Kukira, aku sudah sepenuhnya move on, dan sembuh dari lukaku. Nyatanya, mengetahui aku masih tak ada artinya dalam hidup pria itu, tetap saja masih sesakit ini. Entah ada apa dengan hatiku. Aku juga tidak mengerti. Yang jelas, rasanya sedih dan kembali terpukul dengan kenyataan ini. Apa yang aku harapkan sebenarnya?
Bukankah harusnya aku senang. Karena dengan begitu, dia tidak akan pernah mengusik hidupku dan Kean. Lalu ... kenapa? Apa yang sebenarnya kamu inginkan wahai hati? Seingin itukah kau diakui pria itu? Atau ... ini hanya bagian dari egomu? tapi ... kenapa? Kenapa ucapannya begitu membekas padaku seperti ini? Tuhan ... sebenarnya apa yang terjadi padaku?
“Sayang, Bunda benar-benar minta maaf, ya? Bunda beneran gak tahu kalau tadi itu—”
“Aduh, maaf, aku gak--loh, Rara?!”Deg!Tuhan ... kenapa dari banyaknya manusia yang kukenal, aku harus bertemu dengan wanita ini, sih? Audy!“Rara, kamu apa kabar?” sapanya riang. Sambil tersenyum manis seperti biasanya.“Baik, Kak,” jawabku singkat, juga tanpa minat.Duh! Kenapa, sih, aku harus ketemu wanita ini di sini? Demi apapun, aku malas sekali bicara lagi dengannya. Sekalipun hanya untuk sekedar basa basi. Aku tak—“Sayang, aku udah dapet titipan Mama, nih!”Seakan kurang kejutanku hari ini. Aku pun kembali mendapat kejutan la
Aku tahu ini akan terjadi. Aku tahu, sejak mereka mengetahui keberadaan Kean, mereka pasti akan mulai mengusikku kembali. Bahkan salah satu dari mereka pasti akan menemuiku secara pribadi.Bukannya aku sok PD, atau merasa sok penting sekarang. Namun, mengetahui kenyataan sampai sekarang mereka masih belum juga dikarunia anak, meski sudah sudah hampir lima tahun berumah tangga.Prasangka buruk pun tak urung mulai menghantuiku, seiring dengan pertumbuhan Kean yang semakin mirip ayah kandungnya itu. Karenanya, berbohong tentang kenyataan ayah biologis anak itu makin sulit aku hindari semakin harinya.Ugh ... kenapa pula anakku harus mirip pria galak itu, sih? Apa itu karena saat hamil aku sangat membenci pria itu? Atau, karena anakku ingin mematahkan tuduhan ayahnya tempo dulu.
“Maukah kamu kembali menjadi istri Sean, Ra?”Aku sontak menarik tanganku dari genggaman tangan Kak Audy, saat permintaan itu terucap. Ini tak masuk akal. Tentu saja, bagaimana mungkin dia bisa meminta hal konyol itu dengan lugas seperti itu. Istimewanya, setelah apa yang sudah mereka lakukan padaku. Tentu saja itu tak mungkin aku lakukan. Karena ... Ini benar-benar gila!“Aku tahu ini konyol!” Nah, kan? Dia sendiri mengakui hal itu tanpa harus kuberitahu. “Tapi semua ini demi kebaikan kita, Ra?” Lanjutnya kemudian.“Kebaikan kita? Maksudnya?” tanyaku bingung, karena masih belum bisa menangkap maksud dan tujuan ucapannya barusan. Tepatnya kebaikan siapa saja yang dia maksud? Itu yang ingin aku ketahui.“Iya, kebaikan
“Ken?”“Ya?”“Boleh aku tanya sesuatu?”Aku menatap Ken dengan ragu, saat menikmati makan siang kami hari itu. Ken kadang memang mampir ke Kantorku jika sedang tidak sibuk, dan mengajak aku makan siang, atau sekedar menemani kegiatanku. Dia memang sebaik itu.“Boleh, dong. Tanya apa?” ucap Ken tanpa curiga, seraya menikmati makanannya dengan rakus.Sebenarnya, aku merasa tak enak hati untuk menanyakan hal ini pada Ken. Hanya saja, aku terlanjur penasaran akan satu hal, yang terus menggangguku sejak kemarin. Karenanya, daripada aku tidak bisa tidur memikirkannya, aku sepertinya memang harus meminta kejelasan pada Ken langsung.“
