Istri Muda Pilihan Langit

Istri Muda Pilihan Langit

Oleh:  Ivana Arunika  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Belum ada penilaian
21Bab
906Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Memiliki mantan kekasih seorang berbahaya, Kinan dipaksa menikah dengan pria yang sama sekali tidak ia kenal. Langit, aparatur sipil negara yang dipercaya Papa Kinan untuk mendampingi putrinya. Apakah Kinan dan Langit bersedia dinikahkan? Bagaimana kisah pernikahannya?

Lihat lebih banyak
Istri Muda Pilihan Langit Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
Tidak ada komentar
21 Bab
1. Keputusan Papa
"Plaaakkk!!"Tamparan keras mendarat tepat dipipi kiri Jodi. Bentuk kekecewaan yang dilayangkan Kinan ketika mendapati kekasih yang telah 2 tahun dipacarinya itu sedang mengayun tubuh diatas Olivia, kakak tingkat tercantik dan baik hati yang pernah Kinan kenal.Memergoki keduanya di apartemen Jodi ketika Kinan akan membuat kejutan untuk sang kekasih dengan membawa pudding roti caramel kesukaannya.Kinan sudah lama mencium aroma perselingkuhan tetapi sulit untuk melepaskan diri dari Jodi, anak konglomerat kaya di Jakarta. Pacarnya itu selalu memiliki sejuta alasan untuk mengelak dan bodohnya ia percaya begitu saja.Kini ia sudah melihatnya sendiri, berbekal keberanian Kinan memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dengan Jodi."Please, Kinan maafin gue. Kasih gue kesempatan sekali lagi," ucap Jodi memohon."Dimaafin tapi kita tetap selesai!" sahut Kinan seraya berlalu.Masih terekam jelas bagaimana Jodi memohon-mohon hingga bertekuk lutut pada perempuan tercintanya. Tetapi Kinan tak ber
Baca selengkapnya
2. Panik Attack
Flight pagi menuju Palangkaraya, Langit ditemani asistennya Fajar menuju ibukota Kalimantan Tengah.Kondisi fisiknya yang lelah belum lagi pulang dalam keadaan basah kuyup membuat tubuh Langit tak 100 persen fit. Di perjalanan pun ia terlelap hingga akhirnya dibangunkan Fajar ketika landing."Cape banget kayaknya, Bos? Perasaan kemaren sore juga udah cabut," tanya Fajar yang usianya hanya selisih 5 tahun lebih muda dari Langit."Nyampe rumah tetep aja jam 11 malem, ngurusin bocah yang susah diatur dulu," jawab Langit seraya merapikan tampilannya karena akan langsung menuju kantor gubernur Kalimantan Tengah.Fajar mengerenyitkan keningnya tetapi tak bertanya lebih lanjut karena ia hafal betul karakter atasannya itu. 'Nanti juga cerita' begitu yang ada di dalam pikiranya.Bangunan bercat putih dengan ornamen khas suku Dayak menghiasi kantor gubernur Kalimantan Tengah. Bertemu langsung dengan panitia penyelenggara, Langit begitu luwes menyampaikan maksud kedatangannya sebagai utusan Jawa
Baca selengkapnya
3. Final Result
"Saya teima nikah dan kawinnya Annaya Sekar Kinanti binti Billy Rayadinata dengan mas kawin tersebut dibayar tunai," ucap Langiit lantang dengan satu tarikan nafas.Menjabat tangan lelaki bernama Billy Rayadinata yang dahulu adalah ayah angkatnya dan kini menjadi ayah sesungguhnya bagi Langit. Kepala yang terus tertunduk mendengarkan doa yang dipanjatkan seorang ustadz yang sengaja diundang dalam prosesi akad nikah yang super sederhana, jauh dari kata mewah.Ada rasa haru di benak Papa Billy ketika menjabat tangan anak muda yang ia saksikan sendiri tumbuh kembangnya dan kini mendapat limpahan tanggung jawab atas putrinya.Kinan sengaja tidak dihadirkan pada ijab kabul atas permintaan Langit dengan alasan ingin halal lebih dulu baru bertemu padahal sebenarnya ia takut berubah pikiran untuk memperistri perempuan yang lebih pantas menjadi keponakan atau adiknya itu.Papa Billy memeluk menantu barunya itu selepas ijab kabul seraya berucap, "Maafkan papa yang sangat egois sama kamu, Lang.
