Share

Bab 32 Ikatan yang Terukir

Author: Luna Maji
last update Last Updated: 2025-07-05 10:58:25

Meri berdiri di depan cermin kamarnya, sudah mengenakan gaun pengantinnya. Cahaya matahari menembus jendela besar, memantul di permukaan satin dan kristal kecil yang tersebar di sepanjang rok gaunnya.

Jantungnya berdetak pelan. Rasanya seperti berdiri di tepi jurang yang indah—kau tahu pemandangannya luar biasa, tapi tetap saja, tinggi itu menakutkan.

Gaun ini berat. Bukan hanya karena bahan dan desain, tapi karena semua yang datang bersamanya. Status, sorotan, dan cinta yang masih samar. Dan rasa takut akan masa depan yang belum bisa dipastikan.

Ia merapikan bagian depannya perlahan, menarik napas panjang. Tak ada siapa-siapa di ruangan itu kecuali dirinya dan bayangannya sendiri. Dan mungkin, rasa tekad baru yang tumbuh sejak semalam.

Di sisi lain manor, Adrian sedang berdiri di depan jendela kamarnya.

Kemeja putih dan rompinya sudah rapi. Jas masih tergantung di gantungan, tapi dasinya sudah diikat sempurna. Di tangannya, sebuah kotak kecil terbuka—dua cincin pernikahan tergeletak
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Istri Kontrak Sang Miliarder Terkutuk   Bab 41 Garis Darah yang Tersembunyi

    Suara burung samar terdengar dari taman belakang. Cahaya matahari menyusup masuk lewat tirai krem, menyinari dinding batu Montclair Manor yang dingin tapi anggun.Di tempat tidur berlapis linen putih dan selimut wol tebal, Meri duduk bersandar pada kepala ranjang, rambutnya masih sedikit kusut. Ia membaca ulang halaman-halaman dari arsip lain yang ditemukan kemarin—lembaran tua dengan simbol darah yang kini jauh lebih berarti dari yang ia kira.Di sampingnya, Adrian baru saja terbangun. Ia mengerjapkan mata, lalu mengusap wajah pelan sebelum duduk. “Udah pagi?”“Sudah. Dan dunia belum runtuh,” jawab Meri tanpa menoleh. Nada suaranya ringan, tapi di matanya ada kesibukan yang tak biasa.Adrian menyandarkan kepala ke bahunya. “Kamu nggak tidur?”“Aku tidur. Terus kebangun, dan otakku mutusin sekarang saatnya overthinking.” Meri melipat satu halaman dan meletakkannya di pangkuannya. “Adrian… kamu yakin kamu nggak tahu apa-apa soal ini?”“Kalau aku tahu, kamu pikir aku bakal diem?” Suaran

  • Istri Kontrak Sang Miliarder Terkutuk   Bab 40 Menggali Akar Terlarang

    Matahari belum tinggi ketika aroma kopi memenuhi penthouse. Meri duduk di meja makan dengan hoodie kebesaran dan rambut yang masih agak berantakan. Adrian muncul dari dapur, membawa dua mug. Ia menyerahkan salah satunya ke Meri tanpa banyak kata."Terima kasih," ucap Meri pelan.Hening sejenak. Tak canggung, tapi jelas ada sesuatu yang menggantung di antara mereka—sesuatu yang perlu dibicarakan.Adrian akhirnya duduk di seberangnya. "Aku janji kita akan bicara."Meri mengangguk. "Aku ingat."Adrian menatap isi cangkirnya. "Kutukannya... kadang rasanya seperti belati yang dipelintir dari dalam. Tapi yang paling menyiksa bukan sakitnya."Meri menunggu."Yang paling menyiksa, Meri, itu kebohongannya. Hidup dengan banyak versi cerita untuk setiap orang. Bahkan ke orang yang—" Ia menghela napas. "—yang kupikir paling peduli.""Kamu maksud Cassie?"Ada jeda kecil. Adrian tak mengelak. Tapi ekspresinya berubah—bukan nostalgia, tapi lelah."Dia tahu aku terkutuk, tapi tidak pernah tahu sebera

