Share

Bab 4.

Auteur: Haniocta_
last update Dernière mise à jour: 2025-06-11 12:12:05

Sera tidak menyadari bahwa ada orang lain yang berada di kamar inapnya. Dia juga tidak mengenal sosok pria itu.

"Anda siapa?" tanya Sera dengan suara serak.

Pria itu tersenyum tipis. "Aku Lucas. Aku yang menabrakmu beberapa hari lalu."

Sera tertegun. Kenangan tentang kecelakaan itu samar-samar muncul. "Menabrak? Lalu apa yang Anda lakukan di sini?"

"Aku merasa bertanggung jawab." Lucas berbicara dengan tenang. "Aku di sini hanya ingin memastikan kamu baik-baik saja."

Lucas melanjutkan dengan nada hati-hati. "Boleh aku tahu siapa namamu? Dari mana asalmu?"

Sera menunduk, memainkan ujung selimut dengan gelisah. "Saya tidak tahu."

Lucas mengerutkan kening. "Tidak tahu?" ulangnya, suaranya terdengar heran.

Sera mengangguk pelan.

"Apa mungkin dia hilang ingatan karena benturan akibat kecelakaan?" Lucas bergumam pelan, tapi cukup keras untuk didengar Sera.

Ucapan Lucas membangkitkan pikiran liar dalam benak Sera. 'Apa aku pura-pura amnesia saja? Mungkin, dengan aku berpura-pura hilang ingatan, aku bisa terbebas dari Ibu. Tapi ....'

Sera memandang Lucas dengan tatapan yang sulit diartikan.

Sera menatap Lucas dalam-dalam, pikirannya dipenuhi berbagai kemungkinan. Jika dia benar-benar berpura-pura kehilangan ingatan, mungkinkah ini menjadi jalan keluar dari hidupnya yang penuh penderitaan? Namun, sebelum dia bisa memutuskan, suara Lucas memecah lamunannya.

"Kamu benar-benar tidak tahu siapa namamu dan dari mana asalmu?" tanya Lucas lagi.

Sera mengangkat pandangannya dengan gugup. Keringat dingin mulai mengalir di pelipisnya, tetapi dia mencoba menenangkan diri. “Iya,” jawabnya pelan.

Lucas menganggukkan kepala, tatapannya berubah menjadi penuh pertimbangan. “Baiklah,” gumamnya.

Lucas berdiri dari kursinya dan berjalan keluar kamar. Sera menghela napas panjang, berusaha menenangkan debaran jantungnya. Namun, ketenangan itu hanya berlangsung sesaat karena Lucas kembali tidak lama kemudian, kali ini bersama seorang dokter.

Dokter itu tersenyum ramah pada Sera. “Selamat siang, Nona. Saya dokter yang menangani Anda. Saya dengar Anda mengalami kesulitan mengingat sesuatu?”

Sera menggigit bibirnya, mencoba terlihat bingung. "Iya, saya tidak ingat apa-apa. Rasanya seperti semuanya hilang begitu saja." Suaranya berusaha meyakinkan, meski ada nada gugup yang sulit disembunyikan.

Dokter mengangguk, kemudian mulai memeriksa kondisi Sera. “Bagaimana perasaan Anda sekarang? Apakah ada sakit kepala, pusing, atau nyeri lainnya?” tanyanya sambil mengecek tekanan darah dan memeriksa pupil mata Sera.

“Sedikit pusing, Dok,” jawab Sera, mencoba terdengar meyakinkan. Tangannya mengepal di bawah selimut, berharap kebohongannya tidak terungkap.

Setelah selesai memeriksa, dokter berdiri tegak dan menatap Lucas. “Kondisi fisiknya cukup baik. Tidak ada luka serius. Mengenai kehilangan ingatannya, mungkin ini disebabkan oleh trauma. Biasanya, ini bersifat sementara. Kita perlu memantau kondisinya beberapa hari ke depan.”

