Home / Romansa / Istri Penebus Hutang / Pernikahan Kontrak

Share

Pernikahan Kontrak

Author: Nabila Gemoy
last update Last Updated: 2024-02-29 14:38:38

“Apalagi yang harus aku pertahankan? Kekasihku sudah berselingkuh dengan temanku, hutang keluarga tidak bisa terbayar, dan sekarang ayah membutuhkan uang untuk biaya operasi. Setidaknya dengan menerima perjodohan dengan Anda, aku terhindar dari lelaki bajingan yang hanya menginginkan tubuhku saja,” keluh Aiska.

Arun terdiam tanpa ekspresi, bahkan ketika mereka sampai di depan ruang IGD, lalu sampai akhir operasi dilakukan. Dalam pikiran Aiska ada sedikit penyesalan, mengapa dia sebodoh itu untuk melontarkan sesuatu yang jelas-jelas tidak ingin dia lakukan. Pada akhirnya, kini Aiska berada di sebuah rumah makan mewah tidak jauh dari rumah sakit. Bagaimana dia berada di sana, tentu saja setelah keterkejutan akan keadaan mendesak sang bapak yang membuat linglung.

“Aku sudah melunasi biaya rumah sakit, kini giliranmu menepati janji,” kata Arun yang kini duduk berseberangan terhalang meja kaca di tengah. Salah satu anak buahnya membawa sebuah map lalu menyerahkan pada Arun. “Ini surat perjanjian pernikahan, aku tahu kita sama-sama tidak nyaman. Kau mengharap hutangmu lunas dan aku butuh istri untuk membungkam mulut kedua orang tuaku. Kita sama-sama untung dengan pernikahan ini bukan?” Arun menyerahkan sebuah map berisi surat perjanjian kontrak pernikahan.

Aiska membaca poin-poin dalam perjanjian, di mana satu sama lain tidak bisa saling mengganggu kehidupan masing-masing meski tinggal serumah. Aiska tidak diizinkan keluar rumah tanpa pengawasan karena Arun takut gadis itu berbuat onar. Poin terakhir, pernikahan tidak bisa diputuskan oleh satu pihak, jika berpisah harus sesuai kemauan bersama. Dalam ketidakberdayaan, Aiska kembali berpikir.

“Aku akan membiayai kuliahmu, kau bisa melanjutkan kuliahmu setelah kita menikah.” Suara Arun kembali bergema.

‘Kontrak ini tidak memberatkan diriku, kurasa ini aman. Daripada aku harus mengemis menahan sakit hati karena ulah kekasih dan teman brengsekku yang berselingkuh, pernikahan ini lebih baik.” Aiska melirik ke arah Arun sebentar, sungguh sampai saat ini dirinya tidak pernah melihat lelaki itu tersenyum. ‘Jika suatu saat kami bercerai masa depanku terjamin,” pikir Aiska membaca pasal perceraian, gadis itu mantap berpikir jika Arun pasti akan membuangnya setelah tidak butuh.

“Langsung tanda tangan jika kau tidak ingin menambah poin dalam perjanjian pernikahan kontrak ini!”

“Tidak Tuan, saya tidak keberatan dengan isinya,” ungkap Aiska.

“Baiklah, aku rasa anak buahku sudah menyiapkan pernikahannya. Mari kita ke ruang rawat inap bapakmu!”

“Apa!”

“Kita akan menikah hari ini juga.” Arun bangkit berdiri hingga membuat kursi yang diduduki berderit.

“Apa tidak terlalu cepat?”

“Kenapa kau kecewa pernikahan digelar di rumah sakit ini, tanpa pesta dan tamu undangan? Kau ingin mengadakan pesta pernikahan—”

“Bukan demikian.” Aiska cepat-cepat menggeleng, mengelak tuduhan Arun. “Tuan, tapi apa ini tidak terlalu cepat?”

“Bukankah lebih cepat lebih baik? Atau kau mau aku memintamu mengembalikan hutang keluargamu sekarang juga dan kau berakhir dengan bajingan yang mengganggumu tadi?”

Kalimat skak mat dari ucapan Arun membuat Aiska melongo. Bak keledai dia mengekor Arun yang sudah lebih dulu berjalan keluar rumah makan. Tak mau lagi membantah, Aiska menerima semua dengan ikhlas. Toh dia pasti akan malu jika sampai mengadakan acara pesta, karena dia menikah dengan pria tua hanya sebagai penebus hutang.

"Saya terima nikah dan kawinnya Aiska putri mikaila binti Bapak Sudrajat dengan mas kawin tersebut dibayar tunai," ucap Arun lancar.

"Sah.”

Pernikahan hanya dihadiri keluarga inti Arun di hadapan Bapak Aiska yang masih terbaring lemah pasca operasi. Aiska terlihat cantik meski hanya dalam balutan gamis warna putih yang dikenakan.

“Semoga kalian hidup rukun dan bahagia.” Kalimat yang meluncur dari bibir sang bapak sewaktu Aiska menyalami tangan keriput itu.

Setelah keluar dari ruangan sang bapak, muncul Farid. Dia tampak marah saat melihat Arun bersama Aiska.

"Untuk apa kamu datang kemari? Aku sudah tak butuh bantuan kamu," ucap Aiska kesal.

"Berapa kamu menjual diri pada pria tua ini? Aku akan menggantinya, asal kamu mau kembali padaku," kata Farid sehingga membuat Aiska kesal.

