Beranda / Romansa / Istri Kontrak Sang Miliarder / Bab 4 – Musuh Dalam Selimut

Share

Bab 4 – Musuh Dalam Selimut

Penulis: Deden Suhendar
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-18 11:03:56

Hujan deras mengguyur Jakarta malam itu. Kilatan petir menyambar sesekali, menyinari langit yang kelam. Di dalam penthouse yang hangat, Aluna menggeliat di atas ranjang, perutnya yang mulai membuncit terasa sedikit kencang. Ia mengelusnya pelan, bibirnya menyunggingkan senyum kecil.

“Selamat malam, Nak… Semoga kamu nggak mimpi buruk kayak Mama barusan,” bisiknya.

Namun, di sisi lain ranjang, Arsenio tidak sedang tidur. Ia berdiri di depan jendela kaca besar, matanya menatap gelapnya malam dengan raut penuh beban. Ponselnya tergenggam erat di tangan kanan, sementara pikirannya jauh melayang ke apa yang akan terjadi esok hari.

Uji DNA.

Besok pagi, pengacara Clarissa mengajukan sidang pengesahan untuk tes tersebut di depan hakim. Meskipun Arsenio yakin bayi itu bukan darah dagingnya, ia tahu: dunia tidak akan percaya hanya dari omongannya.

Dan yang lebih mengganggu, Red Lotus Corp makin terang-terangan menyerang bisnis Li Group. Beberapa proyek tender besar dicuri, bahkan ada satu klien lama yang tiba-tiba membatalkan kontrak kerja sama.

“Musuh kita nggak cuma satu,” gumam Arsenio. “Dan aku harus bersih dari semua ini… demi Aluna.”

---

Pagi Hari – Pengadilan Negeri Jakarta Pusat

Pagi itu, gedung pengadilan dipenuhi media. Kamera, wartawan, dan suara-suara gaduh memenuhi area luar gedung.

Mobil hitam mewah Arsenio berhenti di depan pintu masuk, dan dari dalam, Arsenio turun lebih dulu, mengenakan setelan abu gelap. Di belakangnya, Aluna ikut turun, dengan pakaian formal hamil sederhana, tapi elegan.

Sorak sorai media langsung menyambut.

“Pak Arsenio, apa benar Anda menolak anak dari Clarissa?”

“Bu Aluna, bagaimana perasaan Anda tentang tes DNA ini?”

Arsenio melindungi Aluna dengan tubuhnya, dan mereka berjalan cepat masuk ke dalam gedung bersama pengacara pribadi mereka, Bu Dina.

Di dalam ruang sidang, suasana lebih tegang. Clarissa sudah duduk di bangku seberang, mengenakan gaun pastel dan memasang ekspresi lemah lembut. Namun sorot matanya tajam ketika bertemu pandang dengan Aluna.

Aluna membalas tatapan itu. Tidak dengan dendam, melainkan keteguhan.

Hakim memulai persidangan dengan suara tenang namun tegas.

“Sidang hari ini akan memutuskan apakah permintaan tes DNA dari pihak penggugat—Nona Clarissa Huang—diterima dan dapat dilaksanakan sesuai hukum.”

Clarissa berdiri, suaranya manis tapi menusuk.

“Saya hanya ingin keadilan, Yang Mulia. Saya hamil anak dari Tuan Arsenio Li, dan ia menolak mengakui anak ini. Saya tidak ingin warisan. Saya hanya ingin anak saya tidak lahir sebagai anak tanpa ayah.”

Bisik-bisik kecil terdengar di antara pengunjung sidang.

Arsenio berdiri setelahnya. “Yang Mulia, saya tidak pernah memiliki hubungan intim dengan Clarissa dalam kurun waktu yang memungkinkan kehamilan ini terjadi. Tapi saya tidak menolak tes DNA. Justru saya ingin membuktikan kebenaran agar tidak ada lagi fitnah.”

