Share

Istri Mafia Kembar
Istri Mafia Kembar
Penulis: Siluet Senja

Bab 1_PENGAKUAN MEMPELAI WANITA

Seorang pria muda nan terlihat dewasa menghentakkan jabatan tangan calon ayah mertuanya, lalu menarik napas dalam-dalam kemudian mengucapkan kalimat sakral yang sudah ia hapalkan sejak semalam. "Saya terima ...,"

Dua kata baru saja diucapkannya, tapi tiba-tiba terdengar suara derap langkah kaki cepat memasuki ruang tamu keluarga mempelai pihak wanita hingga para tamu yang hadir mengalihkan perhatian ketika nada tinggi bak bariton deru senapan laras panjang bergema di seluruh penjuru ruangan.

Kedatangan seorang pria dengan pakaian rapi, namun wajah tanpa ekspresi berjalan mendekati pelaminan. "Hentikan! Pernikahan ini tidak bisa diteruskan." Orang itu berhasil membuat suasana tentram menjadi tegang.

Suara yang begitu asing untuk semua orang hanya saja tidak untuk Naya. Gadis itu menoleh ke arah suara karena ingin memastikan pendengarnya tidaklah salah. Debaran detak jantung meronta tak kuasa menahan rasa yang ia sendiri hampir melupakan wajah tamu tak di undangnya.

King? Setelah setahun berlalu, kenapa dia kembali? Apa tujuannya?~tanya Naya yang hanya bisa ia simpan di dalam hati dengan firasat tak enak mengingat masa lalu di antara mereka berdua.

Tak seorangpun tahu akan takdir masa depan. Masa yang dianggap telah berakhir menjadi awal kehidupan. Dimana Naya telah memutuskan untuk menerima lamaran putra sahabat sang ayah tercinta. Dan hari ini adalah acara pernikahan dari putri bungsu keluarga Arsyad. Tentunya hari yang paling ditunggu oleh kedua keluarga besar.

Rumah dipenuhi kebahagiaan dengan puji syukur karena putri tunggal keluarga Arsyad akhirnya melepaskan masa lajang. Banyak para tamu sudah hadir dan siap menyaksikan ikrar janji suci mereka. Semua sempurna hingga tak tampak ada kekurangan suatu apapun.

Seulas senyum tersungging menghiasi wajah anggun dengan bibir semerah strawberry. Naya tak bisa membohongi diri, ia benar-benar terlihat berbeda setelah dirias sedemikian rupa. Sekarang dirinya berubah menjadi putri raja dalam sehari, "Cantiknya putriku, Bunda sampai pangling liatnya. Ayo nak, semua sudah menunggu!"

"Makasih, Bunda, Naya berharap ini yang terbaik," ucapku dengan menggenggam tangan bunda.

Pandangan kami saling terpaut melalui pantulan cermin. Jelas sekali terlihat rona bahagia di mata seorang ibu yang akhirnya setelah penantian panjang bisa melihat anak kesayangan berhias menuju pelaminan untuk memulai hidup baru, sehingga perasaan khawatir tak lagi singgah mengetuk hati.

Bunda mengusap lengan Naya, lalu tak lupa mengecup puncak kepala sang putri menyalurkan kehangatan atas cinta seorang ibu. "Aamiin ya rabbal 'alamin."

Kebersamaan antara ibu dan anak harus diakhiri mengingat acara sudah dimulai. Dimana kedatangan beberapa wanita yang menjadi bridesmaid langsung mengambil alih situasi. Para bridesmaids membawaku pergi meninggalkan kamar menuju tempat pelaminan untuk melakukan ikrar janji suci.

Suasana begitu ramai membuat diri ini gugup hingga tatapan mataku bertemu dengan tatapan mata Mas Dian. Wajahnya yang bercahaya bersambut rona merah dipipiku. Tak ingin terlihat salah tinggal, sontak kutundukkan pandangan.

Langkah kaki kami beriringan hingga mencapai meja tempat acara dimana mempelai pria, pak penghulu dan para saksi sudah berkumpul. Lalu Bunda meraih tangan kananku yang tanpa basa-basi diserahkan pada tangan ayah, kemudian dengan penuh kasih sayang membimbingku untuk duduk disebelah Mas Dian.

"Sudah siap? Mari, kita mulai!" Pak penghulu membuka buku panduan sebelum akad nikah, lalu mulai do'a pernikahan dan tak lupa memberikan wejangan sebagai syarat dan ketentuan selama lima belas menit.

Jiwa tak kuasa menahan gemuruh hati akan kenyataan yang kini menjadikan diriku sebagai seorang mempelai wanita. Apalagi ketika melihat tangan ayah menjabat tangan Mas Dian bersambut ucapan ijab yang terdengar begitu khusyuk. "Saya nikahkan dan kawinkan saudara Dian Sutrisno bin Abi Fathur dengan Putri kandung saya Naya Rivera binti Arsyad dengan mas kawin lima gram logam mulia dibayar tunai!"

Sekilas kejadian sebelum berubah menjadi kericuhan begitu ijab diucapkan sang ayah mempelai wanita. Kembali pada waktu yang sama, dimana kedatangan King langsung menggemparkan para tamu undangan. Bahkan orang-orang tak kuasa menahan diri untuk berdiam diri menjadikan kekacauan tersebut sebagai gosip obrolan tanpa rasa malu.

"Siapa Anda berani menghentikan pernikahan kami. Naya calon istri saya, sudah pasti bisa dilanjutkan!" tegas Mas Dian dengan bangga karena memang memiliki hak untuk menuntaskan ikrar janji suci pernikahan kami.

Bukannya menunduk menyadari kesalahannya. Tamu tak diundang itu dengan santai meneruskan langkah kakinya hingga menyisakan jarak dua meter dari meja pelaminan. "Apa kamu tidak punya malu menikahi wanita milik pria lain? Di luar sana masih banyak wanita lain. Silahkan pilih, tapi Naya hanya milikku!"

"Apa maksud ucapan Anda, Tuan?" Mas Dian menatap pria di depannya dengan tatapan mata bingung karena selama beberapa waktu sebelum pernikahan. Ia tak sekalipun mendengar calon istrinya memiliki seorang kekasih, lalu siapa pria yang berani mengakui Naya sebagai milik seseorang.

Situasi semakin tegang. Apalagi para tamu undangan mulai bergunjing membicarakan kejadian yang ada secara terang-terangan. Naya sendiri mulai memahami apa keinginan tamu tak diundang yang datang dengan niat tak baik. Niat hati ingin menghentikan dengan mencengkram tangan Mas Dian.

"Mas, jangan ladeni dia. Bisakah kita lanjutkan pernikahan ini?" Naya mencoba untuk mengubah keadaan kembali normal yang membuat Dian menoleh menatap ke arahnya.

Kekhawatiran sang calon istri terlihat begitu jelas, ia bisa merasakan kegelisahan gadis itu hingga dirinya mengusap tangan Naya berharap bisa memberikan kekuatan, "Tenang, aku ada bersamamu dan tidak akan kubiarkan pria manapun merusak hari istimewa kita."

Perlakuan Dian yang lembut penuh perasaan menghadirkan rasa nyaman di hati Naya, tapi tiba-tiba tertarik ke belakang bersambut pukulan telak bersarang di perut mempelai pria. Hal itu terjadi begitu cepat membuat orang-orang tersentak.

Suara jeritan Naya menyadarkan diri akan keadaan yang sudah lepas kendali. Lalu, ia menatap pria dingin yang merusak acara dengan tatapan mata tajam tak berkedip. "Darian Kingsley! Tidakkah cukup perbuatanmu di masa lalu dengan merenggut kehormatan ku, kini apa lagi yang kamu mau, hah!"

Suara pengakuan Naya bergema memenuhi ruang acara. Gadis itu tidak sadar bahwa apa yang dia lakukan berhasil memantik api kekecewaan di hati keluarga dan calon suaminya bahkan para tamu undangan juga ikut bergunjing meski di dalam hati. Siapa yang tidak terkejut bahwa mempelai wanita merupakan bekas pria lain.

Sementara itu, King tersenyum puas karena keberadaannya diakui oleh gadis yang merupakan mantan kekasih, hanya saja itu tidak cukup sampai pernikahan dibatalkan. Baginya sangatlah penting untuk mendapatkan Naya kembali. Naya harus menjadi milik dia seorang dan untuk memuluskan keinginan hati, maka semua sudah disiapkan sedemikian rupa.

Tak ingin kehilangan kesempatan untuk mendapatkan Naya. Ia bertepuk tangan, lalu menarik tangan Dian hingga berdiri menghadap dirinya, "Apa kamu dengar apa yang Naya katakan. So, sekarang sudah jelas 'kan? Naya Rivera milik Darian Kingsley seorang!"

"Tidak. Naya tetap calon istriku!" tegas Dian tak mau membiarkan pernikahannya kacau hanya karena satu masalah saja.

King terkekeh mendengar keyakinan Dian seolah pria itu memahami seperti apa Naya. Bukannya menyerah, tapi malah ingin melanjutkan pernikahan. Pengakuan Naya bersambut ketetapan pernyataan dari Dian. Couple yang saling mengasihi. Lalu, apa ia harus ikhlas?

"Naya, katakan padaku. Apa kamu ingin pernikahan ini tetap dilanjutkan atau harus kuhentikan?" King beralih menatap lurus ke belakang dimana Naya berada. Gadis itu terlihat marah bahkan sorot matanya enggan meredup. Rasanya panas bak sengatan sinar mentari.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status