Di malam ulang tahunnya, hidup Arumi Anggun berubah menjadi mimpi buruk—ia terbangun di sebuah kamar hotel, kehilangan kesuciannya tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi. Penderitaannya semakin lengkap ketika calon suaminya membatalkan pernikahan mereka demi saudara tirinya. Terjebak dalam keputusasaan yang nyaris merenggut nyawanya, secercah harapan muncul dalam wujud seorang pria misterius yang menawarkan pernikahan tanpa cinta. Namun, siapa pria itu sebenarnya, dan akankah Arumi berani melangkah ke dalam pernikahan yang dilandasi oleh kehancuran dan keraguan?
Lihat lebih banyakSuara lengguhan terlontar dari bibir merah Arumi, saat ia merasakan sentuhan hangat dari seorang pria, yang terlihat samar di kedua manik mata bening coklatnya.
Kedua jemari lentik sang gadis yang baru genap berusia dua puluh satu tahunan itu, spontan menahan dada bidang menjeda aktifitas sang pria yang tidak bisa dia hindari lagi. “Hentikan!” Arumi memohon dengan suara serak parau dan netra berkabut saat kesadaran dirinya perlahan mulai menghilang berharap sang pria mengabulkan permintaannya. Namun nihil bukannya berhenti, pria itu malah semakin menuntaskan hasrat yang menyelimuti dirinya saat ini. Buliran air mata membasahi wajah Arumi. Saat merasakan hal yang sangat berharga dalam dirinya telah hilang di tengah-tengah ketidakberdayaannya. Beberapa kali Arumi berusaha meronta, namun tenaganya tak sebanding dengan sang pria. Hingga membuat pandangannya yang jelas perlahan menjadi buram dan.. Suara desahan dan erangan memenuhi kamar hotel dalam suasana pencahayaan temaram saat kedua insan itu tengah sama-sama di kuasai pengaruh alkohol yang di iringi derit ranjang berukuran king size semakin terdengar nyaring, seolah menjadi saksi bisu insiden satu malam penuh gelora. Sampai keduanya merasakan getaran surga dunia yang tak bisa terlukiskan oleh perasaan dan tak bisa di ungkapkan dengan sebuah kata-kata, peluh bercucuran menyelimuti hingga mereka tertidur lelap dalam satu ranjang yang sama. Malam berganti pagi, cahaya matahari menyinari gordeng masuk ke dalam celah-celah jendela. Suara burung berkicau seolah memperjelas suasana dingin pagi itu. Arumi yang masih terjaga, perlahan mulai membuka kedua pelupuk mata lalu mengucek dengan kedua tangan, netranya yang buram perlahan menjadi jelas. Melihat langit-langit kamar yang terasa asing, membuat ia terperanjat kaget lalu menggeserkan tubuh dan bersandar di ujung ranjang. “Akh, kepala ku sakit sekali, di mana ini?” Arumi mendesis, seraya mengedarkan pandangan, saat seluruh tubuhnya terasa sakit dan remuk seperti telah tertindih sesuatu yang berat. Nafas Arumi seolah tercekat di tenggorokan, saat mendapati seorang pria asing terbaring di bawah selimut yang sama dengannya. Beberapa pertanyaan mulai menyeruak dalam benaknya dengan apa yang sudah terjadi. “Dia siapa? Da-dan apa yang sudah terjadi?” Arumi tercengang, wajah cantik seketika memucat saat melihat jelas ternyata pria di sampingnya bukan Daniel sang kekasih hati. Tangan Arumi gemetar, ia mengumpulkan keberanian untuk menyingkap selimut sampai keringat dingin pun membasahi seluruh tubuhnya. Kedua bola mata sipit Arumi membulat, jantungnya seperti berhenti berdetak saat melihat tubuh polos-nya tanpa sehelai benang pun serta jejak-jejak tanda-tanda merah menghiasi leher dan beberapa bagian tubuh lain membuat ia