Share

Sahabat Faezya

4Queen 👑

Sabella : Lo ke mana, Kampret? Kita nyariin lo.

Clara : Abis berapa botol lo, Fae? Tiba-tiba ngilang enggak jelas, Anjir.

Sabella : Tiga botol ada kali dihajar sama dia.

Rebecca : Where are you, Fae? Are you okay? Call me if you need something.

Sabella : Woy, Fae! Bener ngilang lo? Ngamar sama siapa lo, Njir?

Clara : Lah sialan, bokap lo telepon gue, Fae!

Sabella : Gue juga! Woy, muncul lo, Fae! Bokap lo teror kita, Sialan!

Rebecca : Lol 🤣

Clara : Sialan lo, Re. Mentang-mentang bokapnya enggak tahu nomor lo.

Sabella : Bule kampret emang.

Rebecca : Queen mau sleep dulu. Byeeeee!

Rebecca : Fae, don’t forget call me, Baby. Okay? Muacchhhh ....

Clara : Hueeekkk ... Jijik banget muach, muach ...

Sabella : Kepada saudari Faezya, harap mengangkat telepon gue!

Clara : Tepar dia pasti.

Sabella : Habis malam pertama maksud lo?

Clara : Hahaha .... pecah telur.

Sabella : Bego lo!

Sabella : Angkat telpon gue, Fae!

Sabella : Telpon gue kalau lo udah waras!

 Faezya tertawa saat membaca kehebohan yang terjadi di grup chat akibat ulahnya yang semalam pulang tanpa pamit. Dia baru saja bangun jam dua siang ini dan segera memeriksa ponselnya. Sesuai dugaannya, beberapa pesan masuk dari para sahabatnya yang panik.

Segera dia mengetik balasan singkat untuk memberitahu keadaannya.

Faezya : I’m okay, Girls.

Raut wajahnya seketika dingin ketika mendapati pesan dari Juan—kekasihnya. Sebenarnya tanpa membuka pesan itu pun, dia sudah tahu isinya apa. Permintaan maaf dan segala omong kosong seperti yang sudah-sudah. Dia muak.

Juan : Kamu di mana, Sayang?

Faezya mendengkus. Mual membaca kata sayang dari laki-laki itu.

Juan : Don’t get me wrong, Baby. I can explain everything you want to know. Give me a chance. Okay?

Juan : Sayang .... angkat teleponku, please.

Juan : Jangan kayak gini. Aku enggak bisa kalau kamu cuekin.

Juan : Aku dan Dayana gak ada hubungan spesial. We are just friend. Nothing special.

Juan : Balas, Yang. Jangan gini. Aku sedih kalau kamu kayak gini.

Juan : Kamu marah? Sorry, My Love

Juan : Gak papa kalau marah sama kamu, tapi jangan lama-lama marahnya, ya. Nanti aku kangen.

Juan : Let’s meet! I miss you so bad my pretty girl ❤️

Faezya melempar ponselnya tanpa berniat membalas pesan sang kekasih. Kepalanya terasa sedikit pusing dan dia benar-benar muak dengan kekasihnya itu. Ini bukan yang pertama, Juan telah berkali-kali ketahuan jalan dengan perempuan itu dan berkali-kali pula Faezya mencoba untuk tidak mempermasalahkan.

“Sayang, sayang,” gerutu Faezya mengingat pesan Juan. “Tapi, gandengan sama cewek lain. Nempel sana-sini udah kayak lalat. Giliran lagi bokek larinya ke gue. Dompet kosong, kelakuan kayak sultan. Brengsek emang!”

Faezya tak henti bersungut-sungut menyumpahi kekasihnya itu. Dia baru berhenti ketika ponselnya berdering. Menghela napas, dia meraih ponsel yang tadi dilempar begitu saja. Beruntung jatuhnya masih di atas kasur, bukan di lantai.

Ketika melihat nama Sabella, tanpa pikir panjang, dia langsung mengangkat panggilan itu.

“FAEZYA, KAMPRET! DARIMANA AJA LO, HEH?”

Suara nyaring Sabella dari seberang sana membuat Faezya menjauhkan ponsel dari telinga. Dia mengusap-usap telinganya yang berdengung untuk beberapa saat. Teriakan gadis itu benar-benar menusuk telinga.

“HALO, FAE? LO DENGAR GUE ‘KAN?”

“SUARA LO MANA? KOK DIAM AJA?”

“SUARA GUE GAK KEKECILAN ‘KAN?”

Faezya memutar bola matanya. Bagaimana mungkin sahabatnya itu masih bertanya perihal suaranya yang kekecilan sementara Faezya yakin jika Sabella sedang berteriak di seberang sana.

“Gak pake teriak, bisa? Bisa conge gue,” ujar Faezya kesal.

“Astaga, Fae. Akhirnya lo bersuara juga. Gue kira lo kenapa-napa,” ucap Sabella dari seberang sana, mengabaikan protesan Faezya perihal teriakannya yang membahana.

“Gak usah lebay.”

“Lebay, lebay! Gue beneran panik pas lo ngilang, terus gak bisa dihubungi, Kampret! Mana bokap lo telepon gue mulu lagi. Makin panik gue.” Sabella bersungut-sungut penuh kekesalan. Dia tidak bisa tidak takut ketika papa Faezya terus meneleponnya di saat Faezya sama sekali tidak bisa dihubungi. Bagaimana pun juga dia merasa ikut bertanggungjawab jika terjadi sesuatu kepada sahabatnya itu.

Faezya meringis sembari terkekeh pelan. “Sorry.”

Terdengar decak kesal Sabella. “Jadi, semalam lo kemana aja? Bukan ngamar ‘kan?”

Giliran Faezya yang mendecakkan lidah. “Bukan, lah! Gila aja lo! Body super seksi gue gak diobral!”

“So?”

Faezya tidak langsung menjawab. Kilasan wajah laki-laki dengan rambut-rambut halus di sekitar rahang hingga dagu kembali mengusik ingatannya. Mengingat wajah laki-laki itu, dia baru sadar jika wajah laki-laki itu sangat tenang dan sejuk.

“Kayaknya gue habis ketemu malaikat, deh.” Faezya berucap tanpa sadar sembari tersenyum sendiri.

“Hah? Lo habis ketemu siapa? Malaikat? Masih mabuk lo?” cecar Sabella cepat. Ada kebingungan di langgam suaranya.

Suara Sabella dari seberang sana menyentak Faezya. Dia mengerjap, lalu memukul bibirnya yang berucap asal.

“Just kidding,” kata Faezya, berusaha untuk tertawa menutupi kebodohannya.

“Kampret! Gue kira lo masih setewar karena minum semalam.”

Faezya tertawa menyembunyikan kegugupannya, lalu segera membuka topik baru. “Eh, hari ini jadwal kita nyalon bukan, sih? Lepek banget rambut gue abis party.”

“Lah, iya!” sahut Sabella kembali heboh. Kalau masalah party, salon, shopping, dan traveling, mereka pasti langsung antusias. “Sekalian juga otak lo ikut dikeramasin biar enggak bego-bego amat mikirin Juan mulu.”

“Dih, yang pikirin dia siapa? Najis banget.”

“Baru nyadar kalau dia najis? Gue udah bilang putusin aja. Selingkuh itu virus yang nyaris mustahil untuk disembuhkan.”

“Berisik lo!”

“Gue bilang kayak gini karena gue sayang sama lo. Gue gak rela lo disakiti berkali-kali sama cowok sejenis Juan. Muka pas-pasan, dompet kering, akhlak gaib, tingkah kayak setan. Ngapain masih lo pertahanin coba?”

Faezya tertawa kecil mendengar celotehan Sabella yang bersungut-sungut itu. “Udah, deh. Urusan Juan biar gue yang urus. Mending lo urus aja peternakan buaya lo. Udah dikasih cipokan belum?”

“Sialan lo, Fae!”

Faezya tertawa puas saat Sabella memutuskan sambungan telepon secara sepihak.

“Kena kan lo.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status