Baca selengkapnya
4. Mertua dan Adik Ipar
"Nanti siang kita ke Puncak, enggak lama paling juga semalem," ungkap Langit sambil membereskan sofa bed di kamar Kinan yang 2 hari ini menjadi tempat tidurnya.Kinan sedang mengecat kukunya dengan warna beige langsung menoleh, "Ngapain? Ogah ahhh...ntar bersin-bersin lagi, Puncak kan dingin.""Ngapain kamu bilang? Kamu lupa ibu dan adik saya tinggal disana? Saya enggak lahir dari batu jadi saya harus kesana ngenalin kamu yang katanya sekarang istri saya."Konsisten ketus dan dingin, begitulah Langit. Entah bagaimana caranya agar lelaki gagah itu sedikit ramah pada istrinya."Oke," Kinan menjawab seperlunya.Ia bisa apa karena protes pun tak akan bisa dilakukan. Suaminya terlalu istimewa untuk ia bantah.Terlihat tak peduli tetapi Kinan berpikir keras apa yang harus dilakukannya ketika nanti bertemu ibu mertuanya? Apakah ia akan dibenci sama halnya dengan sang putra yang selalu ketus padanya. Belum lagi adik ipar yang katanya lebih menyeramkan dari dosen killer karena menjadi duri dal
Baca selengkapnya
5. Masa Lalu dan Masa Kini
Kinan tak berhenti bersin walaupun sudah menggunakan dua sweater ditambah tubuhnya yang bergelung dengan selimut tebal milik Langit.Langit melirik istrinya dan kembali tak tega melihatnya, ia edarkan pandangannya dan melihat jendela yang tak tertutup rapat. Ada rasa heran karena sore tadi ia menutupnya sendiri tetapi mengapa kini jadi terbuka sedikit."Emhhhh...Kinan, ini kata Ibu suruh pake minyak angin. Katanya biar badannya anget," tawar Langit sambil menyodorkan botol kaca berisi minyak berwarna coklat.Seperti biasanya pria dingin itu bersikap datar dan juga kaku menutupi kegugupannya yang hinggap tiba-tiba.Kinan bangun dari tidurnya, ia menatap Langit dan minyak yang ada di telapak tangan suaminya itu bergantian.Tak lama pintu kamar diketuk dan ternyata Ibu Arini."Kinan, itu minyaknya dibalurin di punggung sama dada ya. Insya Allah lebih baik. Aa, sok balurin punggung sama dadanya Kinan!" titah Ibu.Kinan melotot sambil menggeleng tipis agar Ibu tak melihat."I-iya, nanti di
Baca selengkapnya
6. Back to Real
"Kinaaaaannnn..." Langit tak kalah meninggikan suara.Langit buru-buru memakai kaos yang tadi dibukanya, hanya tersisa boxer brief yang menutup bagian bawah tubuhnya."Lagian Abang, gue udah ketuk pintu enggak ada jawaban. Mana gue tau kalau lo pake headset gitu mana telanjang pula," ucap Kinan membela diri dengan wajah yang masih ia tutup dengan kedua tangannya."Ada apa sih?" sungut Langit yang sudah menggunakan kaos rumahan dengan celana trainning.Kinan membuka matanya perlahan, ada lega yang ia rasakan walaupun jantungnya masih berdisko ria. Mungkin pemandangan seperti ini akan terulang di kemudian hari karena hidupnya kini akan ada di sekitar lelaki bertubuh atletis."Gue laper, kulkas segede gitu isinya cuma susu sama apel 3 biji, anggur tinggal semangkok. Mie instan dimana naronya?" protes Kinan pada teman satu rumahnya itu.Menatap sejenak sang istri seraya menarik nafas, Langit gegas menuruni tangga. Menuju dapur dan membuka rak atas kitchen set nya."Nih, stok mie disini ka
Baca selengkapnya
7. Menantang Bahaya
"Besok gue kuliah pagi, Bang. Kalau dosennya ada semua kuliah sampe jam 3 sore, udah itu gue izin buat latihan sama anak-anak di studio," kata Kinan ketika makan malam tiba. Langit memutuskan untuk tak memberi tahu istrinya jika ia melihat chat dari nomor tak dikenal. Namun bukan Langit namanya jika tak memiliki tindakan preventif. "Ok, besok saya anter sebelum ke kantor. Pulangnya saya jemput, bilang aja jam berapa selesainya dan dimana tempat latihannya," sahut Langit berusaha setenang mungkin agar tak terlihat mengetahui sesuatu. Hati Langit resah luar biasa karena isi chat dari seseorang yang ia yakini itu Jodi. Bahaya mengintai istrinya, rasanya ingin sekali ia melarang Kinan keluar rumah. "Ihhh...enggak usah dianter segala, gue pake motor aja. Nanti pulangnya juga...." "Bisa nurut enggak? Saya bilang saya yang antar dan saya juga yang jemput, ngerti?" Langit memotong ocehan Kinan. Jika sudah seperti itu Kinan tak berkutik. Entah kemana perginya julukan Kinanti si pembangkan