semakin syok dan panik, hatinya hancur berkeping-keping setelah kehilangan mahkota suci yang selama ini dia jaga, demi pria yang sangat ia cintai kini seolah telah pupus sudah. Sungguh ia tidak mengerti bagaimana bisa dirinya tidur bersama pria asing yang tidak ia kenal, padahal semalam jelas-jelas merayakan birthday party bersama teman-teman dan sang kekasih. Kesucian yang telah di jaga bertahun-tahun seharusnya di berikan pada calon suaminya Daniel, tapi tadi malam malah terenggut begitu saja. “Tidak! Kenapa bisa jadi seperti ini?” Arumi bertanya-tanya dengan suara isak tangis seraya merutuki diri sendiri dan menjambak rambut dengan kedua tangan, beberapa kali wanita cantik itu berusaha mengingat insiden semalam, namun nihil bayangannya gelap tidak ingat sama sekali. Mendengar suara tangisan Arumi terdengar jelas di gendang telinga, membuat pria berparas tampan itu perlahan membuka kedua pelupuk mata seraya berdecak kesal.”Ck, berisik!” Arumi terkejut saat sorot mata elang pria itu membidik ke arahnya. Kesal, marah berkecambuk dalam hati sampai ia memberanikan diri melontarkan beberapa pertanyaan. “Kamu siapa? Kenapa bisa berada di kamar ini dan berani sekali mengambil kesempatan dari ku, dasar pria brengsek!” Maki Arumi terlihat sangat kesal. Senyuman smrik tersungging di bibir merah pria itu, saat mendengar pertanyaan Arumi yang membuatnya tak habis pikir. “Kau bertanya seperti itu padaku? Seharusnya pertanyaan itu untukmu sendiri, ini adalah kamar ku lihat itu.” Tunjuk sang pria tepat ke arah pintu yang bertuliskan VIP enam. Seketika wajah Arumi memucat dan merasa kikuk, bagaimana bisa dia sampai salah masuk kamar. Padahal jelas-jelas semalam masuk kamar yang benar. “Benar-benar trik licik dan murahan, kau sendiri yang sengaja masuk ke dalam kamar ku kan? Katakan berapa harga yang harus aku bayar?!” Kata-kata pria itu membuat Arumi tersulut emosi, lalu dia membalas. “Tuan, jaga ucapanmu kamu pikir aku jual diri apa? Aku tidak butuh uang mu,” tolak Arumi lalu segera beranjak dan memunguti pakaiannya yang berserakan di bawah lantai. Tak ingin sampai ada orang yang tahu, atas apa yang telah terjadi, Arumi berjalan ke arah kamar mandi untuk merapihkan diri, lalu setelah beberapa menit setelah memakai kembali pakaian lengkap ia segera pergi tanpa menghiraukan pria asing yang tak dia kenal sama sekali. “Ck, sok jual mahal,” decih sang pria sembari memijat kening. Namun melihat bercak noda darah di sprei membuatnya terkejut. Dan tidak menyangka jika tadi malam adalah pertama kali untuk Arumi. Di sepanjang jalan Arumi terus merenung, bagaimana nanti dia bisa menghadapi Daniel setelah mengalami insiden satu malam yang tidak pernah dia bayangkan bersama pria lain. “Arumi tenanglah,” Arumi terus meyakinkan diri, dengan kedua tangan yang meremas ujung dress. Satu jam berlalu, setibanya di rumah Arumi terkejut saat Daniel, Rania dan kedua orang tuanya sudah duduk menunggu dari tadi. “Arumi! Dari mana saja kamu? Semalam aku dan Rania mencari mu, sekarang kau baru pulang?!” Daniel mencecar beberapa pertanyaan pada Arumi dengan rahang yang mengeras dan menatap penuh selidik. “Iya Arumi, aku sangat mengkhawatirkan mu,” sambung Rania, tersenyum penuh arti. Wajah Arumi memucat, tubuhnya gemetar ketakutan. Bibirnya seolah terkunci saat akan menjawab pertanyaan sang kekasih. “Maafkan aku mas Daniel, semalam aku..” belum