan. Justru kami sangat berterima kasih karena Anda mau mengambilnya," sahut Emma tulus. "Baguslah." Theodore berdiri, lalu ia berjalan menghampiri Eleora yang masih berdiri di anak tangga terakhir. Tangan Eleora mengepal erat saat melihat Theodore sudah ada di hadapannya, raut wajahnya yang ketakutan membuat minat Theodore untuk mengulurkan sebelah tangannya jadi hilang. "Cepat pergi ke mobil, jangan sampai kamu membuatku harus menggendongmu." Eleora terkesiap, ia tidak tahu apakah Theodore sedang marah padanya, sebab suaranya terdengar sangat dingin. Namun, ia justru merasa senang karena tidak harus bersentuhan dengan pria tua itu. Tanpa berpikir panjang lagi, Eleora langsung pergi mengikuti langkah Theodore, ia juga langsung masuk ke dalam mobil sedan mewah berwarna hitam. Beberapa saat kemudian, mobil dengan cepat meninggalkan kota Malicevilde menuju Crimson City. Dataran pepohonan yang saat ini mereka lewati menjadi pembatas di antara dua kota tersebut. "Apakah kalian yakin mobil ini aman?" tanya Theodore yang terdengar was-was. "Sudah kami pastikan, Bos. Kaca mobil ini lebih tebal dari kaca mobil anti peluru pada umumnya, jadi Anda tidak perlu khawatir," sahut asistennya. Terdengar helaan napas panjang yang keluar dari mulut Theodore, namun hal itu justru membuat Eleora bergidik ngeri. Apakah akan terjadi sesuatu? Baru saja Eleora mencoba menerka situasinya saat ini, namun tiba-tiba terdengar suara letupan tajam memecah udara, menghantam kaca jendela depan. Craakk... Semua orang sontak menoleh ke kaca yang sudah retak itu, namun belum sempat mereka berkedip, sesuatu kecil melesat dengan cepat menembus kaca retak itu hingga menembus kening sang sopir. "Aaa..." teriak Eleora ketakutan saat melihat sang sopir tewas di depan matanya, sedangkan laju arah mobil juga jadi tidak terkendali. "Kita diserang!" pekik sang asisten seraya mencoba mengendalikan setir kemudi. "Ya, Aleron tidak mungkin membiarkan kita begitu saja berada di wilayahnya," sahut Theodore yang terdengar panik, namun juga pasrah. Di saat situasi belum terkendali, terdengar suara tembakan susulan dari arah kaca sampingnya, hingga akhirnya sang asisten Theodore juga tewas seketika. Eleora menangis ketakutan, sedangkan Theodore semakin panik, sampai akhirnya mobil mereka berhenti karena menabrak pohon. "Aargh!" pekik mereka berdua kompak. "Ini semua gara-gara kamu!" teriak Theodore yang membuat Eleora semakin ketakutan. "Jika saja aku tidak menjemputmu, semua ini tidak akan terjadi." Theodore menyesali kebodohannya yang tergoda iming-iming Emma yang menawarkan Eleora sebagai alat pelunasan utang, dan sekarang nyawanya berada di ujung tanduk. Eleora menggeleng ketakutan, isak tangisnya semakin keras saat Theodore mendekat ke arahnya. "Jangan, tolong jangan sakiti aku. Aku tidak salah apa-apa." Theodore mengabaikan permohonan Eleora, ia harus mendapatkan apa yang menjadi haknya, setidaknya sebelum ia mati. Namun, baru saja wajah Theodore hampir menyentuhnya... DOR! Kaca belakang pecah, peluru menembus tengkoraknya. Tanpa sempat mengeluh, tubuh tambun itu ambruk. Brukk! Kepala berdarahnya jatuh tepat di pangkuan Eleora, mengotori dress putih indahnya yang kini terlihat menjadi mengerikan. Eleora memekik sekeras-kerasnya, tubuhnya terguncang ketakutan. "Aaa ...." Tanpa berpikir panjang lagi, Eleora segera membuka pintu mobil dan keluar, lalu ia merentangkan kedua tangannya ke atas. "Ampun ... tolong jangan bunuh aku. Aku bukan bagian dari mereka!" teriak Eleora sembari memejamkan mata. Samar ia mendengar derap langkah sekelompok orang mendekat ke arahnya, hingga membuat Eleora akhirnya memilih berlutut. Eleora