Share

Bab 3

Penulis: Ria Wijaya
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-01 11:06:31

Tiba-tiba saja Nero membuka kancing bajunya, terlihat dada bidang dan perut kotaknya yang keras. Otot-ototnya tegas, kulitnya mulus dengan satu bekas luka kecil di sisi kiri. Eleora buru-buru menundukkan pandangannya.

"Cuci pakaian ini sampai bersih! Lalu setelah itu datanglah ke ruang penyiksaan." Nero melemparkan bajunya ke atas kepala Eleora, lalu kemudian ia langsung pergi ke kamarnya.

Anya yang mendengar Eleora disuruh pergi ke ruang penyiksaan, ia lantas tertawa senang. "Baru juga hari pertama jadi budak, sudah masuk ke ruang penyiksaan."

Eleora mendongakkan kepalanya sedih, namun sorot matanya menatap tajam langkah Anya yang meninggalkannya, dan itu tidak luput dari pandangan Nero yang sedang mengawasinya dari rekaman CCTV.

Nero mengambil ponselnya, ia menghubungi tangan kanannya. "Nanti kamu bawa gadis itu ke ruang penyiksaan. Aku ingin memastikan sesuatu."

"Baik, Bos," sahut Draco tanpa banyak tanya.

Nero beralih dari rekaman CCTV beberapa menit lalu ke detik sekarang, ia masih memperhatikan gerak-gerik Eleora, dari yang awalnya masih membantu Barbara, hingga mencuci pakaian Nero tadi. Semua kegiatannya tidak luput dari rekaman CCTV.

"Entah mengapa aku merasa gadis ini bukan seperti gadis biasa."

Nero beranjak dari kursi kerjanya, ia melangkah keluar menuju ruang penyiksaan. Namun, Nero tidak akan menyaksikan kegiatan yang ada di ruangan tersebut secara langsung, akan tetapi memilih ruangan tersembunyi untuk mengawasi kegiatan yang ada di lantai bawah.

Tidak berselang lama, Eleora datang bersama Draco. Tubuh Eleora tampak tegang saat memasuki ruangan tersebut, ia juga langsung memalingkan wajahnya saat melihat ada seorang pria yang sedang dicambuk oleh para pengawal.

Jeritan orang itu memecah udara, tubuhnya terhuyung ke depan saat sabetan rotan mendarat di punggungnya. Napasnya terengah, tangan gemetar menahan sakit yang menjalar hingga tulang. Kulitnya memerah, beberapa bagian bahkan mulai mengelupas, tapi ia hanya bisa menggigit bibir, berusaha tetap berdiri.

"Ini adalah hukuman untuk para pekerja yang tidak becus dalam pekerjaannya. Untungnya hari ini adalah hari pertamamu bekerja, jadi Tuan hanya ingin kamu mengenal ruangan ini," papar Draco yang membuat Eleora jadi merinding.

Eleora terus memalingkan wajahnya, ia memejamkan kedua matanya, sedangkan kedua tangannya menutupi telinganya.

"Tuan menyuruhmu ke sini untuk melihat proses penyiksaan dengan jelas. Cepat lihat ke depan!" Perintah Draco tegas.

Dengan gemetar Eleora menurunkan kedua tangannya, lalu dengan perlahan ia mulai menoleh dan membuka matanya.

Ekspresi Eleora tampak menahan rasa takut, namun Nero tidak melihat itu dari sorot mata Eleora. Mata gadis itu terlihat tenang walau tubuhnya gemetar ketakutan. Apakah ini hanya perasaannya saja?

Nero yang masih ingin memastikan sesuatu, lalu ia mengirim pesan pada Draco.

[Biarkan gadis itu yang melanjutkan sisanya.]

Draco segera mengangkat sebelah tangannya. "Berhenti! Serahkan rotan itu padanya."

Kedua pengawal yang memegang cambuk terlihat bingung, hingga kemudian Draco mendorong pundak Eleora sampai membuat Eleora hampir tersungkur.

"Tu-Tuan ...."

"Cepat ambil atau kamu yang dicambuk!"