sempat Arumi menjawab. Rania sengaja memotong perkataan sang Kaka. Bahkan Rania sengaja bertanya saat melihat banyak tanda kiss mark di leher Arumi, membuat semua orang tercengang terutama Daniel. “Astaga! Arumi anak gadis macam apa kamu pagi-pagi begini baru pulang? Penampilan mu juga sangat kusut, memalukan sekali apa kamu tidak tahu Daniel dan adikmu mencarimu semalaman?” cibir Marisa yang sengaja memprovokasi. Seketika Daniel naik pitam, kedua bola matanya berapi-api, lalu menghampiri dan mencengkram erat leher Arumi sampai tercekik. “Keterlaluan! Dasar wanita tidak tahu diri, berani sekali kau mengkhianati ku. Katakan padaku Arumi, pria liar mana yang telah menyentuh dan bermain gila denganmu?”Dewa memijat kening, sungguh selama ini dirinya merasa sangat bodoh karena telah tertipu oleh wanita yang begitu manipulatif seperti Laura. Nyonya Retha dan Oma Rima bernafas lega, saat melihat Laura dan Adrian telah di bawa oleh orang-orang mereka agar segera di proses. Excel menatap mommy dan Dady, meskipun jagoan kecil yang tidak mengerti tentang urusan orang dewasa tadi tapi ada senyuman bahagia di wajah lucunya lalu ia yang berada di dekat kedua orang tuanya pun bertanya. "Mommy! Apa benal paman tampan ini adalah Dady ku?" Celoteh Excel dengan nada cadel-nya sembari memegang kedua tangan kedua orang tuanya. Seketika wajah Arumi terdiam, dia masih marah pada Dewa. Akan tetapi setelah melihat bukti dan mengetahui kebenarannya membuat hatinya perlahan menjadi luluh. "Jagoan kecil! mulai sekarang jangan panggil lagi paman oke, karena kamu adalah pura Dady nak, maaf jika selama ini Dady tidak menjaga mommy dan kamu dengan baik," sesal Dewa yang perlahan berjongkok lalu memeluk da
Arumi terlihat dilema, setelah dia mengetahui semua kebenarannya tentang malam itu. Yang ternyata ulah Laura. "Jangan kembali lagi pada pria seperti Dewa. Dia hanya mencintai Laura. Dan kamu tidak akan bahagia," Adrian kembali mengingatkan. Tentu saja Dewa semakin marah dengan sikap Adrian yang terlalu ikut campur dalam hubungannya dengan Arumi. Sampai Dewa kehilangan kendali, lalu kembali melayangkan tangannya yang mendarat tepat di wajah lawan bicaranya itu.BLUGH!"Diam kau Adrian! Simpan omong kosong mu itu," Geram Dewa. Sampai membuat Adrian kembali terjatuh tersungkur ke bawah lantai. Semua orang di sana terkejut, tak ingin sampai Dewa semakin murka dengan cepatnya Doni memghampiri dan berusaha mengingatkan bosnya. "Tuan, tenanglah, jaga jangan sampai image anda terlihat buruk oleh semua orang, terutama nyonya Arumi," bisik Doni mengingatkan. Dewa berusaha menahan diri, dan Oma Rima juga menegurnya. "Dewa tenanglah, dan kamu nak Adrian berhentilah berharap pada Arumi. Dia ma
Kata-kata sindiran Dewa seolah menjadi sebuah belati tajam untuk hati Adrian, yang sebenarnya apa yang telah dia lakukan itu memang salah karena rasa cintanya yang begitu besar pada Arumi. Tak ingin mengelak lagi, Kini Adrian pun membalas kata-kata Dewa dengan penuh kepercayaan diri. "Heh! jika aku salah telah membantu Arumi agar jauh dari orang-orang toxic seperti mu," Decih Adrian dengan suara yang santai. Darah Dewa mendidih, saat mendengar kata-kata Adrian yang menyulut emosinya. Hingga membuat lelaki tampan itu menghampiri lalu meraih dan menarik kerah Adrian dengan sangat keras. Membuat Arumi kaget begitu juga dengan Excel. "Lancang sekali kau berbicara seperti itu padaku Adrian? tahu apa kau tentang aku dan istri ku!" Hardik Dewa yang sudah tidak ingin mentolerir sikap rekan bisnisnya itu. Arumi terlihat cemas dan panik, sampai dia berusaha melerai keduanya. Karena tidak ingin ada sesuatu hal yang terjadi apa lagi sampai ada yang terluka. "Cukup mas Dewa! oke, aku