mengatupkan kedua tangannya. "Kumohon, tolong lepaskan aku ... Aku hanya tawanan mereka." Eleora membuka matanya saat merasa tidak ada reaksi dari orang-orang itu, dan ia hanya melihat beberapa pria berpakaian hitam sedang berjejer membelakanginya. "Apa yang mereka lakukan?" batin Eleora yang merasa heran. Namun, tidak lama kemudian ia melihat mobil sedan hitam yang lebih mewah dari yang ditumpanginya tadi, melaju pelan ke arah mereka. Setelah mobil itu berhenti di depan mereka, Eleora melihat ada seorang pria memakai kemeja panjang berwarna hitam turun dari pintu depan mobil tersebut, lalu para pria di depan Eleora menyingkir dengan sendirinya. Pria tersebut berjalan dan membuka pintu belakang, hingga kemudian ada seorang pria tampan dengan setelan jas berwarna hitam turun dari mobil tersebut. Eleora sejenak terpesona saat melihat betapa tampan dan gagahnya pria berkulit putih dan berambut cokelat yang ada di hadapannya sekarang. Namun, di detik kemudian Eleora dibuat terkejut saat mendengar perkataan pria berkemeja hitam di sebelahnya. "Dia Eleora Celeste. Wanita pelunas utang keluarga Celeste, harus kita apakan dia, Bos?" Mata Eleora terbelalak. "Bagaimana dia bisa tahu namaku? Siapa sebenarnya mereka?" batin Eleora yang kini jadi semakin ketakutan."Nona Cessia akan datang, kalian semua bantuin aku masak," ujar Barbara pada para pelayan wanita yang hendak pulang ke paviliun.Elly menghela napas berat, namun ia langsung pergi ke dapur. Sedangkan Eleora dan Anya tampak masih bersemangat, namun dalam hati masing-masing mereka mengeluh karena jam kerja mereka jadi bertambah.Eleora hendak membantu memotong sayuran, namun terdengar notifikasi pesan masuk ke dalam ponselnya."Tuan memintaku melayaninya," ujar Eleora setelah membaca pesan bahwa Nero memintanya mengeringkan rambut."Baiklah, cepat pergi. Kamu harus membantu Tuan bersiap. Bagaimanapun juga yang datang adalah calon istrinya," sahut Elly riang.Sedangkan Barbara dan Anya hanya menatap kepergian Eleora dengan spekulasi masing-masing.Sesampainya di kamar Nero. Eleora hanya bisa menahan geram saat melihat wajah tengil Nero yang sedang tersenyum tampak dari kaca."Selamat sore, Tuan," sapa Eleora yang kemudian langsung pergi ke kamar mandi untuk mengambil handuk kecil.Nero t
Merasa ada yang mencuri ciuman pertamanya, Eleora terkejut hingga membuka mata, lalu kemudian ia dengan cepat mendorong dada Nero.Nero sontak terhuyung hingga akhirnya ia terjerembab di sandaran kursi. Namun, jangankan marah, Nero malah memejamkan mata seolah tidak sadarkan diri."Kurang ajar! Bisa-bisanya dia mencuri ciuman pertamaku!" gerutu Eleora yang langsung pergi tanpa mempedulikan kondisi Nero lagi.Sementara itu, Nero yang mendengar suara bantingan pintu di kamarnya, Ia tersenyum senang."Sekarang kita sudah impas," gumam Nero seraya membenarkan posisi tidurnya. Ia harus tidur sebentar untuk menghilangkan pusing karena mabuknya ini.Hati Eleora terus menggerutu hingga ia masuk ke dalam ruang laundry. Eleora memasukkan baju-baju kotor Nero dengan kasar ke dalam mesin cuci."Dasar bos mafia gila! Bisa-bisanya dia menciumku saat mabuk! Sekarang aku benar-benar ingin membunuhmu mafia mesum," gerutu hati Eleora."Eleora, bagaimana?" tanya Barbara yang tiba-tiba saja sudah berada
Eleora terbangun saat waktu menunjukkan pukul empat pagi. Ia terkejut saat melihat kamar yang ia tempati saat ini."Astaga! Di mana aku?" gumam Eleora seraya beranjak dari tidurnya. Eleora menoleh ke sekelilingnya. Ia baru menyadari kalau dirinya tertidur di dalam kamar bosnya.Hembusan lembut dari pendingin ruangan menyentuh tengkuk Eleora, membuatnya merinding saat menatap sosok yang tertidur pulas di ranjang."Sial! Apa yang sudah aku lakukan? Bagaimana bisa aku tertidur di kamarnya?" gumam Eleora yang kemudian langsung beranjak pergi dengan hati-hati.Eleora segera kembali ke paviliun dan masuk ke dalam kamarnya sendiri sebelum penghuni paviliun yang lain mengetahui bahwa dirinya semalam tidak tidur di kamarnya.Tepat pukul lima pagi Eleora keluar dari kamarnya lagi, begitu juga dengan pelayan lainnya yang sudah siap untuk melakukan pekerjaan mereka masing-masing."Aduh ... gara-gara Nona Cessia kemarin, aku jadi kurang tidur, sekarang badanku rasanya sakit semua," keluh Elly ser
Beberapa jam sebelumnya ....Setelah sarapan, Nero keluar dari ruang makan dengan wajah masam, sementara itu di ruang tengah Draco sedang menikmati sarapannya."Ayo, keluar," ajak Nero tanpa mempedulikan makanan draco masih sisa setengah di piringnya.Draco yang sedang mengunyah makanan, ia buru-buru menelan, bahkan ia sampai batuk karena tersedak.Nero mendengus melihat Draco yang sedang minum air putih untuk melegakan tenggorokannya."Aku beri waktu dua menit untuk menghabiskan makananmu. Aku tunggu di mobil.""Baik, Bos." Draco buru-buru menghabiskan makanannya agar Nero tidak menunggunya terlalu lama.Sesampainya di luar, Draco tidak melihat sopir pribadi mereka di kursi kemudi, itu berarti Nero ingin pergi bukan karena urusan internal perusahaan ataupun dunia gelap mereka."Kita pergi ke mana, Bos?" tanya Draco setelah duduk di kursi kemudi."Vila." "Baik."Mobil kemudian melaju dengan santai menuju vila pribadi milik Nero yang ada di area Gunung Montelith.Saat sampai di vila,
Setelah selesai membantu urusan dapur, Eleora langsung mencuci baju milik Nero, sementara itu Cessia dan Anya berjalan-jalan mengelilingi area mansion."Luas banget tempat ini, meskipun terlihat menyeramkan karena lokasinya di tengah hutan. Tapi, itu bukan masalah. Mansion ini bahkan lebih mewah dari rumahku," batin Cessia."Apakah Nona ingin melihat bagian belakang?" tanya Anya sopan.Mereka sudah melihat-lihat area taman depan dan samping, hanya area belakang yang belum."Memangnya ada apa di sana? Apakah lebih indah dari bagian ini?""Di sana ada--""Nggak perlu, lagian cuacanya panas. Aku nggak mau kulitku rusak karena terlalu lama di bawah sinar matahari," potong Cessia seraya melangkahkan kaki dengan angkuh memasuki mansion.Anya sempat mencibir melihat gaya manja Cessia, namun ia buru-buru tersenyum saat Cessia menoleh ke arahnya."Ambilkan aku minum.""Baik, Nona."Mereka berdua masuk ke dalam mansion. Cessia langsung duduk di ruang tengah, sedangkan Anya langsung pergi ke dap
"Sekarang sisir rambutku."Eleora tersentak, lalu ia menoleh ke belakang dan melihat Nero sudah berpakaian lengkap. "Baik, Tuan."Tidak ada pembicaraan di antara mereka berdua hingga pekerjaan Eleora selesai. Namun, saat Eleora akan pergi, Nero bertanya sesuatu padanya."Apa yang bisa membuat wanita terkesan saat pertama kali bertemu dengan pria?"Eleora mengerjapkan mata. Ia bingung mendapatkan pertanyaan seperti ini secara tiba-tiba, apalagi yang bertanya seorang Nero."Apakah dia tidak pernah berinteraksi dengan wanita di luar sana? Tapi, kenapa tindakannya selalu konyol padaku? Seperti ... dia sudah terbiasa bermain dengan wanita," batin Eleora bingung."Pertanyaan ini ... apakah untuk Anda?" tanya Eleora ragu. Melihat ekspresi bingung Nero, Eleora buru-buru meralat pertanyaanya. "Maksud saya, apakah Anda ingin membuat wanita terkesan saat pertama kali bertemu dengan Anda?""Ya, apakah ada yang salah?" sahut Nero terdengar sinis saat melihat ekspresi Eleora tampak menahan senyum.
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments