Istri Muda Guru Alim

Istri Muda Guru Alim

Oleh:  Zeee  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
1 Peringkat
29Bab
395Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Gaffi dikenal sebagai sosok guru SMP yang alim dan senantiasa menjaga batasan diri dengan yang bukan mahramnya. Namun, suatu malam, Gaffi tak sengaja bertemu dengan Faezya yang dalam kondisi mabuk di jalanan. Takut perempuan itu menjadi korban kejahatan, Gaffi akhirnya menolong dan membawa pulang Faezya ke rumahnya dengan bantuan Zaki—sahabatnya. Hanya saja, pertemuan singkat tersebut ternyata membawa dampak begitu besar bagi Gaffi. Faezya terus saja mondar-mandir dalam pikirannya! Hal ini membuat Gaffi memutuskan untuk melamar dan menikahi Faezya. Sayang, pernikahan mereka tidak berjalan dengan mulus. Kesabaran Gaffi benar-benar diuji karena Faezya masih muda dan belum berpikir dewasa. Lantas bagaimana nasib si guru alim menghadapi istrinya tersebut?

Lihat lebih banyak
Istri Muda Guru Alim Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Adny Ummi
ayoo, Thooorr. lanjuuttt
2023-08-23 03:18:18
0
29 Bab
Perempuan mabuk
Malam semakin larut. Langit tampak pekat. Daun-daun pada jejeran pohon menari diterpa embusan angin. Hanya ada suara hewan malam dari balik semak yang merobek kesunyian. Gaffi mengendarai motornya dengan kecepatan sedang menembus sunyi dan gelapnya malam. Tubuhnya terbungkus jaket hitam tebal agar liarnya angin malam tidak dapat menjamah kulitnya. Malam semakin larut dan dia baru saja pulang menghadiri pembukaan kafe seorang kerabatnya.Mata laki-laki dua puluh delapan tahun itu menyipit tajam ketika melihat sebuah mobil sedan merah terparkir di tengah jalan. Khawatir jika si pemilik adalah korban kejahatan yang marak terjadi, dia segera menurunkan laju motornya dan berhenti di belakang mobil itu.“Ah, sialan! Mobil kampret! Mending gue beli angkot!” Seorang perempuan berambut panjang tengah mengumpat sembari memukul dan menendang kap juga ban mobilnya. Mogok, ya? Pikir Gaffi.Gaffi mendekat. “Permisi, Mbak,” ucapnya pelan dan terselip keraguan di sana. Meski suaranya pelan, dia ya
Baca selengkapnya
Diperkosa
“Gue diperkosa.”Seorang perempuan terduduk di atas kasur sembari meremas selimut yang menutupi tubuhnya. Detak jantungnya tak beraturan dan rasa takut kian menyerangnya.Betapa terkejutnya dia ketika bangun di sebuah kamar asing dengan gaun yang membungkus tubuhnya melorot. Awalnya, dia masih mencoba untuk berpikir positif, tetapi keadaan kasur yang berantakan dan sebuah jaket hitam yang tergeletak membuat pikirannya kacau.Beberapa menit dia mencoba untuk menggali ingatan perihal apa yang terjadi. Namun, hanya sepenggal kejadian yang dapat dia ingat. Dia pergi ke klub malam dan minum hingga lupa diri untuk menghilangkan stres. Lalu, berniat pulang dengan berkendara seorang diri, tetapi tiba-tiba mobilnya mogok. Dan tak lama, seorang laki-laki menghampirinya.“Bangsat!” Perempuan itu mengumpat, mencoba untuk mengingat sosok laki-laki yang dia duga telah membawanya ke sini dan melecehkannya. “Cowok setan itu pasti yang lakuin semua ini.” Matanya memerah dan dia semakin kuat meremas se
Baca selengkapnya
Ketahuan
Dari dalam mobil, Faezya memandang rumah megah dengan gerbang yang menjulang tinggi. Jemarinya mengetuk-ngetuk kemudi mobil. Raut wajahnya tampak dihinggapi kegelisahan. Dia menopang dagunya pada jendela mobil yang terbuka.Pada detik berikutnya, dia terperanjat ketika tiba-tiba gerbang rumah itu terbuka. Baru saja dia hendak menutup kaca mobil saat seorang pria paruh baya keluar dari sana sembari membawa kantong plastik hitam besar yang kemudian dimasukkan ke dalam tempat sampah berhasil mengurungkan niatnya. Pria paruh baya yang sangat Faezya kenali.Buru-buru Faezya turun saat pria paruh baya itu hendak kembali masuk ke dalam.“Pak Rudi!” teriak Faezya, keluar dari mobil.Mendengar namanya dipanggil, Pak Rudi—sopir pribadi keluarga Faezya—berbalik badan. Matanya melebar ketika melihat Faezya menghampirinya. “Non Fae?” Pak Rudi berseru seakan tak percaya jika anak majikannya yang sejak semalam tidak pulang kini berada di hadapannya. “Non dari mana saja, Non? Bapak sama Ibu Non seja
Baca selengkapnya
Perdebatan Ayah dan Anak
“Faezya, Sayang! Anak Mama!”Faezya menoleh ketika suara melengking mamanya terdengar. Entah dia harus bersyukur atau tidak atas kehadiran mamanya yang berhasil menginterupsi ucapan papanya. Dia juga malas meladeni kecerewetan mamanya.“Anak mama!”Faezya mendengkus ketika Yuni—mamanya—memeluknya erat hingga napasnya terasa ditekan.“Sesak, Mah,” keluh Faezya.Yuni melepas pelukannya. “Maaf, Sayang. Mama terlalu kangen sama kamu,” ujarnya, lalu menangkup wajah putrinya. “Kamu ke mana aja? Mama khawatir banget. Mama sama Papa telepon, kok, enggak diangkat?”Faezya melepas tangan Yuni dari wajahnya, lalu berkata, “Fae habis kerja tugas, Mah. Enggak pegang hp biar tugasnya cepat kelar.”“Kerja tugas?” cibir Wirawan. Perhatian Yuni dan Faezya beralih pada pria itu. Wirawan tersenyum remeh pada Faezya. “Mana laptop kamu? Mana buku kamu?” cecarnya sembari melirik sling bag Faezya yang hanya bisa menampung dompet dan ponsel.Sialan! Ini semua karena Pak Rudi cepu! Faezya menggigit bibir baw
Baca selengkapnya
Faezya, kamu apakan saya?
Bersamaan dengan bel istirahat berbunyi, Gaffi segera menyudahi proses belajar mengajar mata pelajarannya. Setelah memberi tugas rumah kepada para anak muridnya, dia bergegas keluar kelas. Sesekali dia tersenyum ramah sembari membalas sapaan beberapa murid saat melewati koridor kelas menuju ruang guru. Menjadi salah satu guru yang masih terbilang muda di sekolah menengah pertama membuat beberapa anak didiknya tak segan untuk menyapa ataupun melempar lelucon kepadanya. Gaffi pun menanggapinya dengan senyum ataupun tawa kecil. Interaksi seperti itu dia jadikan sebagai sarana pendekatan kepada para anak didiknya yang memasuki usia remaja itu. Dia tidak ingin anak muridnya menjadi canggung atau pun memiliki rasa takut kepadanya. Sebab baginya rasa hormat dan takut itu sangat berbeda.“Enggak makan lo?”Gaffi menoleh pada Zaki yang bersebelahan meja dengannya. Keadaan ruang guru kini cukup sepi, hanya ada beberapa guru senior yang duduk dan masih sibuk di meja masing-masing meski telah ma
Baca selengkapnya
Sahabat Faezya
4Queen 👑Sabella : Lo ke mana, Kampret? Kita nyariin lo.Clara : Abis berapa botol lo, Fae? Tiba-tiba ngilang enggak jelas, Anjir.Sabella : Tiga botol ada kali dihajar sama dia.Rebecca : Where are you, Fae? Are you okay? Call me if you need something.Sabella : Woy, Fae! Bener ngilang lo? Ngamar sama siapa lo, Njir?Clara : Lah sialan, bokap lo telepon gue, Fae!Sabella : Gue juga! Woy, muncul lo, Fae! Bokap lo teror kita, Sialan!Rebecca : Lol 🤣Clara : Sialan lo, Re. Mentang-mentang bokapnya enggak tahu nomor lo.Sabella : Bule kampret emang. Rebecca : Queen mau sleep dulu. Byeeeee!Rebecca : Fae, don’t forget call me, Baby. Okay? Muacchhhh ....Clara : Hueeekkk ... Jijik banget muach, muach ...Sabella : Kepada saudari Faezya, harap mengangkat telepon gue!Clara : Tepar dia pasti.Sabella : Habis malam pertama maksud lo?Clara : Hahaha .... pecah telur.Sabella : Bego lo!Sabella : Angkat telpon gue, Fae!Sabella : Telpon gue kalau lo udah waras! Faezya tertawa saat membaca k
Baca selengkapnya
Kekesalan Faezya
“Uuh ... so sexy.”Faezya tersenyum puas memperhatikan pantulan dirinya di depan cermin. Dress sabrina putih membalut tubuhnya dengan sangat sempurna. Rambutnya yang bergelombang di bagian bawah dibiarkan tergerai indah. Untuk ke sekian kalinya dia takjub akan kecantikan dan kesempurnaan tubuhnya. Setelah selesai dengan urusan penampilan, Faezya beranjak hendak mengambil kunci mobil. Namun, dia mengernyit ketika tidak menemukan kunci mobilnya di atas nakas. Faezya diam, mencoba untuk mengingat di mana kunci mobilnya. Sesaat kemudian mendecakkan lidah ketika mengingat jika kunci mobilnya berada di Pak Rudi. Padahal tadi pagi dia sendiri yang memberikannya dan menyuruh Pak Rudi memasukkan mobilnya ke garasi.Hari semakin sore, dia ada janji dengan para sahabatnya untuk ke salon. Jangan sampai dia terlambat dan berujung mendengar celotehan para sahabatnya itu.“Bi, Pak Rudi mana?” tanya Faezya ketika Bi Siti lewat di hadapannya.“Non Pae. Cantik banget.” Bi Siti tersenyum, lalu kembali
Baca selengkapnya
Doa Gaffi
Faezya diam.“Faezya, Sayang, buka dulu pintunya. Kita bicara, ya, Nak?”“Sayang.”Daripada membukakan pintu untuk mamanya, Faezya memilih masuk ke dalam selimutnya. Dia juga menutup telinga dengan bantal. Membiarkan mamanya terus memanggil. Jika dulu dia yang selalu diabaikan maka kini biarkan dia yang mengabaikan. Dia ingin orang tuanya tahu rasa sakit akan pengabaian itu seperti apa.“Faezya, Mama sayang kamu.”🥀🥀🥀Jarum jam telah menunjuk angka sepuluh malam ketika Gaffi baru saja selesai merekap nilai harian para muridnya. Melepas kacamata yang sedari tadi bertengger di batang hidungnya, dia lalu merenggangkan otot-ototnya yang terasa kaku sebab cukup lama berkutat dengan laptop. Merasa tenggorokannya kering, dia baru saja akan beranjak ke dapur ketika ponselnya berdering.“Assalamualaikum, Bang.” Suara lembut ibunya menyambut ketika dia mengangkat dan menempelkan ponsel ke telinga. Rasa rindu perlahan merasuk di hatinya hanya dengan mendengar suara wanita yang paling dicintain
Baca selengkapnya
Sarapan
Terhitung sudah tiga hari Faezya membolos kuliah. Selama itu dia hanya mengurung diri di kamar dan akan makan jika Bi Siti mengantarkan makanan ke kamar. Hal itu sengaja dia lakukan, berharap agar papa atau mamanya dapat iba dan mengembalikan kunci mobil yang disita itu. Namun, hingga hari ketiga, tidak ada tanda-tanda kunci mobilnya akan dikembalikan. Baik papa atau pun mamanya terlihat cuek, bahkan tidak menanyakan kondisinya yang bisa saja berbuat nekat di kamar. Mengingat itu, Faezya semakin ingin tertawa saja. Mana kata peduli dan sayang yang sempat keduanya agung-agungkan itu? Begitukah bentuk peduli dan sayang?Omong kosong! Tak sanggup lagi mendekam dan diselimuti rasa bosan, Faezya memutuskan untuk kuliah hari ini. Sebelum jam tujuh, dia sudah rapi dan siap berangkat. Padahal, jika kuliah pagi biasanya dia akan membolos atau pun datang terlambat, tapi khusus hari ini dia ingin segera sampai di kampus. Daripada harus terus terkurung di sini yang berpotensi membuatnya gila se
Baca selengkapnya
Kabur Dari Pak Rudi
“Kampus, Pak!” seru Faezya pada Pak Rudi dan langsung memasuki mobil.Pak Rudi yang sedang mengelap badan mobil bergegas menyudahi kegiatannya. Buru-buru dia masuk ke dalam mobil dan duduk di kursi kemudi. Memastikan anak majikannya telah memakai seat belt dan duduk dengan nyaman juga aman, dia segera melajukan mobil sesuai dengan perintah Faezya.Pandangan Faezya tak lepas dari jalanan yang mulai padat. Matanya lalu terarah pada sosok anak perempuan berseragam putih merah yang memeluk pinggang seorang pria—yang Faezya yakin adalah ayah dari anak perempuan itu—di atas atas motor saat mobil berhenti di lampu merah. Sebuah momen yang dulu sangat dia impikan ketika seumuran anak perempuan itu. Dia menghela napas kasar dan bersyukur mobil kembali melaju di saat rasa pedih kembali menyerang hatinya. Setidaknya dia tidak perlu berlama-lama melihat keberuntungan anak perempuan itu yang akan kembali menggali ingatan tentang suramnya masa kecil yang dia lewati.“Saya tunggu di sini ya, Non,” u
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status