  • Istri Kontrak Sang Miliarder Terkutuk   Bab 39 Roti Panggang Dingin

    Pagi datang. Langit di luar jendela penthouse mendung, seolah ikut menyerap ketegangan yang menggantung di udara sejak semalam. Tidak ada suara cangkir beradu, tidak ada bau kopi pagi yang biasanya memenuhi dapur, dan tidak ada sapaan pelan dari Adrian saat melewati meja makan. Yang ada hanya diam. Dingin. Sunyi yang menggigit.Meri duduk di meja makan sendirian, menatap roti panggang yang tak disentuh. Ia sudah terbiasa sendirian dulu. Tapi kesendirian ini berbeda. Bukan karena dia tak punya siapa-siapa—melainkan karena seseorang yang seharusnya ada… memilih menjauh.Adrian tak muncul. Ia bangun lebih awal, keluar kamar tanpa suara, dan entah sejak kapan sudah menghilang ke ruang kerjanya. Bahkan saat Meri mengetuk pintu tadi pagi, hanya ada jawaban singkat, "Nanti."Nanti yang tidak pernah datang.Ponselnya diam di meja, tidak ada pesan, tidak ada penjelasan.Di dalam kamar kerja, Adrian duduk di kursinya, memelototi laporan yang tak ia baca. Layar laptop menyala, penuh grafik dan d

  • Istri Kontrak Sang Miliarder Terkutuk   Bab 38 Ujian Kepercayaan

    Udara pagi masih dingin ketika bel pintu Vale's Enchantments berdenting ringan. Aroma kayu manis dan akar licorice memenuhi udara, bercampur harapan baru yang diam-diam tumbuh di sudut hati Meri.Dia sedang menyusun botol minyak esensial ke rak kaca saat suara langkah masuk terdengar di belakangnya.“Morning’s calm,” ujar Dr. Zhu pelan, berdiri di ambang pintu dengan coat panjang dan map lusuh di tangannya. “Sama seperti sebelum badai.”Meri tersenyum setengah, menggulung lengan bajunya. “Kau datang untuk teh atau kutukan?”“Keduanya.” Ia masuk, menutup pintu, dan menurunkan nada suaranya. “Aku menemukan sesuatu.”Dr. Zhu membuka map dan mengeluarkan selembar halaman tua dengan simbol darah berwarna pudar. “Ini dari arsip keluarga Vale yang dikunci di akademi. Aku baru dapat aksesnya kemarin.”Meri mendekat, keningnya berkerut. “Apa itu lambang... penyatuan darah?”Zhu mengangguk. “Keluarga Montclair dan Vale pernah membuat perjanjian darah bersifat mengikat. Ini bisa menjelaskan kena

  • Istri Kontrak Sang Miliarder Terkutuk   Bab 37 Mata yang Mengintai

    Vale’s Enchantments buka seperti biasa.Padahal namanya sedang dipecah-pecah di media sosial. Potongan masa lalu, kesalahan saat remaja, dijadikan senjata. Ia difitnah sebagai penyihir berbahaya—padahal itu kejadian bodoh waktu sekolah, ketika ia bahkan belum tahu cara menakar sihir dengan benar.Tapi hari ini, ia tetap berdiri di balik meja. Sendirian. Tak pakai makeup. Tak senyum. Tapi juga tak sembunyi.Tangannya mencampur ramuan, tenang tapi tegas. Ia tahu satu hal pasti: racikannya tidak pernah menyakiti siapa pun sejak hari itu. Dan ia tidak akan membiarkan siapa pun menghapus kerja kerasnya cuma karena satu luka lama.Di luar, seorang pejalan kaki menatap tokonya lama—lalu pergi.Biasa. Tak semua orang siap percaya. Tapi bukan itu yang ia tunggu.Lonceng di atas pintu berdenting.Langkah masuk. Wangi herbal menyusul, lembut dan hangat.Dr. Zhu muncul di balik pintu dengan jaket panjang dan satu tangan membawa termos kecil.“Aku nggak jago menghadapi badai media,” katanya pelan,

  • Istri Kontrak Sang Miliarder Terkutuk   Bab 36 Perang Narasi

    Pagi itu, Vale's Emnchantments dipenuhi aroma lavender dan daun mint yang masih segar. Cahaya matahari menyusup lewat jendela besar, menyiram meja-meja kayu dan rak penuh botol kaca dengan cahaya keemasan yang lembut. Di sudut ruangan, Meri sedang duduk bersama lima murid remaja dalam kelas trial "Ramuan Dasar untuk Keseharian."“Ada yang tahu kenapa kita pakai akar valerian, bukan akar teratai di ramuan tidur ringan ini?” tanya Meri sambil mengaduk cairan berwarna ungu pucat di dalam wadah tembikar.Seorang anak laki-laki mengangkat tangan. “Karena valerian ngasih efek menenangkan yang lebih stabil, dan baunya khas?”Meri tersenyum bangga. “Betul sekali. Meskipun teratai juga bisa digunakan, valerian lebih cocok buat yang sistem sihirnya sensitif.”Anak-anak tampak antusias, mencatat, beberapa tertawa saat salah satu ramuan meletup kecil karena takaran salah. Meri membiarkan mereka bereksperimen dalam batas aman, membangun rasa percaya diri dan kekaguman pada sihir sehari-hari.Namun

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status