Baca selengkapnya
8. Nyawa Dibalas Nyawa
Langit bersimpuh di hadapan Kinan terbaring lemah di sofa panjang milik ibu baik hati yang bersedia menampung istrinya itu. "Kinan, Sayang..." panggil Langit dengan suara tercekat. Lelaki tampan yang biasanya dingin dan ketus itu mendadak lemah lembut menyapa sang istri, ada tangis yang mati-matian ia tahan. Tak tega rasanya melihat pipi kulit putih bersih itu memerah karena tamparan ditambah darah yang mengering di sudut bibirnya. Kinan bergerak pelan merasakan sentuhan di pipinya, respon tubuhnya menegang. Matanya langsung terbuka waspada. "Ini Abang, Kinan," kata Langit yang untuk pertama kalinya memanggil dirinya dengan sebutan yang sering istrinya panggil. Tak ada suara dari perempuan yang malam ini tampak tak beraturan, ia hanya memeluk suaminya sekencang mungkin dengan air mata yang terus meluruh. Tak ada raungan atau teriakan, Kinan menangis dalam diamnya. Sakit, pasti sakit sekali. Perempuan yang biasanya riang tanpa beban kini terlihat lemah tak berdaya menahan luka f
Baca selengkapnya
9. Mengatur Siasat
"Bang, kok belum siap-siap. Ini udah setengah 8 loh," kata Kinan mengingatkan.Melirik jam dinding yang menggantung di dinding meja makan, Langit menjawab, "Ke kantor tapi siangan, banyak yang harus diurus."Tak curiga, Kinan kembali ke kamarnya. Ia pun memilih tak kuliah, mentalnya belum siap untuk kembali ke kampus. Berusaha tegar tetapi bayang-bayang penyekapan singkat Jodi dan 2 bodyguardnya masih belum hilang dari ingatan."Baru juga cuti kemarin, Bang. Sekarang udah enggak masuk lagi," Kinan khawatir jika Langit keseringan tak masuk akan mempengaruhi kinerjanya."Saya enggak cuti tapi ke kantor rada siang, besok saya ada dinas ke Jakarta, kamu ikut ya. Kuliahnya minta online dulu, nanti saya bantu bilang sama dosen kamu."Sejujurnya Langit masih amat khawatir jika meninggalkan Kinan sendiri termasuk saat kuliah."Bang, yang bener aja masa iya gue ikut lo kerja. Enggak ahhh, lagian mau cari kostum buat hari Sabtu besok. Gue pulang ke rumah aja, disana ada Bi Inah sama Teh Teti,"
Baca selengkapnya
10. Fakta Mencengangkan
Lelaki berkulit gelap yang sepertinya berasal dari benua hitam itu terus mengawasi kedua tamu bosnya, hingga Doni Chivas, begitu orang dekat mengenalnya memintanya untuk pergi."Om cari kamu, Langit. Ke sekolah pun sempat om datangi tapi pihak sekolah kamu enggak kasih info apapun tentang kamu dan ibumu," sesal Doni."Untuk apa, Om? Bukannya Om udah ambil semuanya atau masih kurang?" sindir Langit.Doni terdiam terdengar hanya hembusan napasnya dari ruangan kedap suara itu. Hingar bingar diluar nyaris tak terdengar."Ada hak kamu, ibumu, juga adikmu di perusahaan. Sampai hari ini enggak kami ambil karena om masih yakin kalau suatu hari nanti bakal ketemu kamu atau ibumu. Dan hari ini tiba juga, Langit."Langit mendengkus kesal seraya tersenyum sinis, "Saya enggak ada hak apapun di Daya Asia Corp, Om. Perusahaan almarhum ayah itu Langit Asia Corp sesuai nama saya kalau yang sekarang saya enggak tau menau. Tapi kalau akta perubahan dan lain-lain mungkin Om lebih tau."'Lalu mau apa kamu
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status