Hakim mengangguk. “Dengan kesepakatan kedua belah pihak, maka sidang akan dilanjutkan minggu depan dengan pengambilan sampel.”

Clarissa tersenyum tipis. “Terima kasih, Arsen.”

Arsenio hanya menatapnya dingin.

---

Di Mobil – Dalam Perjalanan Pulang

Aluna duduk diam, menatap keluar jendela. Tangannya menggenggam tali tasnya erat. Arsenio melirik dari samping.

“Kamu nggak perlu ikut tadi,” katanya pelan.

“Aku harus tahu musuhku. Biar aku tahu cara bertahan.”

Arsenio menggenggam tangannya. “Dia bukan tandingan kamu.”

Aluna tersenyum samar. “Tapi dia tahu cara main kotor. Aku cuma takut... anak kita ikut kena dampaknya.”

Arsenio mengecup tangannya. “Anak kita akan tumbuh dengan bangga. Karena dia punya ibu yang luar biasa kuat.”

Aluna menatap suaminya dalam-dalam. Untuk sesaat, ketakutannya memudar.

---

Sore Hari – Restoran Li Group

Di salah satu cabang restoran milik keluarga Li, Kevin—asisten Arsenio—bertemu diam-diam dengan seseorang misterius. Mereka duduk di pojok ruangan, jauh dari pandangan umum.

“Informasi yang saya temukan… mengejutkan,” kata si pria misterius, menyerahkan amplop cokelat.

Kevin membukanya. Di dalamnya, terdapat dokumen keuangan Red Lotus Corp, beberapa foto, dan satu salinan e-mail berisi bukti transfer uang.

“Mereka bayar Clarissa?”

“Ya. Untuk menjatuhkan Arsenio. Tapi bukan itu saja… Ada orang dalam di Li Group yang membocorkan informasi internal.”

Kevin mengepal tangannya. “Siapa?”

Pria itu tersenyum sinis. “Aku hanya bisa beri inisial. ‘Y.L.’. Mungkin kamu tahu siapa.”

Kevin menegang.

Yolanda Li. Adik tiri Arsenio.

---

Malam Hari – Kamar Aluna dan Arsenio

Aluna duduk di ranjang sambil membaca buku bayi. Ia tampak tenang, tapi pikirannya penuh tanya. Pintu kamar terbuka, dan Arsenio masuk dengan wajah serius.

“Aku baru dapat laporan. Clarissa dibayar Red Lotus.”

Aluna terdiam, lalu perlahan berkata, “Aku nggak kaget.”

“Tapi ada yang lebih buruk. Seseorang dari keluargaku ikut bermain.”

Aluna memandangnya. “Siapa?”

“Yolanda.”

Aluna menelan ludah. “Kenapa dia?”

“Dia dendam. Sejak kecil, dia merasa aku selalu dapat perhatian Ayah. Meski dia anak dari istri kedua, dia selalu merasa di bawah bayang-bayangku.”

Arsenio duduk di samping istrinya. “Kalau dugaanku benar… dia yang kasih akses data proyek ke Red Lotus.”

Aluna menatap suaminya. “Kamu mau konfrontasi?”

“Belum. Aku butuh bukti kuat. Tapi aku janji… tidak akan ada yang bisa menghancurkan kita.”

---

Di Kediaman Keluarga Li – Kamar Yolanda

Yolanda berdiri di depan cermin, mengenakan gaun pesta dengan perhiasan berkilau. Di belakangnya, layar laptop terbuka, menunjukkan laporan keuangan Li Group yang telah ia salin diam-diam.

Ponselnya berbunyi.

“Ya, ini aku,” katanya.

Suara pria dari seberang: “Langkah berikutnya sudah siap. Setelah Clarissa, kita hancurkan image Arsenio di bursa saham. Tekan reputasinya.”

Yolanda tersenyum. “Biarkan dia tahu, dunia nggak hanya milik pewaris tunggal.”