Lucas mengangguk, ekspresinya serius. "Berarti, ada kemungkinan ingatannya bisa kembali?" tanyanya.

“Sulit untuk mengatakan dengan pasti. Amnesia akibat trauma umumnya bisa pulih seiring waktu. Tapi untuk sekarang, yang terpenting adalah memastikan dia merasa aman dan tidak mengalami stres.”

Setelah memberikan beberapa instruksi tambahan, dokter meninggalkan ruangan. Lucas kembali duduk di kursinya, diam sejenak sebelum mengeluarkan ponselnya. Dia tampak sibuk mengetik sesuatu, dan Sera yang masih terbaring mulai merasa gelisah.

Sera mencuri pandang ke arah Lucas beberapa kali, mencoba menebak apa yang sedang dilakukan pria itu. Namun, Lucas tiba-tiba berbicara tanpa mengalihkan pandangannya dari layar ponselnya. “Kenapa terus melirikku? Ada yang ingin kamu katakan?”

Sera terkejut, wajahnya memerah. “S-saya …,” dia tergagap, mencoba mencari kata-kata yang tepat. "Saya .... "

Lucas akhirnya mengalihkan pandangannya dari ponsel dan menatap Sera dengan tatapan datar. "Saya apa?"

Sera menggenggam selimutnya erat-erat, ragu sejenak sebelum akhirnya berani berbicara. “Tuan … apakah saya bisa meminta bantuan Anda?”

"Bantuan apa?" tanya Lucas dengan suara dingin.

Sera menggigit bibirnya, mencoba mengatur napas sebelum berbicara. “Saya ingin meminta uang.”

Lucas terdiam sejenak, tatapannya berubah tajam. “Uang?” ulangnya, memastikan dia tidak salah dengar.

Sera mengangguk, meskipun gugup. “Iya, anggap saja sebagai kompensasi. Karena Anda sudah menabrak saya.”

Ekspresi Lucas tetap datar, namun matanya mengamati Sera dengan seksama. “Berapa?” tanyanya akhirnya.

Sera menarik napas dalam-dalam sebelum menjawab, “Satu miliar.”

Lucas mengerutkan alis, tatapannya semakin tajam. “Satu miliar?” ulangnya, seolah memastikan dia tidak salah dengar.

Sera mengangguk, mencoba memasang wajah serius meski jantungnya berdebar kencang. “Iya, Tuan. Saya rasa itu jumlah yang pantas, mengingat keadaan saya sekarang. Saya kehilangan ingatan, dan ini semua karena Anda.”

Lucas tertawa kecil, tawa yang terdengar lebih seperti ejekan. “Satu miliar? Kamu pikir uang itu tumbuh di pohon?”

Sera merapatkan selimut di tubuhnya, mencoba menutupi kegugupannya dengan tatapan berani. “Anda kan orang kaya? Masa uang segitu saja jadi masalah?”

Lucas mendengus sambil bersandar di kursinya. "Kamu lucu juga, ya. Jadi, menurutmu aku ini bank berjalan? Tinggal minta, dan aku langsung kasih?"

Sera menarik napas, berusaha tetap tenang. “Saya hanya meminta hak saya. Anda menabrak saya. Kalau bukan tanggung jawab Anda, siapa lagi?”

Lucas menggelengkan kepala, tatapannya dingin. “Kamu mungkin lupa ingatan, tapi omong kosongmu ini lancar sekali. Satu miliar? Itu bukan uang kecil. Aku tidak akan menyerahkan jumlah segitu hanya karena alasanmu yang … tidak masuk akal.”

Sera mendesah pelan, menahan rasa kesal yang mulai memuncak. “Tuan Lucas, Anda mungkin tidak sadar, tapi saya di posisi yang sulit. Saya kehilangan semuanya. Kalau Anda memang manusia, Anda harusnya mau membantu.”

Lucas mendekatkan tubuhnya ke tempat tidur, tatapannya semakin tajam. “Dan kalau aku bilang tidak?”

