Share

Dilema

Rara sedang duduk di ujung sofa depan TV dan menonton acara yang dia sukai. Saat dia fokus menonton TV, Joe tiba-tiba datang dan berbaring di pangkuan Rara. Rara paham, Joe melakukannya agar Mama Joe melihat anaknya bersikap baik dan manis pada Rara.

  “Sampai kapan kita akan disini?” tanya Rara sambil mengusap pelan kepala Joe.

  “Besok pagi kita akan pulang ke rumah.”

Joe memang tidur di pangkuan Rara, namun tangan dan matanya sibuk pada ponsel yang sedang dia mainkan. Rara sedikit mengintip ponsel Joe, dan menyadari bahwa suaminya sedang berkirim pesan dengan Clay, kekasihnya. Rara mendengus pelan, bertanya-tanya kapan Joe akan mengakhiri hubungannya dengan Clay.

  “Kita pulang malam ini saja, Joe.”

  “Kenapa?” Tanya Joe sambil menatap sebal ke arah Rara.

  “Tidak apa-apa. Hanya saja, aku ingin pulang malam ini.”

  “Baiklah kalau itu maumu.”

Joe menuruti keinginan Rara tanpa perdebatan kali ini. Sebenarnya, Rara lebih suka berada di rumah mertuanya, tetapi dia lelah harus terus berpura-pura dan menahan kekesalannya.

Tak lama, Joe tiba-tiba bangun dari pangkuan Rara. Dia duduk dan berbisik pada Rara, “Mulai hari ini, kita akan tidur bersama dalam satu kamar.”

Joe langsung pergi meninggalkan Rara yang sedang membulatkan mata karena tidak percaya pada apa yang baru saja dia dengar.

Apa? Tidur satu kamar? Tiba- tiba begini? Apa lagi yang sedang dipikirkan oleh pria licik itu sekarang? Beribu pertanyaan berputar dalam pikiran Rara, namun enggan untuk keluar dari mulutnya.

Rara dan Joe pulang ke rumah mereka setelah makan malam bersama orang tua Joe. Joe sudah kembali menunjukkan sikap dingin bahkan sejak mereka baru memasuki mobil. Rara tidak mempedulikannya, seolah sudah terbiasa dengan hal tersebut.

*** 

Mereka sudah sampai di rumah dan segera masuk. Rara berjalan menuju kamarnya, namun dia berhenti karena tiba-tiba Joe menahan lengan Rara.

  “Mau kemana?” tanya Joe.

  “Mau masuk kamar.”

  “Aku kan, sudah bilang. Mulai hari ini kita tidur bersama!”

  “Untuk apa? Kita sudah tidak diawasi oleh orang tuamu. Kamu tidak perlu berpura-pura lagi!”

  “Berhenti membantah dan cepat pindahkan barangmu ke kamarku!”

Setelah mengatakan itu, Joe berlalu meninggalkan Rara yang masih mematung.

  “Kamu mau kemana?” tanya Rara yang melihat Joe akan keluar rumah.

  “Aku akan pergi bertemu Clay.”

Joe langsung pergi meninggalkan Rara yang terduduk di lantai. Rara hanya bisa menunduk lemas dan mulai menangis. Apa sebenarnya yang diinginkan oleh suaminya itu? Rara tidak ingin tinggal diam, dia segera merogoh ponselnya dan menelepon Joe.

   “Kembali ke rumah sekarang, atau aku tidak akan pernah mau memberimu keturunan!” Rara sedikit mengancam pada Joe.

   “Apa hakmu mengatakan hal itu?!”

   “Aku tidak main-main, Joe! Aku akan meninggalkan rumah hari ini juga, kalau kamu tidak kembali sekarang!”

Rara segera menutup teleponnya. Dia juga tidak mengerti, apa yang akan dia lakukan saat Joe kembali. Dia hanya tidak ingin diam saja melihat perlakuan Joe padanya. Mulai sekarang, Rara akan bersikap tegas pada suaminya itu. Dia tidak akan membiarkan Joe terus memegang kendali atas hidup Rara.

Tak lama, Joe datang dan membuka pintu rumah dengan kasar.

   “Katakan padaku, apa maumu sekarang?!”

   “Tinggalkan Clay, Joe! Kamu sudah beristri sekarang! Bagaimana kalau orang tuamu tahu tentang hal ini?”