Keesokan Harinya – Kantor Pusat Li Group

Arsenio berdiri di depan jendela ruang kerjanya, mengenakan jas navy rapi, wajahnya dingin seperti pagi yang mendung. Kevin masuk dengan setumpuk dokumen di tangan.

“Kita temukan data akses terakhir ke sistem internal, dan semuanya menunjuk ke akun milik departemen investasi… milik Yolanda.”

Arsenio tak menoleh. “Dia bahkan nggak berusaha menyembunyikan jejak?”

“Justru itu. Seolah-olah dia ingin ditemukan.”

Arsenio akhirnya berbalik, tatapannya tajam.

“Aku mau kamu kumpulkan semua data. Lengkap. Kita tidak akan sembarangan menuduh anggota keluarga—tapi kalau dia benar terbukti, aku akan keluarkan dia dari perusahaan ini. Tak peduli apa kata Ayah.”

Kevin mengangguk. “Baik, Tuan.”

“Dan satu lagi,” Arsenio menambahkan. “Aku ingin mulai kembangkan divisi hukum internal. Kita perlu benteng dari dalam. Kalau Red Lotus bisa menyusup lewat darah sendiri, maka aku harus perkuat pondasi di bawahku.”

---

Di Apartemen Clarissa

Clarissa menatap layar ponselnya dengan marah. Pesan dari Red Lotus masuk lagi:

> “Percepat. Kita butuh pemicu skandal. Kalau kamu gagal, jangan harap proyek kerja sama ini jalan.”

Ia melempar ponselnya ke kasur.

“Brengsek,” gumamnya. “Mereka pikir aku pion? Aku bukan mainan siapa pun!”

Namun, ia juga tahu posisinya kini terikat. Ia sudah terlalu banyak menerima uang dari Red Lotus, dan jika ia kabur, reputasinya bisa hancur total.

Mendadak, pintu apartemen diketuk keras.

Begitu dibuka, berdiri di depan pintu seorang pria bertubuh tegap, mengenakan jas hitam dan topi—pengawal dari Red Lotus.

“Bos ingin kamu tampil di media dua hari lagi. Cerita soal tekanan dari keluarga Li. Bikin publik simpati.”

Clarissa mendengus. “Dan kalau aku nggak mau?”

Si pria menatapnya tajam. “Kamu tahu isi kontrakmu. Dan kamu tahu siapa yang bisa bikin semua fotomu dari masa lalu tersebar.”

Clarissa mematung. Ia tidak pernah takut pada Arsenio, tapi Red Lotus... mereka bisa membuat orang menghilang tanpa jejak.

---

Sementara Itu – Rumah Keluarga Li

Aluna sedang duduk bersama Madam Liana di ruang santai. Hubungan mereka mulai sedikit mencair, walau tetap terasa formal.

“Kamu terlihat lelah, Aluna,” kata Madam Liana sambil menyuguhkan teh herbal.

Aluna tersenyum kecil. “Biasa, Bu. Bayinya aktif malam-malam. Tendangan kecil tapi bikin deg-degan.”

Madam Liana menyentuh tangan Aluna. “Kamu tahu, sejak pertama Arsenio bilang mau nikah kontrak, aku khawatir. Tapi kamu... ternyata lebih dari yang aku bayangkan.”

Aluna mengangkat alis. “Maksud Ibu?”

“Kamu bukan sekadar ‘istri kontrak’. Kamu penyeimbang buat Arsen. Dia lebih tenang, lebih manusiawi. Kalau kamu bersedia... setelah ini, aku ingin hubungan kalian dilanjutkan. Bukan hanya karena bayi.”

Aluna terdiam. Dadanya bergemuruh. Selama ini, ia tak pernah benar-benar yakin apakah ia diterima sebagai bagian dari keluarga.

“Tapi itu... kalau Arsenio juga menginginkannya,” tambah Madam Liana.