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application

Latest chapter

  • Istri Kontrak Miliarder Arogan   Bab 98.

    Di kamar Satria.Satria duduk di balkom kamarnya, menatap taman yang menghampar di hadapannya. Dulu, dia dan Annora suka duduk di balkon sambil melihat pemandangan taman yang bunga-bunganya ditanam sendiri oleh Annora.Satria menatap hamparan bunga yang masih menguncup dengan pandangan sayu.Liburan kali ini, adalah liburan yang paling terburuk. Tujuan Satria mengajak anak, menantu, dan cucunya liburan, bukan hanya sekadar bersenang-senang semata, tapi Satria ingin mempererat hubungannya dengan anak-anaknya. Sayang, semua itu hanya angan Satria semata.Setiap hari, hubungan keluarga mereka semakin memburuk, apalagi hubungannya dengan Indira. Satria ingin sekali mengakhiri perselisihannya dengan sang putri, tapi Satria merasa sekarang belum waktunya."Annora, aku harap kamu tidak semakin membenciku," gumam Satria lemah.Tok tok tok"Tuan!" suara Devin terdengar setelah ketukan di pintu."Masuk!" perintah Satria tanpa menoleh ke arah pintu ataupun bangk

  • Istri Kontrak Miliarder Arogan   Bab 97.

    Usai belanja, mereka pun langsung menuju bandara. Tidak seperti sebelumnya yang terlihat kampungan, Sera sudah bisa menguasai diri. Lucas yang awalnya khawatir, menjadi lega. Ternyata Sera tipe wanita yang cepat belajar. Dan itu membuat Lucas puas. Waktu menunjukkan pukul 8 malam saat mereka tiba di rumah. Sebelumnya mereka sudah mampir di restoran untuk makan malam, sehingga mereka langsung istirahat sesampainya mereka di rumah. Akibat kecelakaan yang menimpa Lucas, membuat liburan mereka terpaksa diperpanjang selama 4 hari, sehingga Emily dan Alvin langsung kembali ke rumah mereka pada keesokan paginya usai sarapan. Begitu pun dengan Lucas yang bersiap untuk berangkat kerja. "Lebih baik kamu istirahat saja di rumah," tegur Indira saat melihat Lucas hendak pergi ke kantor. "Kamu masih luka. Bagaimana kalau nanti badanmu drop?" "Tidak bisa, Ma. Aku harus pergi ke kantor hari ini. Aku sudah tidak kerja selama tiga hari. Banyak pekerja

  • Istri Kontrak Miliarder Arogan   Bab 96.

    "Maaf, Kek. Tapi saya tidak bermaksud seperti itu," ucap Sera pelan dengan kepala tertunduk.Emily yang melihat dan mendengar mereka pun iku menyahuti, "Sera, kegiatan ini sudah menjadi tradisi di keluarga kita. Dengan kamu menolak traktiran dari Kakek, itu sama saja dengan kamu tidak mematuhi tradisi keluarga Mahendra.""Tapi saya tidak bermaksud seperti itu, Bibi," jawab Sera cepat."Bibi, Kakek, tolong jangan menyudutkan istriku. Apalagi kita saat ini lagi di tempat umum. Akan sangat memalukan jika didengar oleh orang lain dan menjadi gosip," ucap Lucas cepat sebelum mereka semua menggertak Sera lebih lanjut.Lucas mendorong kursi rodanya mendekati Sera. "Ayo, Sayang, temani aku belanja."Sera menurut dan mengambil alih mendorong kursi roda Lucas. Lucas mengajak Sera ke toko sepatu."Supaya Kakek tidak marah lagi, lebih baik kamu belilah sesuatu. Walaupun hanya satu barang," kata Lucas. "Di sebelah ada toko perhiasan. Pergilah dan lihat-lihat, siapa tahu a

  • Istri Kontrak Miliarder Arogan   Bab 95.