   “Jangan mimpi! Aku tidak akan meninggalkan Clay demi wanita sepertimu! Aku sudah mengatakannya dengan jelas sejak awal!”

   “Baiklah, kalau begitu biar aku mengadukan semua ini pada orang tuamu!”

   “Jangan bertingkah! Aku tidak akan pernah tinggal diam kalau kamu sampai melakukan hal itu!”

   “Aku sudah tidak takut lagi pada ancamanmu!”

   “Aku benar-benar akan menghancurkan hidupmu, Rara!”

   “Lakukan, Joe! Lakukan semua yang kamu mau! Lakukan semua yang kamu bisa untuk menghancurkanku! Hidupku bahkan sudah hancur sejak pertama kali bertemu denganmu!”

Rara berlalu meninggalkan Jo untuk masuk ke kamarnya dan mengunci pintu. Joe mengetuk pintu kamar Rara dengan kasar, namun Rara tidak peduli dan enggan membuka pintu untuk suaminya. Rara sudah benar-benar tidak tahan lagi sekarang. Kapan Joe akan berhenti menemui kekasihnya? Bagaimana kalau Rara dan Joe benar-benar memiliki anak? Rara tidak akan tinggal diam. Kalau Joe tidak bisa berubah, dia akan meninggalkan Joe saat ini juga sebelum mereka memiliki anak dan semuanya menjadi terlambat.

*** 

Rara terbangun dari tidurnya saat tengah malam dan keluar dari kamarnya untuk mengambil segelas air. Dia melihat Joe sedang duduk di ruang tengah sambil bekerja dengan laptopnya. Rara tidak menghiraukannya dan terus berjalan ke arah dapur.

   “Kenapa bangun?” tanya Joe tiba-tiba.

   “Aku haus dan ingin mengambil minum.”

Joe tersenyum manis dan menepuk perlahan dudukan kursi di sebelahnya, mengisyaratkan Rara untuk duduk di sampingnya. Rara duduk tepat di samping Joe tanpa protes.

   “Kenapa?” tanya Rara ketus.

Joe menunduk dan memegang tangan Rara lembut. Rara terkejut, karena Joe bertingkah tidak biasa, bahkan mata Joe terlihat sangat sendu malam ini.

   “Kenapa kamu tiba-tiba bersikap seperti ini?” tanya Rara sekali lagi.

   “Ra, maafkan aku. Aku selalu memperlakukanmu dengan buruk. Padahal, kamu tidak salah.”

   “Sudahlah, Joe. Sudah larut. Kamu tidur saja. Kita bicara lagi besok pagi.”

   “Tidak, Ra. Aku tidak bisa tidur. Kamu benar, aku memang laki-laki berengsek. Aku menyeretmu yang tidak tahu apa-apa kedalam masalah ini.”

Joe menatap Rara sangat dalam, lalu melanjutkan kalimatnya. “Ra, aku akan berusaha menjadi suami yang baik untukmu. Aku akan menjalankan tugasku sebagai suamimu. Tapi...”

   “Tapi apa?”

   “Tapi, aku benar-benar tidak bisa meninggalkan Clay. Kamu boleh marah atau bahkan membenciku, tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa tentang Clay.”

   “Kenapa kamu sangat gigih untuk mempertahankan hubunganmu dengannya? Kamu bahkan tahu, hubungan kalian tidak ada harapan saat ini. Kamu sudah menikah, Joe. Aku tahu, kamu tidak mencintaiku. Tapi, apa kamu tega melihat Clay yang harus terus terikat dengan pria beristri?”

   “Maaf, Ra. Aku memang egois. Aku mencintai Clay dan disaat yang bersamaan, aku tidak ingin kamu pergi meninggalkanku.”

   “Apa kamu tahu bahwa kamu sangat jahat padaku, Joe?”

   “Aku tahu, tolong beri aku waktu untuk berpikir jernih, Ra. Sampai aku bisa meluruskan pikiranku yang rumit, apa kamu mau untuk tetap berada disisiku?”

Rara hanya mendengus pelan. Sejujurnya, Rara tidak mengerti dengan jalan pikiran Joe. Seharusnya Joe berjuang untuk mendapatkan restu dari orang tuanya untuk menikah dengan wanita yang dia cintai. Kalau sudah seperti ini, dia menjadi repot sendiri dan malah harus menyakiti hati orang-orang disekitarnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status