---

Di Sisi Lain – Kantor Red Lotus Corp

Di ruang rapat yang dingin, CEO Red Lotus—pria paruh baya bermata elang bernama Hendra Wijaya—menatap layar penuh grafik saham.

“Li Group masih terlalu stabil. Kita perlu guncangan internal. Manfaatkan Yolanda. Paksa dia buka lebih banyak.”

Salah satu anak buahnya berkata, “Tapi Tuan, Yolanda mulai ragu. Dia ingin keuntungan lebih besar.”

Hendra tersenyum dingin. “Semakin tamak seseorang, semakin mudah dijatuhkan. Mainkan dia. Tapi jangan sampai dia tahu kita hanya ingin menjatuhkan Arsenio.”

---

Sore Hari – Apartemen Pribadi Yolanda

Yolanda duduk di depan meja rias, mengenakan gaun merah darah dan perhiasan mahal. Wajahnya tampak cemas meski makeup-nya sempurna.

Ia membuka laptop, masuk ke akun e-mail terenkripsi.

Dari: Hendra W.

> “Proyek besar berikutnya: serahkan dokumen tender untuk konstruksi pelabuhan. Kami akan beri 5% dari nilai proyek jika berhasil.”

Yolanda menggertakkan gigi. "Kenapa aku yang selalu kerja, tapi mereka yang dapat nama?"

Tiba-tiba, pintu kamarnya diketuk. Seorang pembantu masuk membawa selembar surat dari kantor Arsenio.

Surat pemanggilan.

Yolanda memucat.

---

Malam Hari – Penthouse Arsenio

Aluna duduk di balkon, menyentuh perutnya yang semakin membesar. Langit malam dipenuhi bintang, tapi pikirannya tak seindah langit itu. Arsenio menghampiri sambil membawa dua gelas susu hangat.

“Aku pikir kamu tidur,” katanya.

“Anakmu suka gerak kalau malam,” jawab Aluna pelan.

Arsenio duduk di sebelahnya, menyerahkan segelas susu.

“Boleh aku tanya sesuatu?” Aluna menatapnya.

“Tentu.”

“Kalau kontrak kita habis nanti... dan kamu bebas memilih, kamu masih mau bersamaku?”

Arsenio terdiam sejenak. Matanya menatap dalam, seolah sedang menggali perasaannya sendiri.

“Awalnya aku pikir kamu cuma bagian dari rencana. Tapi sekarang...” Ia mengusap perut Aluna pelan. “Kamu rumah. Tempat aku pulang.”

Aluna menahan air matanya. Tapi satu hal masih menggantung: apakah kata-kata itu tulus... atau hanya bagian dari permainan yang lebih besar?

---

Esok Paginya – Ruang Rapat Direksi Li Group

Yolanda duduk di ujung meja, dikelilingi jajaran direksi. Arsenio berdiri di tengah, dengan ekspresi tenang tapi tajam.

“Ini adalah bukti kamu mengakses data tender secara ilegal dan memberikannya ke Red Lotus,” ujar Arsenio sambil menunjukkan dokumen.

Yolanda mencoba tenang. “Itu salah paham. Aku—aku hanya ingin membantu proyek agar lebih cepat. Aku—”

“Yolanda,” potong Arsenio. “Kami bisa menuntutmu. Tapi karena kamu masih keluarga, aku akan beri dua pilihan: kamu mundur dengan terhormat dari posisi direktur... atau kita lanjut ke jalur hukum.”

Yolanda terdiam. Matanya berkaca-kaca. Tapi ia tahu, tak ada ruang untuk pembelaan.

“Aku... akan mengundurkan diri.”

Arsenio mengangguk. “Keputusan bijak.”

