Share

Istri Palsu Tuan Ahli Waris
Istri Palsu Tuan Ahli Waris
Author: gramarind

The Beginning

  “Joe tidak akan menikah, kecuali dengan Clay!” Suara pria itu memenuhi ruangan.

  “Coba saja menikah dengannya! Kamu tidak akan mendapat sepeserpun dari harta Papa!”

  “Tapi, Pa! Joe mencintai Clay. Bagaimana bisa Joe menikah dengan wanita lain?”

  “Cinta hanya masalah waktu, Joe. Kamu akan mencintai istrimu saat sudah menikah nanti.” Kini mama Joe mencoba meyakinkan anaknya.

  “Tapi, ma—“

  “Tidak ada tapi! Pilihannya adalah kamu menikahi wanita lain yang jauh lebih baik, atau kamu pergi dari rumah ini!” ucap papa Joe memotong kalimat anaknya.

Joe hanya bisa mendengus kesal. Mengapa Papanya tidak menyukai Clay?

Joe memilih untuk tidak melanjutkan perdebatan tersebut, lalu keluar dari ruang kerja Papanya. Dia pergi dan mengendarai mobilnya cukup kencang. Kepalanya sangat sakit, karena semua tekanan dari Papanya. Papa Joe hanya memberikannya waktu dua bulan untuk membawa calon istrinya.

  “Dua bulan? Yang benar saja! Aku mencari pendamping hidup, bukan babby sitter,” keluh Joe dalam hati.

Saat dalam perjalanan, mobilnya terhenti di sebuah taman yang terletak di pusat kota. Joe melihat ada seorang wanita cantik sedang duduk sendiri dan terlihat sangat murung. Saat melihat wanita tersebut, muncul ide nakal dari Joe. Dia mencoba mendekati wanita tersebut dan mengajaknya bicara.

Wanita itu bernama Rara. Dia duduk di taman dalam kebingungan karena tidak kunjung mendapat pekerjaan baru. Uang tabungannya semakin menipis, sementara Ibunya terus-terusan meminta Rara untuk mengirimkan uang.

Sebelumnya, Rara bekerja di salah satu cafe ternama. Satu bulan yang lalu, Rara harus berhenti bekerja karena cafenya berganti pemilik. Pemilik baru memecat semua karyawan, termasuk Rara. 

  “Kamu kenapa?” Suara pria asing memecah lamunan Rara.

  “Hmm?” Rara pun menatapnya bingung.

  “Boleh aku duduk?” tanya Joe lagi.

  “Boleh.”

Mendengar itu, Joe akhirnya duduk disebelah Rara.

  “Namaku, Joe.”

Rara hanya mengangguk, masih bingung. Dia tidak mengerti mengapa pria ini tiba-tiba duduk dan mengajaknya berkenalan.

  “Kenapa diam saja? Nama kamu siapa?” tanya Joe sekali lagi.

  “Aku.. Rara.”

  “Kenapa kamu melamun sendirian disini?”

  “Tidak apa-apa, aku hanya ingin menghirup udara segar,” ujar Rara sembari tersenyum. Perkenalan aneh ini setidaknya dapat membuat dia sejenak melupakan bebannya.

  “Kamu tinggal di dekat sini?”

Rara hanya mengangguk.

  “Boleh aku minta nomor ponsel kamu?”

  “Kenapa?” tanya Rara kaget.

  “Aku hanya sedang butuh teman mengobrol. Sepertinya, kamu orang yang cukup asyik.”

  “Kamu salah, aku orang yang membosankan,” Rara kembali tersenyum manis.

  “Masa, sih? Boleh aku coba kenal lebih dekat?” Joe masih merayu Rara.

Rara akhirnya menyerah dan memberikan nomor ponselnya pada Joe. Dia tidak tahu, bahwa Joe sedang mencari mangsa yang akan diajaknya menikah agar Papanya memberikan perusahaan secepatnya. Rara cukup cantik, meskipun dia tidak bisa berdandan.

Untuk penampilan, Joe yakin dapat mengubahnya. Yang penting, dia tidak kebingungan lagi. Calon istri yang diinginkan papanya (wanita baik-baik) sudah ada di depan mata. Lihat, dia terlihat saanagaat polos dan baik. Meski belum mengenalnya lebih jauh, Joe sudah bisa merasakan bahwa Rara adalah gadis yang lugu.

