Share

Bab 35 Sebelum Badai

Author: Luna Maji
last update Last Updated: 2025-07-07 12:45:30

Aroma mentega leleh dan kopi hitam memenuhi dapur penthouse pagi itu. Cahaya matahari menerobos lembut lewat kisi-kisi tirai, memantulkan warna keemasan di permukaan meja marmer. Meri berdiri di depan kompor, menuang adonan pancake ke atas teflon panas. Ia mengenakan kaos abu-abu milik Adrian, bagian bawahnya hampir menutupi celana pendek yang ia pakai. Rambutnya masih acak-acakan, tapi wajahnya tampak segar dan tenang.

Dari kursi bar, Adrian memperhatikannya sambil memutar cangkir kopi di tangan. Kemeja putih yang ia kenakan belum sepenuhnya dikancingkan, menyisakan sedikit dada dan kulit leher yang masih berbekas dari bantal. Rambutnya berantakan, tapi matanya jernih, tak lepas dari punggung Meri.

“Serius,” gumam Adrian, suaranya berat tapi santai. “Kaos aku berapa biji sih yang udah pindah lemari?”

Meri menoleh sekilas, lalu mengangkat bahu. “Semua yang nyaman,” jawabnya sekenanya sambil membalik pancake.

Adrian tertawa pelan. “Jadi sekarang wardrobe aku tersisa jas kerja dan… peny
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Istri Kontrak Sang Miliarder Terkutuk   Bab 62 Harapan Tipis dan Bayangan Gelap

    Sinar matahari pagi menembus tirai tipis ruang tamu penthouse, menciptakan semburat keemasan di lantai marmer. Meri berdiri di dapur, masih mengenakan pakaian tidurnya, rambutnya digelung asal. Tangannya sibuk memecahkan telur ke dalam mangkuk kecil sambil sesekali mengintip ke arah pemanggang roti.Adrian masih tidur. Ia sudah tahu itu—karena tadi sempat memandangi wajah pria itu dalam diam, cukup lama, cukup dalam, sebelum ia bangkit dari ranjang. Meri tahu, pagi seperti ini… mungkin tidak akan ada lagi.Ia menaruh dua lembar roti ke dalam toaster, lalu memutar knop pemanggang. Aroma kopi sudah memenuhi ruangan, panas dan pahit, seperti kenyataan yang terus menekan dadanya."Kamu nggak bisa terus pura-pura ini normal, Meri," bisik hatinya, tapi ia tetap memaksa bibirnya tersenyum kecil.Piring-piring mulai tertata. Telur setengah matang, saus, irisan alpukat, dua gelas jus jeruk. Ia duduk sejenak di stool dapur, memandang hasil kreasinya.“Pagi-pagi rajin banget, kamu ngapain…”Suar

  • Istri Kontrak Sang Miliarder Terkutuk   Bab 61 Detik-Detik yang Terasa Abadi

    Malam sudah turun saat mereka tiba di manor. Lampu-lampu taman menyala temaram, menyambut langkah mereka berdua yang hening tapi saling menggenggam erat.Adrian membuka pintu utama dan membiarkan Meri masuk lebih dulu. Hawa rumah besar itu terasa lebih hangat dari biasanya—entah karena sistem pemanas atau karena Nenek Montclair kini kembali, berbaring di kamarnya dengan nyaman, dikelilingi staf yang siaga.Meri memutuskan untuk menginap di sana. Ia berkata alasannya karena ingin memastikan nenek benar-benar pulih, tapi sebenarnya... ia hanya ingin merasakan rumah ini seutuhnya. Sekali lagi. Untuk terakhir kalinya—jika memang itu yang harus terjadi.Setelah memastikan Nenek Montclair benar-benar stabil, Meri kembali ke penthouse keesokan harinya. Angin malam membawa aroma asin dari laut. Gemuruh ombak samar terdengar dari kejauhan, seperti bisikan waktu yang tak bisa dihentikan.Meri berdiri di balkon penthouse, berbalut kaus tipis dan celana tidur longgar. Kedua tangannya menggenggam

  • Istri Kontrak Sang Miliarder Terkutuk   Bab 60 Keputusan yang Terpaksa

    Koridor rumah sakit berbau antiseptik dan terlalu terang. Meri berjalan cepat menyusuri lorong Unit Gawat Darurat, seolah langkahnya tak cukup cepat untuk mengejar detak jantungnya sendiri.Di depan ruang observasi, Adrian berdiri dengan kedua tangan terlipat, wajahnya pucat dan mata sembab. Saat melihat Meri, ekspresinya mencair sedikit, tapi kecemasan tak hilang dari sorotnya.“Meri.”“Di mana dia?” suara Meri tercekat.Adrian menunjuk ke balik tirai kaca. Di dalam ruangan, Nenek Montclair terbaring dengan selang infus di tangan dan monitor detak jantung di sisinya. Matanya terpejam. Terlihat rapuh—terlalu rapuh dibanding biasanya.“Kata dokter, dia sempat kehilangan kesadaran beberapa menit. Gula darahnya turun drastis. Tapi... sekarang sudah stabil.”Meri menempelkan tangannya ke kaca, lalu menoleh ke Adrian. “Dia akan baik-baik saja, kan?”Adrian mengangguk pelan, tapi tak menjawab langsung. “Dia tadi manggil namamu. Bahkan pas di ambulans. Kayak... dia tahu kamu harus ada di san