Tanpa berpikir panjang lagi, Eleora segera mengambil cambuk tersebut dari tangan pengawal, ia mengangkat cambuk itu dengan tangan gemetar, namun sekilas Nero dapat melihat wajah tenang Eleora saat mencambuk lelaki tersebut.

Tidak puas hanya melihat dari rekaman CCTV, Nero akhirnya memilih turun untuk melihat secara langsung ekspresi Eleora saat menyiksa orang tersebut.

"Hah? Sejak tadi dia di sini?" batin Eleora saat melihat Nero menuruni tangga lewat sudut matanya.

Sejenak Eleora merasa panik, namun ia segera mencambuk lelaki tersebut dengan tangan yang gemetar.

"Aahh ... maaf, aku tidak sanggup lagi!" teriak Eleora seraya berlutut. Tubuhnya menggigil ketakutan, lalu tidak lama kemudian ia pingsan.

Melihat Eleora pingsan, Draco dan anak buahnya tidak ada inisiatif menolong Eleora sebab tidak ada perintah dari Nero.

Sedangkan Nero sendiri saat ini berjalan mendekati Eleora, ia hendak berjongkok untuk mengamati lebih dekat wajah Eleora. Namun, sejenak ia melihat bulu mata Eleora yang bergerak pelan.

"Dia pura-pura pingsan. Dasar rubah kecil, berani-beraninya kamu ingin bermain-main denganku!" batin Nero seraya menyeringai.

"Bawa dia ke kamarnya."

"Baik, Bos," sahut Draco yang langsung sigap menggendong Eleora.

Samar-samar Eleora mendengar langkah kaki di depannya menjauh, itu berarti Nero kembali ke rumah utama.

Setelah Draco membaringkan Eleora di tempat tidur, Anya dan Barbara kemudian menghampiri Eleora.

"Dia dihukum seperti apa hingga pingsan begini?" Anya mengamati tubuh Eleora mulai dari kepala hingga ujung kaki. Namun, tidak ada tanda-tanda luka sedikit pun.

"Apa mungkin punggungnya dicambuk sampai pingsan?" Anya hendak memiringkan tubuh Eleora untuk memeriksanya, namun Barbara langsung mencegahnya.

"Sudah, biarkan dia istirahat. Nanti kamu bisa tanya langsung saat dia sadar."

Anya mendengus. "Aku cuma penasaran saja." Lalu kemudian ia langsung pergi.

Sedangkan Barbara sendiri memilih duduk di samping Eleora seraya membenarkan poni yang menutupi mata Eleora.

"Malang sekali nasibmu, Nak. Kamu dijual oleh Ibu tirimu ke Bos mafia lain, dan sekarang kamu malah berakhir di tempat ini."

Barbara sangat tahu seperti apa sifat dan sikap Tuannya, jadi ia merasa kasihan dengan nasib gadis polos yang ada di hadapannya ini.

Setelah itu Barbara langsung keluar, ia juga tidak ingin mengganggu Eleora.

Setelah mendengar pintu kamarnya ditutup, Eleora langsung membuka matanya. Ia menghela napas panjang.

"Untungnya mereka percaya kalau aku pingsan. Kalau tidak, aku tidak tahu bagaimana lagi aku harus menyembunyikan ekspresi wajahku di hadapan Bos mafia itu. Berpura-pura menjadi gadis lemah setiap hari itu memang melelahkan," keluh Eleora.

Eleora merenggangkan otot wajahnya di depan cermin, ia benar-benar merasa lelah, sudah sepuluh tahun ia terus mengontrol ekspresi wajahnya agar terus terlihat seperti wanita lemah.

Tepat setelah ia selesai, tiba-tiba saja pintu terbuka, dan kemudian Barbara muncul dengan segelas air putih di tangannya.

"Kamu sudah sadar?" tanya Barbara terlihat senang, namun dalam hati ia merasa aneh dengan perintah Nero di telepon tadi.

"Apa mungkin semua kamar di sini juga dilengkapi kamera CCTV? Kalau tidak, bagaimana Tuan Nero bisa tahu kalau Eleora sudah sadar?" batin Barbara seraya mendongak ke atas langit-langit kamar Eleora, namun tidak ada kamera CCTV di atas sana.

