Share

Kejutan

Author: AiMila
last update Last Updated: 2025-09-07 15:41:12

Rafly merasa bosnya semakin gila, mengatakan akan melamar seorang gadis tapi tidak tahu tentang gadis tersebut. Parahnya, bosnya bukan seorang pria lajang, di rumahnya sudah ada dua wanita yang menemani hidupnya. Sekarang, pria itu kembali mengatakan ingin melamar seseorang lagi.

Ethan yang tengah berbicara di rapatnya, matanya sesekali melirik Rafly yang terlihat penuh pikiran. Dia tahu kalau asistennya masih terpikirkan apa yang baru saja dia katakan sebelum pergi ke ruang rapat. Sedangkan, Rafly sama sekali tidak mendengarkan penjelasan rapat karena sibuk dengan pikirannya sendiri.

"Rafly, jangan lupa catatan rapat hari ini segera kasihkan ke saya dan manajer divisi masing-masing!" titah Ethan seketika membuat Rafly gelagapan.

Semua pasang mata mengarah padanya, pria itu hanya meringis menampilkan giginya sembari mengangguk asal. Dia mengumpat karena keteledorannya, lebih memilih memikirkan ucapan atasan anehnya ketimbang fokus rapat di depannya. Seharusnya, dirinya tidak menggubris ucapan Ethan dari pada lalai pada tugas utamanya.

"Silahkan kalian bisa kembali ke ruangannya masing-masing!" pungkas Ethan menyelesaikan rapatnya.

Ruangan itu tinggal menyisakan Ethan dan Rafly, mereka sibuk berberes masing-masing. "Bisa-bisanya rapat malah melamun," sindir Ethan yang langsung ditoleh oleh Rafly. "Jangan harap saya memaklumi, catatan hasil rapat paling lambat besok siang!" Ethan sudah siap-siap akan pergi, tapi dia kembali menoleh sambil berkata,"data gadis itu juga harus ada paling lambat nanti malam agar besok kita bisa mulai menyiapkan lamaran!"

Sekali lagi, Rafly ternganga mendengar perintah bosnya yang sangat menjengkelkan. Parahnya, sama sekali tidak merasa kalau dialah penyebab dirinya tidak fokus rapat. Tidak ingin memperlama di ruangan itu, Rafly juga buru-buru keluar setelah membereskan semuanya.

***

Ethan tersenyum cerah seraya menatap ponselnya yang menampilkan sebuah dokumen tentang sosok yang dicari. Dia bergumam memuji kecepatan sang asisten dalam mencari data seseorang, tapi dia tidak akan mengucapkan langsung di depan orangnya, Ethan terlalu gengsi mengakuinya langsung. Dia membaca secara detail dan sedikit terkejut saat tahu usia gadis itu ternyata masih muda.

"Sembilan belas tahun?" gumamnya terkejut. Namun, dia malah semakin yakin saat membaca selanjutnya di mana dia hanya tinggal bersama sang ayah yang seorang pengangguran. Dia tidak terkejut bagian itu karena Maudy sudah meracau sendiri saat mabuk malam itu.

Setelahnya menjelaskan bagaimana peringai sang ayah kepada Maudy, sosok ayah yang kasar dan tidak segan main tangan. Entah dari mana Rafly mendapatkan hasil itu hingga beberapa bukti foto, meski Ethan juga sudah tahu sedikit dari Maudy langsung saat mabuk. Namun, dia tetap terkejut melihat foto-foto kekerasan anak langsung secara langsung.

Tekadnya semakin yakin, meski bakal ada pertentangan dari dua istrinya. Namun, dia tidak ingin ambil pusing karena sedari awal pernikahan mereka terjalin juga hanya karena bisnis semata. Ethan juga belum memiliki rasa kepada dua wanita itu, karena dirinya juga tidak ingin berusaha lebih dekat dengan mereka. Dia hanya menjalankan kewajibannya sebagai seorang suami saja, sebagimana yang menurutnya benar.

