Tadi Sully memang marah pada Wira. Sampai ia berlari ke kegelapan malam pun, Sully masih bertekad untuk tidak akan memaafkan pria itu. Tapi ā¦ itu sebelum Wira memagut bibirnya. Sebelum lidah pria itu menyusuri tiap sudut bibir dan membelai lidahnya dengan lembut. Juga sebelum Wira menahan kepalanya agar ia mendongak dan menyerahkan seluruh kendali ciuman pada pria itu. Kini Wira berdiri menanggalkan pakaiannya satu persatu. Kemeja pria itu sudah jatuh ke lantai. Tangan Wira cukup gesit saat melepaskan ikat pinggang, lalu Sully merasa darahnya berhenti mengalir selama beberapa detik saat Wira meloloskan kaus dalamnya. Wira bertelanjang dada. Ia sudah pernah melihat hal itu sebelumnya. Tapi bukan dalam suasana mendebarkan seperti malam itu. Bahu dan lengan Wira yang selalu tertutup kini bisa puas-puas dipandanginya. Ternyata Wira berhenti melucuti pakaiannya sendiri sampai di batas pengait celananya. Padahal liurnya nyaris menetes memandangi pria itu sejak tadi. Sejak penolakan terakhi
Karena hal-hal umum yang tidak perlu dijelaskan kenapa pria A begini dan pria B begini, Wira sengaja mengabaikan pertanyaan Sully yang baginya amat memalukan. Kalau tidak mempertimbangkan Sully yang mengeluh sakit, mungkin ia akan mendorong lebih dalam menenggelamkan bagian tubuhnya.Nyatanya Sully yang terus menggoda dan mengeluh soal kehangatan hubungan, tanpa sadar malah menahan tubuhnya. Sully menahan lengannya dengan cukup kuat agar gerakannya terhenti sementara. Dan di bawah sana, ia harusnya langsung melanjutkan.āGeser ke sini,ā kata Wira, membungkuk untuk menyelipkan tangan di kedua lipatan lengan Sully dan setengah mengangkat tubuh wanita itu bak menggendong bayi. Tak salah juga. Sully baginya memang ibarat bayi karena doyan merengek.āKenapa?ā Sully menoleh bagian ranjang yang baru ditinggalkannya.āBasah,ā jawab Wira singkat. Apa harus dikatakan dengan jelas kalau ia baru saja menggenangi sisi ranjang itu dengan kehangatan yang baru dicurahkannya?āKata teman-temanku enak
Biasanya apa yang dilakukan sepasang suami istri saat baru selesai melakukan percintaan pertama kali? Langsung membersihkan tubuh? Atau tertidur nyenyak? Bagaimana rasanya bangkit dari ranjang dengan tubuh telanjang dan bertukar pandang?Wira akan memilih untuk berpura-pura santai dan tidak berlama-lama menatap Sully.Wira mencium dahi Sully beberapa detik lamanya seraya melepaskan bagian tubuh mereka. Sudut matanya melirik bagian seprai yang membentuk noda basah kecokelatan. Malam itu mereka tak mungkin memakai seprai itu sebagai alas tidur. Ia bangkit dari atas tubuh Sully dan menarik kemejanya dari sudut ranjang untuk ia berikan pada wanita itu.āPakai ini dulu. Handuknya di belakang,ā kata Wira, mengingat bahwa mereka tak mungkin bertelanjang ria menuju kamar mandi yang memang hanya berjumlah satu di rumah itu.Sully meraih kemeja pria itu dan perlahan bangkit untuk memakainya. Sambil memasukkan lengannya satu persatu, ia tidak mau rugi melewatkan pemandangan Wira yang memakai box
Sully memandang tiap senti wajah Wira dengan seksama. Saat bertemu Wira di gapura Desa Giri layang, Sully tidak terlalu jelas melihat wajah pria itu. Dalam remang cahaya, ia hanya melihat Wira cukup lumayan dengan postur tubuhnya yang tinggi berisi. Namun, ia baru menyadari kalau Wira ganteng saat ia tiba di ruang tamu Pak Gagah dan disidang oleh pria tua itu. Dan malam itu, akhirnya Sully bisa melihat Wira dari jarak sangat dekat. Selama di Girilayang, ia dan Wira sangat jarang bertukar pandang. Ia lebih banyak merasa kesal pada pria itu. Kini, satu tangannya menangkup wajah Wira dan mengusap cambang, kumis juga rambut-rambut kasar yang baru akan tumbuh di dagu pria itu. Sully mendongak untuk mengecup bibir Wira sekilas. Balasan Wira hanya usapan lembut di pipinya. āTadi aku minta dibikinin es teh tapi disuruh buat sendiri. āTehnya di sana. Gulanya di sana.ā Gitu kata Bu Emi. Anaknya juga diam aja padahal dengar. Kenapa asisten rumah tangga di sini kaya gitu? Apa karena bukan Mas y