"Iya, Bi. Terima kasih atas perhatian Bibi," sahut Eleora seraya menerima segelas air tersebut dari tangan Barbara.

Eleora meminum sedikit, lalu ia meletakkan gelas tersebut di atas nakas.

"Bagaimana keadaanmu? Mereka menghukummu seperti apa hingga membuatmu bisa pingsan seperti tadi?"

Eleora menceritakan kejadian di ruang penyiksaan tadi, ia mengaku bahwa ia memiliki trauma di siksa saat tinggal bersama ibu dan adik tirinya, sehingga ia tadi pingsan karena mengingat masa lalu yang kelam itu.

"Syukurlah kalau kamu tidak terluka, makanya lain kali kalau bekerja di sini harus hati-hati. Jangan sampai kesalahanmu seperti tadi terulang lagi, sebab Tuan Nero tidak mentolerir kesalahan sekecil apapun."

"Baik, Bi. Terima kasih atas nasihatnya."

"Ya sudah, sekarang kamu harus mengangkat jemuran pakaian Tuan Nero tadi, kamu setrika sampai rapi terus taruh di lemarinya. Kamar Tuan Nero ada di lantai tiga paling ujung sendiri."

"Hah? Memangnya aku boleh masuk ke kamar Tuan Nero?"

"Justru Tuan Nero sendiri yang memberi perintah, sudah sana cepat dikerjakan!" Perintah Barbara seraya keluar dari kamar Eleora.

Eleora masih mematung di tempatnya, ia terlihat syok dengan perintah tadi.

"Kenapa Nero memperbolehkan aku masuk ke kamarnya? Bukankah selama ini hanya Barbara dan Draco saja yang boleh masuk kamarnya?" batin Eleora yang merasa aneh.

Apakah mungkin ia salah menerima informasi?

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Istri Kesayangan Mafia Posesif    Bab 5

    "Ternyata dia hanya gadis biasa," gumam Draco saat melihat Eleora menangis. Draco yang tadinya mengintip dari balik pohon besar yang ada di depan paviliun, ia memundurkan langkahnya lalu kemudian langsung berbalik pergi dari tempat itu.Mendengar rasa penasaran Nero terhadap Eleora, membuat Draco ikut juga memiliki rasa penasaran yang sama. Nero mengatakan bahwa Eleora hanya pura-pura lemah, namun apa yang baru saja terjadi tidak seperti apa yang dikatakan Nero. Eleora tetap hanyalah seorang gadis lemah."Apa mungkin ini hanya sekedar alasan untuk menutupi bahwa Bos ternyata menyukai gadis itu dari pandangan pertama."Draco tidak pernah melihat Nero jatuh cinta, sebab bagi Nero, wanita itu sangat merepotkan, dan mereka bisa jadi penghambat buat mereka menjadi raja bisnis nomor satu di dunia, oleh sebab itu Nero seperti anti pada wanita."Ah, sudahlah ... kenapa aku harus ikut memikirkan hal ini? Asalkan gadis itu bukan ancaman, maka aku akan membiarkannya hidup dengan aman."Draco me

  • Istri Kesayangan Mafia Posesif    Bab 4

    "Apakah Tuan Nero ada di kamarnya?" tanya Eleora pada seorang pelayan laki-laki yang baru saja membersihkan area lantai tiga."Aku tidak tahu," sahut lelaki itu yang langsung menuruni anak tangga. Eleora jadi gugup, perasaannya juga semakin tidak enak. Bagaimanapun juga ia mengetahui orang seperti apa Nero ini.Eleora mengetuk pintu kamar Nero pelan, namun tidak ada jawaban dari dalam hingga membuat Eleora terpaksa membuka sendiri pintu kamar tersebut."Tuan, permisi ... saya ingin menaruh baju Anda di lemari," ujar Eleora sedikit berteriak.Namun, tetap tidak ada jawaban, bahkan kamar tersebut terasa sunyi.Eleora mengedarkan pandangannya meneliti kamar Nero, ruangan luas, dengan cahaya temaram, dan beraroma maskulin. Dindingnya dilapisi panel kayu gelap yang mengilap, dengan rak berisi botol-botol wine mahal dan senjata berlapis kaca. Sebuah chandelier kristal menggantung rendah, memantulkan cahaya samar ke lukisan-lukisan klasik yang membingkai ruangan. Di tengahnya, ranjang king