"Apa! kamu bilang suster, tuan Dewa? kalian pergi ke sana?" Arumi tercengang saat baru tahu jika putranya itu entah sebuah kebetulan atau memang sengaja mencari tahu tentang Dady-nya tanpa sepengetahuan dirinya. "Iya nyonya, maaf. saya telah berbohong tadi hanya tidak tega saja melihat den Excel meminta untuk main ke rumah nenek buyut temanya," sesal sang baby sister dengan wajah yang tertunduk. Arumi menghela nafas jengah, saat mendengar kenyataan yang baru saja dia ketahui hari, dia terlihat cemas dan panik katena tidak ingin jika Dewa sampai mengetahui keberadaan mereka terutama Excel. "Arumi! apa kamu tidak apa-apa?" tanya Adrian yang ikut cemas saat melihat wajah Arumi yang terlihat sangat pucat. Arumi tersadar dari lamunannya, lalu menjawab jika dia sangat takut jika sampai Dewa mengetahui tentang Excel, mengingat perjanjian mereka berdua saat menikah. Dewa berhak mengambil hak asuh putra mereka. Tapi sebagai seorang ibu, meskipun Arumi bukan istri yang Dewa ingin
Melihat cucunya begitu bersemangat, Oma Rima menatap penuh harap punggung Dewa yang perlahan semakin menjauh dari pandanganya. Dalam hatinya kembali ada secercah harapan jika rumahnya akan kembali hangat seperti dulu. "Semoga Dewa berhasil meminta maaf dan membujuk Arumi, agar mau pulang lagi," gumam Oma Rima. Mendengar perkataan ibunya, Nyonya Margaretha datang menghampiri lalu dia mengatakan beberapa pendapatnya yang menohok. "Ck, ibu ini kenapa begitu yakin jika anak itu milik Dewa? sekaligus dia hamil pun Belum tentu darah daging Dewa. Siapa tahu Arumi selingkuh," Cibir Nyonya Retha sembari memutar kedua bola mata malasnya. Oma Rima mendelik, saat menerima celaan dari putrinya. Bahkan dia menegur agar putrinya itu menjaga ucapan dan yang penting dia meminta sebagai seorang ibu dia hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk kebahagiaan putranya. "Akh ibu ini aku bosen Mendengarnya, menurut ku tetap Laura yang terbaik untuk Dewa." Ucap Retha yang terkekeh dengan pendiriannya.
Arumi terlihat kebingungan, saat jagoan kecilnya terus menuntut jawaban tentang Dady kandungnya. "Astaga! apa yang harus aku katakan? jika Excel tahu jika mas Dewa tidak menginginkan aku dan dia pasti akan sangat sedih," Lirih Arumi dengan hati yang sangat dilema. Bahkan ia terlihat beberapa kali menghela nafas berat, sampai suster Rhini yang sudah mengikuti cukup lama begitu penasaran dengan sebenarnya apa yang sudah terjadi pada Arumi dan ayahnya Excel, tapi sebagai pengasuh ia tidak berani dan tidak mau lancang untuk bertanya tentang masalah pribadi majikanya. "Momy! kenapa masih tidak menjawab? apa mommy tega melihat aku tidak punya Dady? jika momy dan Dady ada masalah cepat selesaikan, karena aku pingin ketemu Dady," Excel menangis, dia sengaja ingin mencari tahu informasi. Arumi benar-benar tidak tega, saat melihat Excel sangat ingin tahu, tapi baginya ini bukan waktu yang tepat untuk menjelaskan dan dia sengaja berusaha untuk mengalihkan topik pembicaraan di antara mer
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen