Share

6. Back to Real

"Kinaaaaannnn..." Langit tak kalah meninggikan suara.

Langit buru-buru memakai kaos yang tadi dibukanya, hanya tersisa boxer brief yang menutup bagian bawah tubuhnya.

"Lagian Abang, gue udah ketuk pintu enggak ada jawaban. Mana gue tau kalau lo pake headset gitu mana telanjang pula," ucap Kinan membela diri dengan wajah yang masih ia tutup dengan kedua tangannya.

"Ada apa sih?" sungut Langit yang sudah menggunakan kaos rumahan dengan celana trainning.

Kinan membuka matanya perlahan, ada lega yang ia rasakan walaupun jantungnya masih berdisko ria. Mungkin pemandangan seperti ini akan terulang di kemudian hari karena hidupnya kini akan ada di sekitar lelaki bertubuh atletis.

"Gue laper, kulkas segede gitu isinya cuma susu sama apel 3 biji, anggur tinggal semangkok. Mie instan dimana naronya?" protes Kinan pada teman satu rumahnya itu.

Menatap sejenak sang istri seraya menarik nafas, Langit gegas menuruni tangga. Menuju dapur dan membuka rak atas kitchen set nya.

"Nih, stok mie disini kalau telur di sebelahnya. Enggak pernah saya masukin kulkas, panci ada di bawah kiri deket kaki kamu tuh. Ngerti kan? Saya masih banyak kerjaan."

Sepeninggal Langit yang meneruskan kembali pekerjaannya, Kinan hanya duduk berpangku tangan di stool bar mini. 

'Nyalain kompornya aja gue enggak ngerti gimana, andai aja ada Bi Inah. Gue kan tinggal makan aja, enggak kayak gini.'

Bukan Langit tak tahu jika istrinya itu pasti tak bisa memproses mie instan tapi karena pekerjaan yang harus ia setorkan laporannya malam itu juga maka ia tinggalkan dulu sang istri di dapur.

30 menit berlalu belum ada tanda-tanda mie instan itu dibuat, Kinan membuka laman pencarian. Mengetik kata kunci bagaimana cara menyalakan kompor tanam seperti yang ada di dapur suaminya.

Pria masih segar walau jam dinding menunjukkan pukul 12 malam itu hanya memperhatikan sang istri dari belakang. Ia tarik sudut bibirnya sedikit seraya menggelengkan kepala. Beginilah resikonya menikahi putri sultan pikirnya.

"Minggir ahh! Kamu yang masak bisa jadi sahur baru selesai," ucap Langit mengagetkan.

"Abang, 2 kali ini Abang ngagetin gue. Makanya punya rumah jangan canggih-canggih banget jadi gue enggak ngerti ini nyalainnya gimana," balas Kinan kesal.

Kedua alis Langit berkerut, "Kompor di rumah kamu juga begini makanya sesekali main tuh ke dapur jangan ke studio band terus. Kamu perempuan harus bisa urusan mie instan doang mah."

Mengapa semakin hari suami seminggu nya itu semakin cerewet, sungguh berbeda ketika pertama kali bertemu dan berkenalan.

Kinan memilih diam di belakang Langit tetapi justru posisinya menghalangi lelaki yang ternyata terampil di dapur itu.

"Duduk aja sana! Tunggu jadi daripada disini ngehalangin," titah Langit galak.

Vokalis White Panther itu memilih duduk di stool bar, menanti dengan sabar mie yang sudah mulai tercium baunya.

"Nih udah jadi, saya bikinin mie nyemek. Kalau enggak enak jangan protes," ujar Langit menyodorkan mangkuk biru navy yang isinya menggoda selera.

"Kok cuma satu mangkuk? Buat Abang mana?" tanya Kinan.

"Saya enggak laper," sahut Langit datar.

Kinan berinisiatif mengambil mangkuk serupa dan menduakan mie yang tadi dibuat Langit.

"Makan! Kita terakhir makan tadi siang, Abang besok mulai kerja dan gue mulai kuliah lagi. Jangan sampe sakit gara-gara enggak makan, konyol banget. Kalau Abang enggak makan, gue juga enggak."

Menu nasi dan mie nyemek yang penuh karbohidrat itu pun menjadi menu makan tengah malam sepasang pengantin baru.

Tak ada suara dari keduanya hingga mie yang ada di mangkuk masing-masing habis tak bersisa.

"Besok kamu ikut ke kantor, ada serah terima jabatan di kantor karena sekda lama pensiun. Jadi semua harus hadir termasuk kamu sebagai ibu Dharma Wanita Persatuan," jelas Langit.

Sontak Kinan kaget hingga air putih yang sedang mengalir ke tenggorokannya menjadi tersendat kemudian tersedak.

"Emang harus gitu? Besok gue ada kuliah, Bang."

"Kuliah apa? Coba bilang, kuliah apa? Jadwal kuliah kamu Selasa sampe Sabtu pagi, kalau Senin enggak ada. Jangan suka boong sama saya," ucap Langit.

Kinan gelisah karena ini akan jadi pengalaman pertamanya menjadi istri seorang Aparatur Sipil Negara.

"Gue mesti gimana, Bang? Ihh...bajunya juga belum jadi tau, skip dulu deh besok. Tar aja bulan depan gimana? Bulan depan masih ada pertemuan kan?"

Langit cuek tak mengindahkan kepanikan istrinya, yang ada ia menuju kamar Kinan yang diikuti si pemilik kamar. 

Lelaki berpundak lebar itu membuka lemari pakaian berwarna coklat yang berdiri kokoh di sisi kiri kamar.

"Ini baju Dharma Wanita yang udah saya jahitkan sesuai dengan ukuran tubuh kamu jadi besok enggak ada alasan buat enggak hadir. Ngerti?"

Kinan melongo karena ternyata suaminya sudah mempersiapkan segala sesuatunya dengan paripurna. Satu pertanyaan di benak Kinan, bagaimana Langit bisa tahu ukuran tubuhnya hingga seragam berwarna orange muda ini bisa begitu pas di tubuhnya.

Shubuh menjelang ketika adzan terdengar berkumandang, Kinan sulit sekali untuk membuka mata. Lelap tidurnya mungkin hanya 4 jam.

"Kinan, bangun! Ayo siap-siap nanti kesiangan, karena undangan serah terima jam 9. Sejam sebelumnya kta udah mesti disana," seru Langit seraya mengetuk pintu kamar istrinya.

Dengan rasa malas yang amat sangat, Kinan menuju kamar mandi. Disaat gadis seusianya masih bergelung selimut, ia harus sudah siap dengan kostum yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya.

Wajahnya disapu make up tipis cenderung asal-asalan, rambut panjangnya cukup diekor kuda saja pikirnya. Kinan benar-benar blank tak tahu harus berdandan seperti apa.

Keluar dengan langkah gontai karena masih mengantuk, Kinan menuju ruang makan. Sudah ada Langit disana yang sedang mengoles roti gandum dengan peanut jam favoritnya.

"Masih ngantuk gue, Bang," keluh Kinan.

Sedari tadi Langit menunduk fokus pada sarapannya. Namun ketika ia mengangkat wajahnya, pejabat golongan 3 itu seolah terhipnotis dengan penampilan berbeda Kinan.

'Cantik amat kamu, Neng.'

"Kenapa, Bang? Ada yang salah enggak?"

Mendadak lidah Langit kelu melihat visual jelita di hadapannya tetapi tak lama ia berhasil menguasai dirinya kembali.

"Enggak...enggak salah kok, cuma ini mau ke kantor. Bukan mau ke kampus jadi jangan dikucir kuda gitu," saran Langit.

"Jadi gimana? Kudu disanggul gitu?" sahut Kinan seraya mengambil 2 rangkup roti gandum yang ia olesi strawberry jam.

Langit pun bingung memberi saran tetapi ia teringat pernah melihat istri rekannya yang tidak berjilbab, "Coba kamu liat tutorial pegawai bank kalau dicepol gitu, pasti ada di youtube."

"Ribet amat, Bang."jawab Kinan sambil mengunyah roti.

Dasar Langit manusia prefeksionis, ia sengaja membuka youtube mencari tutorial bagaimana membbuat cepol ala pegawai bank.

Tak disangka, lelaki yang sudah rapih menggunakan safari hitam lengkap dengan peci diatas kepalanya itu segera ke kamar mencari sisir dan mulai mempraktekkan nya di rambut sang istri.

"Saya coba, enggak apa-apa kan?" ucap Langit meminta izin memegang rambut Kinan.

Sang pemilik rambut nampak pasrah saja cenderung ingin tahu apa yang bisa suaminya lakukan.

"Kinaaannnn..." jerit Langit dengan mata membulat.

Kinan membalikan tubuhnya, "Apa sih lo, Bang?"

"Ini tatto di belakang leher?"

Menutup mulut yang masih penuh dengan roti, Kinan langsung shock. Bagaimana bisa ia membiarkan suaminya mengolah rambutnya sementara tato kupu-kupu tepat berada di tengah tengkuknya.

"Ya gimana? Emang ada dari tahun lalu, udah sih ahh...emang bakal keliatan?"

"Keliatan lah, weekend ini kita ke rumah sakit. Laser pokoknya," titah Langit galak.

Memutar bola matanya, Kinan mengiyakan saja dulu.

"Terus ini rambut gue gimana? Enggak jadi?"

"Terserah kamu pokoknya jangan sampe keliatan, terserah kamu mau ditutup pake apa. Ayo buruan, udah jam 7 ini."

Langit bergegas menuju garasi mengeluarkan Toyota HRV nya sedangkan Kinan berinisatif menggunakan bando hitam dengan bulir mutiara di yang melingkar di sekelilingnya. Rambut yang kini dicat hitam dibiarkan tergerai indah sebatas pundak.

"Kalau kayak gini gimana? Cantik enggak?" tanya Kinan meminta pendapat.

'Kamu mah lagi tidur aja cantik, Neng.'

"Ayo buruan, Kinan!" ajak Langit.

"Jawab dulu, Bang. Biar gue pede ini, ngerti dong ini kan first time bocah kek gue mau gabung sama ibu-ibu," ujar Kinan kesal.

Dengan berat hati untuk pertama kalinya ia harus ungkapkan apa yang ada di hatinya, "Cantik, Kinan. Beneran."

Senyum pasta gigi terkembang dari bibir tipis gadis manis yang sekarang sudah menjadi Nyonya Satria Langit Bhagaskara.

"Bang, nanti gue mesti gimana dan ngapain? Pokoknya Abang jangan jauh-jauh dari gue," pinta Kinan yang semakin gugup karena kini mobil yang dikemudikan suaminya sudah sampai di basement Gedung Sate.

"Iya, cerewet." sahut Langit.

Dengan gagah Langit melangkah pasti, disampingnya kini sudah berdiri sosok wanita cantik yang sudah legal bertitel istri.

Tak kalah menawan si vokalis cantik yang sedang digandrungi anak muda Bandung itu kini bermetamorfosa sebagai istri Aparatur Sipil Negara yang memiliki posisi strategis di kantornya itu.

Menggunakan seragam orange muda dengan sepatu pantofel hitam ala wanita karier membuat Kinan begitu berkharisma.

"Pagi, Pak Langit. Waahhh...Ibu ini, Pak?" tanya seorang staff protokoler yang sedang bertugas mempersiapkan acara.

Langit tersenyum seperlunya seraya mengangguk membenarkan terkaan sang pegawai.

"Sumpah, Bang. Gue keringet dingin ini bukan apa-apa gue takut malu-maluin lo," ucap Kinan panik.

Tak banyak bicara Langit langsung menggenggam erat istrinya hingga jemari mereka bertaut mesra, sang istri sempat terkejut tetapi buru-buru ia kuasai keadaan.

"Wooowww...pengantin baru, masuk-masuk langsung udah harus pake safari gini ya. Gimana lancar jaya kan?" tanya Pak Arman, Asisten Dua Pemprov Jabar.

Langit hanya tersenyum seraya mengenalkan Kinan pada rekan sejawat beserta ibu.

"Posisi beliau striker, Pak. Skill individu nya diatas rata-rata, top scorer lah kalau bobol gawang turnamen antar biro. Enggak tau kalau bobol yang lain," goda staff Pak Arman.

Kinan semakin mengeratkan genggamannya, ia tak bisaa dengan guyonan receh ala bapak-bapak begini.

"Skill lain enggak jauh beda lah, Pak. Permisi kesana dulu," pamit Langit berusaha menghindar khawatir istrinya tak nyaman berlama-lama disana.

Satu demi satu pejabat eselon disalami Langit sekaligus mengenalkan Kinan pada mereka. Tak ada yang harus dikhawatirkan oleh Kinan tentang titelnya sebagai vokalis band yang sedang viral di Bandung karena yang hadir saat ini mungkin para orangtua fans garis kerasnya.

"Bu Naya, idola saya..." sapa Fajar tiba-tiba muncul dari arah belakang membantu staff protokoler.

Mata Langit membulat mendengar suara Fajar. Asistennya itu memang mulutnya sulit sekali dijaga.

"Sorry, Bos. Lagian mereka enggak akan tau siapa Bu Naya."

"Kinan aja, Kak. Disini enggak lagi jadi Naya apalagi dipanggil ibu," sahut Kinan sambil bergidik.

Langit langsung menyambar sebelum Fajar kembali bicara, "Ibu Langit, mulai sekarang panggil Kinan kayak gitu. Ngerti, Jar?"

Memukul pelan pundak lebar suaminya, Kinan protes seraya berbisik.

"Geli gue, Bang. Masa dipanggil begitu, kayak enggak ada panggilan lain aja."

Sementara Fajar tertawa renyah seraya berlalu karena dipanggil rekannya.

"Emang bener kok, disini emang jarang yang dipanggil nama aslinya. Semua pake nama suaminya cuma ditambah Ibu didepannya," terang Langit.

Tak lama gubernur beserta ibu memasuki area pelantikan sekda baru yang terpilih. Satu persatu para pejabat eselon 2,3, dan 4 menyalami sekda baru tersebut.

"Bang, eselon itu apa?" tanya Kinan mendengar protokol menyebutkan para pejabat eselon.

"Kayak tingkatan jabatan struktural di lingkungan pemerintah, di pusat ada di daerah kayak gini juga ada," jawab Langit berbisik sambil antri untuk menyalami pejabat abru.

Kinan mengangguk meski belum paham benar, "Abang eselon berapa?"

"Eselon 2, setingkat dibawah Sekda yang baru dilantik ini."

"Widiiihh...pejabat dong kamu, Bang," puji Kinan dengan volume suara yang meninggi.

Langit melotot dan dibalas cengiran sang vokalis.

"Ini istrinya, Pak Langit?" tanya Ibu Sekda baru.

Langit mengangguk sambil tersenyum, "Betul, Bu. Ini Kinanti, istri saya."

Dahulu setiap ada acara Dharma Wanita, Ibu Sekda baru ini selalu meminta Langit untuk jadi menantunya. Putrinya yang dokter spesialis anak hanya beda 3 tahun lebih muda dibandingnya tetapi ia menolak halus.

"Masih muda banget ya," sambung perempuan paruh baya yang masih on dengan alis setajam celurit.

Kinan mengangguk sopan, untuk kedua kalinya setelah pernikahannya kemarin ia harus menjadi orang lain dan itu membuatnya tak nyaman.

Seorang wanita muda yang tak berseragam menghampiri Langit dan Kinan.

"Punten, Pak Langit. Bu Aliya memanggil Ibu sepertinya mau diajak ngobrol sebentar."

Ibu Aliya adalah istri gubernur Jawa Barat sekaligus Ketua PKK dan Dekranasda provinsi.

Langit cukup berat melepas Kinan tanpanya, khawatir tak bisa membawa diri. Pandangannya tak lepas mengamati gerak gerik wanitanya. Walaupun bagaimana istrinya itu masih belia yang terkadang bertindak seenaknya.

"Enggak akan kenapa-napa kok, Lang. Ada ibu disana," ucap Pak Arif menunjuk istrinya.

Praktis hanya Pak Arif dan Fajar yang tahu kisah pernikahan dadakan Langit. Sosoknya yang kebapakan menjadikannya pengganti ayah bagi laki-laki yang sudah yatim sejak SMA kelas 1.

Langit tersenyum penuh arti, "Khawatir aja, Pak. Takut childish nya kambuh di tengah Ibu-ibu Dharma Wanita."

Faktanya, Kinan mampu berbaur dengan para wanita yang usianya sebaya dengan almarhumah mamanya. Kesan pertama Ibu Aliya pun terlihat positif dimana Kinan selalu dipanggilnya untuk mendekat. Entah apa yang sedang ibu-ibu itu bicarakan. Namun sepertinya istri cantik milik Langit itu menginfokan nomor ponsel pada sang istri gubernur.

Ponsel Kinan memang ada pada saku Langit dan suaminya itu merogoh ponsel dengan case tengkorak milik sang istri di sakunya.

Terlihat ada 2 nomor baru di layar terkuncinya tetapi masih bisa Langit lihat isi pesannya. Pertama, nomor ponsel Ibu Aliya yang meminta Kinan menyimpan nomor handphonenya. Kedua, nomor tak dikenal.

'Gue pastiin pernikahan pura-pura lo enggak bahagia selamanya, Kinan.'

Darah Langit seolah mendidih tiba-tiba. Satu nama sudah dipastikannya sebagai pengirim pesan teror itu.

'Annaya Sekar Kinanti milik gue, Jodi. Dan selamanya akan begitu, enggak akan ada yang bisa ambil Kinan dari gue termasuk lo atau bokap lo yang bajingan itu.'

   

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status