***

Malam yang ditunggu, seharian ini Ethan yang memaksa Rafly untuk menemani mencari semua kebutuhan lamaran. Sekarang, keduanya sudah siap dengan setelan masing-masing dan mobil mewah meluncur membelah padatnya jalanan malam kota. Sesekali Rafly melirik ke arah belakang, di mana barang-barang lamaran menggunung dan pastinya mewah.

"Khem." Rafly berdehem singkat. "Apa kedua istri Anda sudah tahu hal ini, Tuan?" Meski dengan formal, tapi nada bicaranya terlalu santai karena Rafly merasa sudah dekat dan teramat tahu bagaimana sang atasan.

"Tidak, saya tidak ingin ada kekacauan," sahut Ethan. Bahkan, keputusan besarnya ini sama sekali tidak berpikir panjang. Dia hanya menuruti keinginan hatinya begitu saja saat melihat respon Maudy saat itu.

Rafly tersenyum mencemooh yang langsung disambut tatapan dingin oleh Ethan. "Kasihan sekali gadis muda itu nanti harus menghadapi kemarahan dua wanita," sarkas Rafly tapi tak diacuhkan oleh Ethan. Rafly jelas mengetahui bagaimana sifat dua istri Ethan, apalagi istri tuanya.

"Jangan coba-coba katakan di depan Maudy nanti!" peringat Ethan. Tentu saja, Rafly tidak ingin mengambil risiko. Dia tidak ingin kehilangan pekerjaannya, untuk urusan kemarahan dua istri Ethan bukanlah tanggung jawabnya.

Mobil yang dikendarai Rafly berbelok ke pekarangan rumah sederhana, di depannya hanya ada sebuah motor matic keluaran lama. Keduanya segera turun, ada sebuah getaran di hati Ethan mengingat dirinya datang tanpa memberitahu sang tuan rumah. Rumah itu juga terlihat sepi dengan pintu yang terbuka sedikit.

"Ayo buruan!" seru Ethan tidak ingin memperlama waktu. Dia tidak membawa barang-barangnya, hanya dirinya bersama Rafly dan cincin yang sudah disiapkan di dalam sakunya. Mereka berjalan mantap menuju rumah sederhana tapi terlihat rapi dari luar.

"Kalau Anda ditolak bagaimana?" Rafly bersuara sebelum kaki mereka sampai di depan pintu.

"Saya bukan menawarkan diri, tapi saya meminta langsung!" jawab Ethan angkuh membuat Rafly hanya bisa menggelengkan kepala sudah biasa.

Sebelum mereka bersuara dan mengetuk pintu rumah, seorang pria paruh baya lebih dulu membukanya dari dalam. Mata mereka berpapasan, ada raut terkejut dari pria paruh baya tersebut mendapati dua pemuda di depannya. Namun, wajah garangnya sama sekali tidak menunjukkan kehangatan meski tahu kalau mereka mungkin akan bertamu ke rumahnya.

"Permisi, Pak. Kami ada perlu sama Bapak dan putri Bapak!" ujar Rafly dengan sopan. Dia dengan kerelaan hatinya menjadi wali Ethan.

"Ada perlu apa? Saya gak suka diganggu dengan hal yang tidak penting," balas pria itu dengan nada keras.

Suaranya terdengar sampai kamar Maudy yang memang berada di samping pintu, tepatnya berhadapan dengan ruang tamu. Gadis itu segera keluar karena penasaran dengan siapa sang ayah berbicara keras seperti itu. Namun, langkahnya langsung terhenti saat matanya bertemu dan melihat siapa orang yang berhadapan dengan sang ayah.

"Halo, Maudy. Sesuai perkataan saya saat itu, kalau saya akan menikahi kamu!" Tanpa basa-basi Ethan berujar begitu saja. Rafly di sampingnya ingin sekali menjitak sang atasan karena berujar tanpa pendahuluan atau akad bagaimana melamar seseorang.

Sementara, Maudy dan sang ayah terkejut mendengar penuturan pria asing bagi mereka.