Di tengah percakapannya dengan Rara, ponsel Joe berdering, tertulis nama Clay dilayarnya. Clay adalah wanita yang sudah menjalin hubungan dengan Joe selama dua tahun terakhir. Joe sangat mencintai wanita cantik berambut pirang itu. Sayangnya, papa Joe tidak merestui hubungan mereka karena menurutnya.

Entahlah, Joe juga tidak mengerti bagaimana papanya menilai Clay. Joe memilih untuk tidak mengangkat telepon dari Clay. Dia merasa bersalah pada kekasihnya, sehingga tidak sanggup mendengar suaranya.

Setelah cukup yakin denagn penilaiannya, Joe beranjak dari kursi taman dan berpamitan pada Rara. Rara pun hanya mengangguk pelan. Walaupun senang, dia masih bingung: dari mana datangnya pria ini?

***

“Maaf ya, sebentar lagi aku sampai,” ucap Joe diujung telepon sebelum memutuskan panggilan antara dirinya dan Rara.

Rara lalu menatap nanar keluar jendela. Saat ini, dia sudah tidak tahu lagi harus berbuat apa. Dari semua lamaran pekerjaan yang dia ajukan, tidak satu pun yang menghubunginya.

Disaat yang sama, Joe mengajak Rara untuk bertemu hari ini. Rara pun setuju untuk menemuinya karena dia ingin menghilangkan beban pikirannya sejenak. Gadis itu tak tahu bahwa Joe harus segera mendekati dirinya karena tenggat waktu yang diberikan papanya semakin sedikit. Joe berniat untuk segera menyampaikan tujuannya untuk menikahi Rara hari ini. Joe yakin, Rara adalah calon menantu sempurna untuk orang tuanya.

Setelah tiba di cafe, Joe melihat Rara sedang duduk sambil tertunduk lesu. Dia pun segera mempercepat langkahnya.

  “Halo, Ra! Maaf ya, aku yang mengajak untuk bertemu, tapi malah datang terlambat,” kata Joe sambil menarik kursi dan duduk di hadapan Rara.

  “Tidak apa-apa. Aku juga baru datang,” ucap Rara sambil tersenyum.

  “Padahal aku ingin cepat-cepat bertemu denganmu, tapi malah harus duduk lebih lama di kantor karena pembahasan rapat yang sangat panjang.”

  “Memang kamu bekerja dimana?” Tanya Rara.

  “Aku bekerja di JP corp, perusahaan milik Papaku.”

Rara hanya mengangguk. Dia tidak menyangka akan berkenalan dengan laki-laki dari keluarga yang sangat kaya. Rara tahu perusahaan yang disebutkan oleh Joe. JP corp adalah salah satu perusahaan retail terbesar di kota.

  “Kamu sendiri, bekerja dimana?”

  “Aku tidak bekerja,” Rara tersenyum pahit.

  “Oh, maaf. Aku tidak bermaksud menyinggungmu.”

  “Santai saja. Aku tidak tersinggung.” Rara melemparkan senyum pada Joe.

  “Jadi, karena itu kamu selalu terlihat murung?” Tanya Joe untuk membuat Rara mengikuti rencananya.

  “Memangnya aku murung, ya?”

  “Iya. Kamu terlihat murung, sampai aku bertanya-tanya apa yang sedang kamu pikirkan, “Mau aku beri pekerjaan?” tanya Joe tiba-tiba.

  “Pekerjaan?”

  “Iya. Pekerjaan. Pekerjaan yang menyenangkan dan menghasilkan banyak uang,"

  “Apa itu?” Rara bertanya dengan sangat penasaran.

  “Besok malam, temui aku di taman tempat kita bertemu kemarin. Aku akan memberitahumu disana,” Joe pun tersenyum penuh makna.

Rara pun menyetujui. Meski demikian, Rara bertanya-tanya dalam hati. Mengapa dia tiba-tiba menawari Rara pekerjaan? Apa dia kasihan pada Rara? Mengapa dia baik sekali?

Ada banyak pertanyaan yang tidak berani Rara tanyakan. Sejujurnya, Rara khawatir dan takut karena belum mengenal Joe dengan baik. Tapi, sejak pertemuan kemarin, ada keyakinan aneh dalam diri Rara bahwa Joe bukan orang yang jahat. Dia sopan dan ramah pada Rara. Terlebih, Joe anak dari pemilik perusahaan besar. Tidak mungkin, kan, dia memiliki niat yang jahat?

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status