  • Istri Kontrak Sang Miliarder Terkutuk   Bab 59 Pilihan Mustahil

    Meri tidak menjawab. Tangannya mengepal di sisi gaunnya. Matanya menatap lurus ke wajah Julian, dingin dan penuh waspada.Julian tersenyum miring. “Kutukan itu tidak hilang hanya karena kalian saling cinta, Meri. Ini bukan dongeng.”“Dan kamu pikir dengan menakutiku, aku akan lari?” suara Meri tajam tapi pelan.“Aku tidak menakutimu.” Julian melangkah mendekat, setengah berbisik. “Aku memberimu pilihan. Satu yang... manusiawi.”Ia berhenti hanya beberapa langkah dari Meri. “Kau tahu sendiri sekarang, kan? Bahkan sihirmu tidak bisa menyelamatkannya saat kutukan itu aktif. Dan itu... bukan kejadian terakhir, kalau kau tetap di sisinya.”Meri menahan napas.“Aku tahu siapa kamu,” lanjut Julian, suaranya nyaris lembut. “Marigold Vale. Cucu dari Rose. Darah keluarga yang sama yang menentang perjanjian ulang dulu... dan orangtuamu dibunuh karena itu. Dan, ngomong-ngomong… ternyata kita juga sepupu ya. Dunia memang sempit.”Dia mencondongkan tubuh. “Apa kamu pikir nenekmu menyembunyikan semu

  • Istri Kontrak Sang Miliarder Terkutuk   Bab 58 Masa Lalu yang Kejam

    Lampu gantung di langit-langit ruang bawah tanah itu berpendar redup. Bau logam, darah kering, dan dupa sihir memenuhi udara. Beberapa artefak tua berserakan di meja panjang—botol darah, pecahan kristal, dan satu gulungan kontrak sihir yang mulai rapuh.Lysander Vale duduk di kursi tinggi, tubuhnya membungkuk lelah. Tangan kanannya gemetar saat menuangkan cairan ungu pekat ke cawan kecil. Wajahnya pucat, mata kelabunya tenggelam dalam lingkaran hitam yang dalam.Julian berdiri di sisi ruangan, memandangi ayahnya dengan raut gelisah.“Ayah,” katanya akhirnya. “Kau tak kelihatan baik.”Lysander mengangkat cawan, meneguk cairan itu tanpa ragu. Rasa pahit menyeringai di wajahnya, tapi ia menahannya.“Serangan tadi malam,” gumamnya. “Menghabiskan lebih banyak dari yang kupikirkan. Kutukannya... tidak seperti dulu lagi.”Julian mendekat. “Bukankah efeknya berhasil?”Lysander menggeleng pelan. “Itu hanya ilusi, dibentuk dari sisa-sisa kontrak darah lama. Tapi ikatannya dengan si gadis—dengan

  • Istri Kontrak Sang Miliarder Terkutuk   Bab 57 Manipulasi Mematikan

    Langit di luar jendela gelap pekat, hanya dihiasi kilat sesekali di kejauhan. Meri berdiri di dapur, menuang teh chamomile ke cangkir. Tangannya bergetar sedikit, bukan karena panas... tapi karena pikirannya belum berhenti memutar ulang kata-kata pria tadi siang."Kalau kau tidak percaya... perhatikan malam ini."Suara itu masih mengendap di telinga. Dingin. Yakin. Mengancam.Ia menatap jam dinding. Hampir tengah malam.Adrian sudah tidur. Meri memutuskan untuk tetap terjaga, berjaga-jaga. Ia duduk di sofa, cangkir teh di tangan, mata tak lepas dari Adrian yang sedang terlelap.Lima menit berlalu. Lalu sepuluh.Lalu—Kutukan BangkitJeritan.Bukan suara. Tapi rasa. Gelombang tekanan tiba-tiba menghantam seluruh ruangan seperti angin dari neraka. Lampu berkedip satu kali sebelum padam total.Meri langsung berlari mendekat.Adrian menggeliat di ranjang, tubuhnya kejang-kejang, keringat membanjiri dahinya. Matanya terbuka tapi kosong—terpaku ke langit-langit dengan pupil menyusut jadi ti

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status