Mata sang ayah yang bernama Jenkins itu melotot kepada sang putri menuntut penjelasan. Gadis itu menggeleng kuat, tiba-tiba ingatannya kembali berputar pada momen menyedihkan baginya. Tubuhnya kembali bergetar karena rasa takut dan tangis yang sudah keluar.

"Saya senang kamu terharu dengan kejutan dari saya!" ujar Ethan tanpa tahu malu dan situasi.

"Kejutan?" Jenkins kembali menatap tajam penuh pertanyaan ke arah Maudy yang malah menundukkan kepala.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Ketiga Tuan CEO Muda    Berbohong

    Tidak pernah ada bayangan dari seseorang menjadi istri kesekian, semua perempuan pasti menginginkan menjadi satu-satunya untuk seorang suami. Begitu pula Maudy, memikirkan menikah muda saja belum pernah dan tidak berani, apalagi sampai kepikiran menjadi istri kesekian. Tidak ada seorang perempuan pun yang memiliki pikiran demikian.Kehidupannya lucu sekali, untuk berhadapan dengan mertuanya saja, dia ketakutan. Malah sekarang, dirinya harus berhadapan dengan dua orangtua lainnya, tak lain adalah orangtua kakak madunya. Para orangtua, para pengusaha yang bersatu untuk meluaskan usahanya.Jangan ditanya apa yang Maudy rasakan sekarang, tentu semua rasa bercampur dalam perasaan dan pikirannya. Matanya bergerak gelisah selama mobil melaju menuju rumah utama Ethan. Di sampingnya, ada sang suami yang terlihat tenang sekali, berbanding terbalik dengan dirinya.Sedangkan, di depan ada Rafly yang mengemudi dengan wajah santai seperti biasa. Lagian, apa yang harus mereka takutkan, mereka pria k

  • Istri Ketiga Tuan CEO Muda    Kedatangan Para Orangtua

    Hening menyapa ketiga orang yang duduk di sofa ruang tamu apartemen, belum ada yang membuka suara sejak mereka memutuskan untuk pindah duduk. Di sofa single ada Ethan yang menatap tajam dua sosok di hadapannya. Mereka adalah Maudy dan Rafly yang duduk di sofa panjang.Tangan Maudy meremas tangan Rafly yang masih setia di sampingnya. Dia sadar yang dilakukan ini tidak benar, apalagi di depan suaminya sendiri. Namun, Maudy butuh seseorang di sampingnya untuk berbagi perasaan campur aduk yang sekarang dirasakan.Maudy tidak mungkin melakukan demikian dengan Ethan, dia ragu pria itu peduli dengannya. Sedangkan, Rafly telah memberikan kenyamanan layaknya kakak kepada adiknya. Yang dirasakan Maudy juga demikian, dia nyaman dengan Rafly sebagai seorang adik yang butuh perlindungan."Tenanglah, saya nanti akan mengurus masalah ini. Saya akan meminta tuan Jenkins untuk membuat pernyataan kalau apa yang dikatakan tadi tidak benar."Rafly membuka suara karena merasakan tangan Maudy yang masih be

  • Istri Ketiga Tuan CEO Muda    Beban Suami

    Zaman yang canggih di mana manusia tidak perlu saling bertemu dan berbicara langsung, tapi mereka sudah bisa mengetahui banyak hal. Termasuk hal-hal yang jauh dari jangkauannya. Hanya bermodalkan ponsel pintar yang tersambung dalam jaringan, semuanya bisa diakses dengan mudah. Tidak perlu menunggu untuk bertemu dan saling bertukar kabar, hanya duduk manis di tempat, semuanya bisa diketahui. Sebenarnya, ini bagus untuk memudahkan komunikasi antar sesama terlebih yang memiliki hubungan jarak jauh dengan orang-orang yang terdekatnya. Namun, ini juga berdampak negatif saat berita yang disebar tidak sesuai, hanya ingin menarik atensi publik. Seorang gadis muda dengan air mata yang masih mengalir, tubuhnya bersandar di pintu apartemen. Matanya menatap nanar pada video yang ditampilkan lewat ponselnya. Setelah menerima telepon dari Rafly, gadis itu gegas berselancar di dunia maya dan video yang baru beberapa saat terjadi sudah meluas dengan cepat. Satu akun yang mempublish, dan banyak aku