Namun di dalam hati Yolanda, api dendam baru saja menyala.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Istri Kontrak Sang Miliarder   Bab 25 – Peluru untuk Sang Mawar

    Penthouse Li Tower – Detik Penentu“Goodbye, Mrs. Li.”Suara dingin Black Rose bergema di kamar bayi itu, seiring jarinya menekan pelatuk pistol berperedam. Namun di detik yang sama—> BRAKKK!!!Pintu kamar bayi diterjang brutal oleh Yong Xi dan tiga Shadow Guard bersenjata lengkap. Peluru Black Rose meleset, menancap di bingkai kayu lemari. Ia berbalik cepat, menembak ke arah mereka tanpa ragu.> DOR DOR DORShadow Guard berlindung di balik dinding, membalas tembakan dengan senapan assault mereka. Peluru berdesing menembus tembok drywall, membuat serpihan gypsum beterbangan. Aluna menjerit, menutupi kepala bayinya sambil merapat di sudut ruangan.---Black Rose – Pembunuh Tanpa Rasa TakutDengan gerakan lincah bagai panther, Black Rose menendang lemari ke arah Shadow Guard untuk menghalangi pandangan mereka, lalu melompat keluar jendela kamar bayi menuju balkon. Kakinya mendarat tanpa suara di besi balkon sempit lantai 100 itu.Matanya menyipit menatap helikopter Shadow Guard yang be

  • Istri Kontrak Sang Miliarder   Bab 24 – Musuh yang Tak Terlihat

    Li Tower – Pagi yang BerbedaPagi itu, suasana kantor pusat Li Group dipenuhi aura kemenangan. Para direksi dan karyawan senior menatap Arsenio dengan hormat saat ia berjalan melewati lorong utama menuju ruang rapat eksekutif. Mereka tahu, semalam CEO mereka telah menumbangkan organisasi mafia terbesar di Beijing hanya dalam satu malam.Di ruang kerjanya, Arsenio duduk menatap laporan saham Li Group yang meroket 12% sejak pagi. Kevin masuk membawa secangkir kopi hitam.“Bos, semua media memuji langkah cepat Li Group menumpas Red Lotus. Anda kini dijuluki ‘The Untouchable CEO’ di berbagai headline bisnis Asia Timur.”Arsenio menatap layar laptopnya tanpa ekspresi. “Semakin tinggi kita terbang… semakin kuat angin yang akan menjatuhkan kita.”---Shadow Guard – Laporan Ancaman BaruKomandan Shadow Guard, Yong Xi, masuk dengan raut serius. Ia meletakkan map hitam di meja Arsenio.“Bos, tim IT kami melacak sumber dana utama Red Lotus. Ternyata mereka hanya front kecil dari organisasi yang

  • Istri Kontrak Sang Miliarder   Bab 22 – Perang di Balik Senyum

    Pagi yang Mencekam – Li MansionPagi itu, Aluna menyiapkan sarapan di dapur saat Arsenio turun mengenakan setelan jas abu-abu gelap. Matanya menatap Aluna tanpa ekspresi, tapi tatapannya tajam dan menusuk.“Besok kita pindah ke penthouse Li Tower,” katanya singkat sambil mengambil cangkir kopi yang baru diseduh Aluna.Aluna menoleh cepat. “Kenapa mendadak sekali?”Arsenio menatapnya lama sebelum menjawab pelan, “Karena rumah ini sudah terlalu banyak dihuni mata-mata.”---Red Lotus – Publikasi VideoSementara itu, di markas Red Lotus, Sienna menekan tombol ‘send’ di laptopnya dengan senyum puas. Video rekaman Adrian dan Aluna di taman belakang mansion langsung terkirim ke puluhan media gosip dan influencer ternama di Beijing.“Dalam dua jam, reputasi mereka akan hancur,” ujar Sienna sambil meneguk kopinya.Hendra berdiri menatap layar, matanya menatap dingin nama-nama portal media yang menayangkan berita itu secara real-time.> “Istri CEO Li Group Ketahuan Berselingkuh dengan Mantan K