    Kagaduhan yang dilakukan Indira membuat Satria pun ikut panik. Pria itu menyusul ke rumah sakit saat Indira dan lainnya pergi membawa Lucas dengan buru-buru. Akan tetapi kepanikan dan kekhawatiran semua orang tidak terbukti, dokter mengatakan kalau Lucas baik-baik saja, dan memang dia sebenarnya baik-baik saja. Hanya Indira saja yang terlalu khawatir berlebihan."Kalian ini membuat keributan saja." Satria mengomel setelah kepergian dokter."Keributan apa?" jawab Indira cepat, nadanya sedikit meninggi. "Sebagai seorang ibu, wajar kalau mengkhawatirkan anaknya. Bagaimana kalau lukanya berubah menjadi infeksi? Apa kamu akan bertanggung jawab kalau terjadi apa-apa dengan Lucas?""Tapi kan ternyata dia baik-baik saja.""Itu karena dia bukan anakmu. Kalau dia anak kesayanganmu, aku yakin kamu juga akan melakukan hal yang sama."Sera, Lucas, dan Chiara hanya bisa menghela napas dalam hati dengan perdebatan Indira dan Satria.Tidak ingin membuat keributan di rumah sakit, Satria pun mengalah.

  • Istri Kontrak Miliarder Arogan   Bab 94.

    Karena Lucas terluka, dia hanya bisa menghabiskan waktu di kamar. Sesekali Sera membantunya jalan-jalan di luar untuk menghirup udara segar.Kepulangan mereka pun diundur menjadi beberapa hari, menunggu bekas jahitan di luka Lucas benar-benar kering."Kamu pergilah bersenang-senang bersama Chiara. Tidak perlu menemaniku sepanjang hari," ucap Lucas kepada Sera yang membantunya berjemur di pagi hari usai sarapan. "Lagi pula aku tidak lumpuh sampai harus ditemani sepanjang hari. Aku bisa jalan sendiri.""Ya, kamu memang tidak lumpuh. Tapi aku tidak mau meninggalkanmu dan mendapatkan ucapan pedas dari keluargamu lagi." Sera menjawab dengan nada sedikit ketus.Sera tidak mengerti kenapa keluarga Lucas suka sekalu mengeluarkan kata-kata tajam yang ditujukan untuknya. Setiap apa pun yang dilakukannya, selalu salah di mata mereka.Rheva ingin sekali menyerah, tapi setelah memikirkannya lagi, rasanya dia akan rugi jika mundur sekarang. Apalagi Sera sudah berjanji akan melahirkan anak untuk Luc

  • Istri Kontrak Miliarder Arogan   Bab 93.

    Sera membuka pintu kamar dan menuntun Lucas masuk. Tangannya yang kecil menopang pinggang Lucas, sementara bahunya dipakai sebagai sandaran."Pelan-pelan," ucap Sera khawatir. "Aku bisa jalan sendiri," balas Lucas, meski wajahnya jelas menahan sakit.Sera menggeleng cepat. "Jangan keras kepala. Duduk dulu di kasur."Begitu tiba di tepi ranjang, Sera berusaha menurunkan tubuh Lucas. Namun, berat badan pria itu jelas terlalu besar untuk tubuh mungilnya. Tangan Sera bergetar, kakinya goyah."Eh—!""Sera, awas!" Lucas berusaha menahan, tapi justru tubuhnya kehilangan keseimbangan.Bruk!Mereka jatuh bersama di atas kasur. Lucas terbaring miring, sementara Sera menindih dada kiri Lucas. Nafas mereka beradu, jarak wajah mereka hanya sejengkal.Sera membeku. Wajah Lucas begitu dekat, hingga Sera bisa melihat jelas garis rahang Lucas, bulu mata yang panjang, bahkan hangat napasnya.Sera buru-buru bangkit dari posisi canggungnya. Tangannya mencari tumpuan di atas kasur, tapi empuknya kasur me

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status