  • Istri Ketiga Tuan CEO Muda    Rasa Bersalah

    Takdir memang lucu, sering mempermainkan hidup seseorang, seolah menguji tapi terlalu sering yang terkadang membuat beberapa orang menjadi putus asa. Banyak orang-orang dengan pikiran pendek, menghadapi takdir yang tidak diinginkan dengan kabur dari dunia dengan memaksakan diri. Rasa lelah karena tak kunjung mendapatkan hal indah.Untung saja, Maudy bukan tipe orang dengan pikiran pendek, meski takdir terus mengujinya. Ayahnya adalah sebuah ujian terbesar baginya, mungkin Maudy hanya berpikir kalau saja dia bukan menjadi anak seorang Jenkins. Hanya pikiran berandai-andai dengan kehidupannya sebagai bentuk protes dan rasa lelah dari takdir yang dijalaninya.Beberapa orang yang mendengar seruan kasar dan tidak bermoral dari Jenkins menjadikan tontonan menarik. Beberapa bibir bahkan sudah membuat ruang terbuka untuk mendiskusikan berita yang sedang berlangsung di depannya. Menunggu momen selanjutnya dari tontonan gratis yang tersaji di parkiran supermarket itu."Dasar anak tidak tahu dir

  • Istri Ketiga Tuan CEO Muda    Kekacauan

    Istilah manusia bisa merencanakan tapi takdir yang menentukan adalah hal yang sudah jelas dalam kehidupan. Manusia selalu berencana yang terbaik untuknya, dan terkadang melupakan alam juga ikut bekerja. Berharap pada rencananya sendiri, lalu kekecewaan akan dirasakan saat tidak sesuai karena terlalu bergantung pada apa yang diinginkan saja.Pagi menyapa, kebiasaan Maudy yang bangun lebih awal membuat perempuan itu segera bergegas untuk membersihkan diri. Hanya sepuluh menit, dia keluar dengan tubuh yang kedinginan. Saat melihat jam, dia meringis karena waktu masih pukul setengah lima.Kakinya melangkah kembali ke kasur, bermaksud kembali menghangatkan diri di bawah selimut sebentar. Tadinya dia ingin melihat keluar, tapi tubuhnya masih menyesuaikan rasa dingin dan dirinya lupa kalau tidak membawa jaket.Dia bahkan dari kemarin memakai kaos milik Ethan yang kebesaran di tubuhnya. Kalau tahu, Ethan akan mengajaknya ke apartemen, mungkin dia bisa bersiap membawa beberapa helai pakaian. E

  • Istri Ketiga Tuan CEO Muda    Melupakan Sang Ayah

    Gemerlap bintang, sinar rembulan dan lalu lalang kendaraan menjadi pemandangan malam ini. Seorang gadis muda, berdiri di pembatas balkon kamar apartemen memandang dengan binar senang. Untuk pertama kalinya, seharian ini dirinya merasakan bagaimana kehidupan manis yang sesungguhnya.Sehari tidak mendengar kalimat negatif, patut dia catat sebagai sejarah. Perasaan tenang dan nyaman membuatnya terlihat lebih cerah dari biasanya. Serta senyuman tipis yang sering dia perlihatkan saat melihat sesuatu yang membuatnya tertarik."Inikah yang dinamakan hidup sesungguhnya?" bisiknya pelan dengan sapuan angin lembut di pipinya."Andai, ketenangan ini bisa terus berlanjut," sambungnya sambil bergumam. Wajahnya mendongak, melihat pemandangan langit yang lebih tenang ketimbang pemandangan di depannya yang tidak kenal lelah. Waktu sudah menunjukkan pukul tujuh malam, tapi pengguna jalan belum juga surut.Berbeda dengan langit yang terlihat terang, hamparan bintang yang berkelap-kelip dan rembulan ya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status