  • Istri Kesayangan Mafia Posesif    Bab 3

    Tiba-tiba saja Nero membuka kancing bajunya, terlihat dada bidang dan perut kotaknya yang keras. Otot-ototnya tegas, kulitnya mulus dengan satu bekas luka kecil di sisi kiri. Eleora buru-buru menundukkan pandangannya."Cuci pakaian ini sampai bersih! Lalu setelah itu datanglah ke ruang penyiksaan." Nero melemparkan bajunya ke atas kepala Eleora, lalu kemudian ia langsung pergi ke kamarnya.Anya yang mendengar Eleora disuruh pergi ke ruang penyiksaan, ia lantas tertawa senang. "Baru juga hari pertama jadi budak, sudah masuk ke ruang penyiksaan."Eleora mendongakkan kepalanya sedih, namun sorot matanya menatap tajam langkah Anya yang meninggalkannya, dan itu tidak luput dari pandangan Nero yang sedang mengawasinya dari rekaman CCTV.Nero mengambil ponselnya, ia menghubungi tangan kanannya. "Nanti kamu bawa gadis itu ke ruang penyiksaan. Aku ingin memastikan sesuatu.""Baik, Bos," sahut Draco tanpa banyak tanya.Nero beralih dari rekaman CCTV beberapa menit lalu ke detik sekarang, ia mas

  • Istri Kesayangan Mafia Posesif    Bab 2

    Nero sejenak memperhatikan wanita yang sedang berlutut di depannya, wajah polosnya yang cantik tanpa make up, rambutnya yang sedikit berantakan, dan noda darah yang kontras dengan dress putihnya yang indah entah mengapa memberi daya tarik tersendiri di matanya."Bawa saja dia, siapa tahu suatu hari nanti dia akan berguna." Setelah mengatakan itu, ia langsung kembali masuk mobil."Baik, Bos," sahut Draco seraya menutup pintu mobil.Draco memberi instruksi pada bawahannya dengan menggerakkan kepalanya, lalu dua orang pria berbadan besar langsung menarik tangan Eleora."Aaa ... aku mau dibawa ke mana? Tolong lepaskan!" teriak Eleora seraya berontak."Diam! Jangan banyak bicara!" sentak salah satu pria tersebut sembari terus menyeret Eleora masuk ke dalam mobil jeep yang ada di belakang mobil yang ditumpangi Nero.Eleora menggigil ketakutan saat dikurung di dalam mobil bersama empat pria lain yang wajahnya juga tampak menyeramkan. Ia ingin kabur, namun bayangan akan dibunuh secara langsun

  • Istri Kesayangan Mafia Posesif    Bab 1

    "Pakai baju ini! Sebentar lagi Tuan Theodore akan menjemputmu." Melemparkan dress berwarna putih yang jatuh tepat di wajah Eleora.Eleora menatap dress yang kini jatuh ke pangkuannya. Perlahan, ia mendongak menatap Emma, ibu tirinya."Kenapa harus aku?" Suaranya terdengar parau. Mata sembabnya menggambarkan ketidakberdayaannya selama ini.Belum sempat Emma menjawab, terdengar suara pintu dari ruangan samping terbuka, lalu disusul derap langkah heels yang mendekat, nyaring beradu dengan lantai."Terus kamu pikir, harus aku yang menikah dengan bos mafia tua dan jelek itu?" sahut Anne sinis. Wanita berambut pirang dengan gaun merah terang itu bergelayut manja di pundak ibunya, sementara Emma mengusap pipi anaknya dengan lembut.Melihat pemandangan itu, tanpa sadar Eleora meremas gaun di pangkuannya dengan erat. Ia benci, namun tidak berdaya untuk melawan mereka berdua."Ini semua gara-gara Ayahmu yang mati hanya meninggalkan utang, jadi terima saja konsekuensinya." Emma melingkarkan tan

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status