Kali itu pun Sully lupa meminta Wira untuk mengubah pencahayaan kamar ke lampu tidur. Wira sudah menindihnya di bawah lampu terang benderang. Pria itu melumat puncak payudaranya dengan keras. Mulut Sully ternganga karena syok dan sergapan kenikmatan.Saat itu, Wira tidak memberinya pilihan. Mulut pria itu terbenam memanjakan sepasang dadanya. Pinggul yang terus menekan dan menggesekkan bagian tubuh mereka dengan gerakan simultan. Wira memaksa kakinya terentang lebih lebar. Sully tidak bisa menahan dirinya untuk tidak mendesah. Sekejap saja napasnya tersengal bagai lari satu putaran. Wira bergerak sangat cepat. Menurunkan bagian atas lingerienya dan menaikkan bagian bawa pakaian tidur tipis itu hingga bertumpuk di perutnya.Ketika Sully tersengal dengan dada naik turun, Wira menegakkan tubuh dan menelanjangi dirinya sendiri. Sully tidak sempat terkesima atau berpikir soal ukuran kejantanan Wira yang baginya luar biasa. Sully kewalahan. Wira mengambil kendali penuh atas keinginannya dan
Harusnya Sully bermimpi indah saat Wira menepuk-nepuk dan mengusap punggungnya sampai tertidur. Namun, dalam tidurnya ia malah bermimpi hal tak mengenakkan. Mimpi dikejar polisi yang menodongkan pistol, mimpi dikejar ayahnya yang membawa pukulan kasur, juga mimpi dikejar Oky yang membawa kalkulator. Sepanjang malam menuju pagi Sully terus berlarian dalam mimpinya. Dalam mimpi itu ia sangat lelah. Sully mengerang dan meregang. Meluruskan tubuh yang sepertinya hampir sepanjang malam tidur dengan posisi miring. Ternyata rasa lelah berlari dan pegal yang dirasakannya di sekujur tubuh dalam dunia mimpi, benar-benar terjadi. āAduh ā¦,ā erang Sully, meraba-raba bantal dan kembali menariknya ke bawah kepala. āUdah pagi ā¦,ā ucapnya, mengerjap-erjapkan mata menatap bagian ranjang yang telah kosong. Sully meraba ranjang tempat di mana Wira seharusnya berbaring. Sudah dingin. Wira sudah bangun sejak tadi. Ke mana pria itu? āMas ā¦,ā panggil Sully. āMas ngapain? Udah pergi?ā Pintu kamar mengayun
Sully melepaskan Wira, tapi tangannya masih mengusap dan membelai. āBiarin aja. Memangnya Mas mau belanja? Ayo ā¦ udah nanggung, kan? Nanti mandinya sama-sama,ā kata Sully, mencengkeram satu dadanya dan membuat pandangan Wira seketika berpindah ke tempat itu. Wira tak ada mengiyakan. Ia hanya bisa menjawab dengan menunduk dan melumat puncak dada Sully dengan sedikit keras. Sully memeluk lehernya seraya tertawa kecil. Membiarkan ia tenggelam sejenak dengan puncak dada yang selalu membuatnya gemas. Ia lalu menegakkan tubuh. Kali ini dengan wajah sedikit serius. Merapikan rambut Sully dan menuntun mulut wanita itu untuk kembali memanjakannya. Awalnya Wira memejamkan mata menikmatinya. Lalu, ia kembali menunduk dan mengamati bagaimana bibir Sully yang mungil dan penuh melingkari bagian tubuh yang tak pernah dilihat atau disentuh wanita pun selain istrinya itu. Sully mendongak menatapnya. Dua tangannya sudah tak bisa diam begitu saja. Meremas, memijat dan memilin dada Sully seakan memberi
āSebelum Pak Wira ada tiga atasan yang tinggal di sini. Sepanjang itu juga lama saya bekerja,ā jelas Bu Emi.āWah ā¦ udah lama banget berarti. Rumah Ibu dekat-dekat sini, ya? Ke sini naik apa?ā tanya Sully. Pertanyaan itu bukan sekedar basa-basi. Ia memang ingin tahu di mana rumah Bu Emi sampai anaknya sangat ringan langkah ke sana.āDekat, tapi enggak terlalu. Bisa jalan kaki kalau matahari enggak terik. Kalau pagi biasa saya jalan kaki. Pulang dijemput sama anak saya yang laki-laki.ā Bu Emi kembali meletakkan piring terakhir yang baru dibilas ke rak kecil di sebelah bak cuci. āPak Wira bilang, saya enggak usah masak. Cuma racik-racik sayur aja hari ini.āāOh, Pak Wira bilang gitu, ya? Mungkin karena saya lahap makan masakannya kemarin,ā kata Sully setengah menerawang.āKalau gitu saya racik bahan masakan dulu, Bu.ā Bu Emi mengangguk kecil dan mulai membongkar plastik belanjaannya. Dari sudut matanya, Bu Emi melihat rambut Sully juga basah. Sama seperti Wira tadi. Dugaannya tidak mung