  • Istri Kontrak Sang Miliarder   Bab 22 – Perang di Balik Senyum

    Li Mansion – Pagi yang PalsuMatahari pagi menembus tirai putih kamar utama Li Mansion. Di meja rias, Aluna menatap pantulan wajahnya yang semakin pucat. Lingkar hitam di bawah matanya semakin tebal karena malam-malam tanpa tidur. Ia menoleh ke ranjang, mendapati Arsenio masih tertidur dengan wajah lelah. Sejak kemarin, Arsenio pulang larut malam setelah rapat darurat dengan tim Shadow Guard dan dewan direksi Li Group.Aluna berdiri, membetulkan gaun santainya, lalu menatap suaminya lama.> “Aku nggak boleh jadi kelemahanmu, Sen…”---Li Group HQ – Strategi BalasanJam 08.00, Kevin menampilkan laporan investigasi Adrian Wijaya di layar proyektor ruang kerja Arsenio.“Dia anak tunggal pemilik Wijaya Group di Singapura. Kekayaannya lumayan, tapi masih jauh dibanding Li Group. Riwayatnya bersih, kecuali satu kasus pelanggaran etika profesional saat magang di Hong Kong dulu, namun berhasil diselesaikan oleh ayahnya sebelum jadi skandal.”Arsenio menatap layar itu dengan mata tajam.“Tidak

  • Istri Kontrak Sang Miliarder   Bab 21 – Tumbal Kekuasaan

    Markas Red Lotus – Rapat DaruratPagi itu, Hendra duduk di meja rapat utama markas Red Lotus. Di sampingnya, Sienna duduk dengan kaki diperban, menatap layar proyektor yang menampilkan foto Zhang Wei dengan tulisan besar:> “Zhang Wei Ditemukan Tewas di Sungai – Dugaan Bunuh Diri”Hendra mengetuk meja pelan, suaranya terdengar serak menahan amarah. “Dia benar-benar membunuh Zhang Wei…”Sienna menatap Hendra tajam. “Arsenio semakin berbahaya. Kita tidak bisa lagi hanya menekannya dari sisi politik atau bisnis.”“Kalau begitu, kita tekan dia dari sisi keluarga,” desis Hendra sambil menatap foto Aluna di layar lain.“Dan… kita akan panggil dia.”Sienna menoleh cepat. “Dia…? Kamu yakin?”Hendra tersenyum kecil. “Kita butuh pion yang bisa membuat Aluna goyah. Arsenio mungkin kebal pada ancaman nyawa, tapi tidak pada ancaman hati istrinya.”---Li Mansion – Pagi yang TenangSementara itu, di Li Mansion, Aluna sedang duduk di ruang makan sambil menyuapi bayi mereka dengan bubur. Tatapannya t

  • Istri Kontrak Sang Miliarder   Bab 20 – Darah Dibayar Darah

    Li Mansion – Pagi yang MembekuUdara pagi ini lebih dingin dari biasanya. Kabut tipis menutupi taman lavender di halaman belakang Li Mansion. Dari balkon kamar utama, Arsenio berdiri mematung dengan mata tajam menatap jauh ke arah kota yang mulai sibuk. Matanya kosong, namun di balik tatapan itu berkecamuk badai dendam yang menunggu dilepaskan.Di dalam kamar, Aluna sibuk memandikan bayi mereka. Sesekali ia melirik suaminya yang berdiri membelakangi mereka. Ada aura gelap yang terpancar dari Arsenio hari ini, lebih pekat dibanding hari-hari sebelumnya.“Sen…” panggilnya pelan.Arsenio tidak menoleh. Suaranya terdengar datar dan berat, “Aku harus pergi pagi ini.”Aluna menatapnya cemas. “Kamu mau ke mana?”Arsenio menghela napas panjang sebelum akhirnya menoleh. Tatapannya tajam namun menyimpan kesedihan yang dalam.“Ke tempat masa lalu yang belum pernah selesai.”---Li Group HQ – Persiapan EksekusiJam 08.00, di ruang kerja lantai 59, Kevin menyerahkan berkas laporan keuangan Zhang W

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status