Sebenarnya, setelah mendengar penuturan Aika tentang ‘Mantan Suami’. Aku sangat ingin segera pergi dari tempat ini. Karena aku belum siap bertemu langsung dengan pria galak itu. Namun, karena tak enak pada Kairo dan Aika, aku pun jadi tak berani pamit pergi.Istimewanya, Aika terus saja menggelayutiku dan bilang jika dia kangen ngobrol sama aku. Jadinya, ya aku mana tega meninggalkan dia hanya karena egoku semata. Ken sebenarnya sudah berusaha membantuku untuk bisa pergi segera dari sini, karena aku yakin dia pasti tahu akan ketidaknyamananku.Namun, Aika yang memang sedang sensitif karena hormon kehamilannya itu pun langsung merajuk dan merengek saat Ken mencoba membantuku untuk mencari alasan.Tak ayal, aku pun makin tak tega meninggalkannya, jadi mau tak mau mencoba bertahan sekuat mungkin tetap berad
“Karena Kean ngikutin gue. BAPAKNYA!” sahut Ken jumawa. Namun dengan senyum miris yang dapat kutangkap.Tuhan, ada apa sebenarnya dengan Ken?“Hilih!” Aika mencebik kesal, tetapi sukses membuat aku kembali menegang. Karena takut akan balasan Aika selanjutnya.Kalian tentu tahu, gadis ini kadang sangat ceplas ceplos. Karenanya aku sangat takut dia terbawa emosi dan ....“Sok bener lo, Ken. Ngaku-ngaku aja bisanya.”Deg!Tuhan, aku mohon, jangan sampai Aika keceplosan sekarang!“Kean ‘kan ....”
“Eh? Aduh, Pak? Saya kan udah bilang, tunggu dulu. Kenapa Bapak langsung nyelonong aja, sih?” Anita langsung menghadang Kak Sean. Saat pria itu makin merangsek masuk, membuat pria itu langsung menatapnya kesal. “Awas!” geramnya sambil memberikan kode lewat ekor matanya. “Maaf ya, Pak. Tapi Kantor ini memiliki peraturan dalam menerima tamu. Dan sebagai seorang tamu harusnya Bapak bisa mengikuti prosedur yang kami miliki,” tegur Anita sopan. Namun tak dihiraukan sama sekali oleh Kak Sean. “Kamu itu anak baru kan, di sini? Kamu gak tahu siapa saya. Jadi, kamu jangan lancang!” balas Kak Sean kesal. Sambil menatap Anita dengan galak. “Maaf sebelumnya, Pak. Saya memang anak baru di sini, dan memang belum pernah melihat Bapak s
Mendengar sindiranku barusan, Kak Sean terdiam dengan wajah shock di tempatnya. Dia menatapku dengan tatapan tak terbaca, dan mulai memucat sambil menahan napas. Mungkin, egonya merasa tertampar dengan ucapanku barusan.Namun, pria tak tahu malu ini memang harus aku tegaskan sedari awal. Agar dia tahu posisinya saat ini dan tak berani berharap lagi. Seperti yang pernah aku bilang pada istrinya tempo hari. Kalau soal statusnya sebagai ayah kandung Kean, aku memang tak akan bisa membantah hal itu. Namun, bukan berarti dia bisa seenaknya merasa berhak terhadap Kean atas dasar status itu.Ingat! Bukan aku yang menjauhkan Kean darinya, melainkan dia sendiri yang mendorong pergi dan menyia-nyiakan Kean bahkan sebelum bayiku hadir di dunia ini. Jadi ... aku tidak salah ‘kan ji