Plak

"Aku tak pernah menjual diri," bentak Aiska. "Aku tidak sekotor dirimu yang suka zina," bantah Aiska.

"Sudah jangan ganggu Aiska lagi, dia sekarang sudah sah menjadi istriku," kata Arun.

Farid tampak terkejut, dia tidak menyangka Aiska akan menikah secepat itu. Sebagai pria yang mencintai Aiska, Farid tak terima.

"Aku tak percaya, kalian pasti membohongiku," bantah Farid. "Mana buktinya kalian sudah menikah!" pinta Farid masih tak percaya.

"Tanya saja pada orang tua Aiska di dalam," ucap Arun.

Arun menarik tangan Aiska agar ikut pergi dengannya. Farid yang masih tak percaya mengejar mereka hingga ke parkiran rumah sakit.

"Kalian menikah pun tak akan membuatku berhenti mengganggu Aiska. Aku akan dapatkan Aiska kembali," kata Farid.

"Hanya pria bodoh yang berusaha mengganggu istri orang," ucap Arun.

Farid tak terima dianggap bodoh oleh Arun, dia menarik baju Arun dan melayangkan bogem ke wajah Arun. Arun merasa sudut bibirnya mengeluarkan cairan merah. Dia menatap nyalang pada Farid, terjadilah pertikaian diantara mereka.

"Stop...," teriak Aiska tapi tak diindahkan oleh keduanya. Mereka masih saling serang hingga akhirnya Aiska mendekati mereka.

Farid yang tak melihat Aiska mendekat melayangkan pukulan pada Arun. Sayangnya, pukulan itu justru mengenai Aiska. Hingga Aiska jatuh pingsan, Arun segera menopang tubuh Aiska.

"Aiska...bangun...," panggil Arun tapi Aiska tak kunjung sadar.

"Ais...bangun maafkan aku, aku tak sengaja," ucap Farid mulai panik. "Semua salahmu," ucap Farid menyalahkan Arun.

Farid berniat mendekat ke arah Aiska, tiba-tiba lengannya di tahan seseorang dari belakang. Farid menoleh melihat siapa orang tersebut.

"Tinggalkan dia," ucapnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Penebus Hutang   Bram Di Tangkap

    Di tempat kejadian, polisi ternyata menemukan barang bukti berupa korek api. Ternyata korek api itu milik pelaku penusukan Ningsih.Arun mendapatkan kabar dari pihak kepolisian, dia segera datang ke kantor polisi pagi itu."Bagaimana apa sudah ada info, Pak?""Benar dugaan Pak Arun. Pelakunya adalah Bram. Kami sudah memeriksa sidik jari dari barang bukti yang tertinggal."Pagi itu, polisi melakukan penangkapan terhadap Bram. Bram yang tidak tahu akan kedatangan polisi tidak bisa kabur."Pak Bram, anda kami tanggapi atas kasus penusukan Ibu Ningsih." Polisi itu memberikan surat penangkapan Bram."Jangan asal menuduh, Pak!""Kamu punya buktinya." Polisi lalu membawa Bram.Nesya yang hari itu hendak ke rumah Bram melihat penangkapan Bram. Dia pura-pura tidak melihat, dia tidak ingin di seret dalam kasus itu."Bodoh sekali dia, sampai ketahuan." Nesya merasa panik, dia takut Bram membuka suara.Sampai di kantor polisi, Bram tidak bisa mengelak lagi. Bukti sudah di tangan polisi, dan dia h

  • Istri Penebus Hutang   Mencelakai Aiska

    Arun siang itu datang ke rumah Aiska. Dia akan makan siang di sana karena sudah janji dengan Aiska."Mas, akhirnya kamu datang juga," ucap Aiska. "Tadi kamu ngerjain kerjaan rumah sendiri dong," kata Aiska."Ya iya mau gimana lagi, kamu kan harus temani ibu," kata Arun."Terimakasih, Mas. Kamu sudah pengertian," kata Aiska tersenyum.Mereka lalu makan siang bersama, setelah itu Aiska mengajak Arun ke pasar. Arun yang tidak biasa ke pasar merasa aneh. Apalagi di pasar cukup lama.Arun membantu Aiska membawa barang belanjaan karena belanjaan mereka cukup banyak. Karena tidak sanggup hanya berdua saja, Arun meminta bantuan kuli panggul yang ada di pasar untuk membantunya."Kamu Juragan Arun, kan?" tanya kuli panggul itu yang tampak mengenal Arun."Iya, Pak," jawab Arun."Kenapa Juragan ke pasar? Biasanya kan istri Juragan belanjanya di mall," kata kuli itu yang tidak tahu kalau Arun sudah tidak bersama Nesya."Dia bukan istriku lagi, Pak. Kami sudah lama bercerai. Sekarang dia yang istri

  • Istri Penebus Hutang   Kehilangan Bapak

    Aiska sadar dari pingsannya, dia menangis sesegukan. Dia tak menyangka jika bapaknya akan meninggalkan dirinya lebih cepat."Bu, apa yang terjadi sama bapak?" tanya Aiska."Bapakmu jatuh dari sepeda motor," jawab Ningsih sedih. "sepeda motornya mengalami rem blong," sambungnya.Aiska benar-benar kehilangan, dia sedih sekali. Arun, selalu menemani Aiska di sampingnya. Sampai pemakaman selesai, Aiska masih di sana."Mas, kamu pulang saja ya. Aku akan menginap di sini sampai tujuh hari bapak," kata Aiska."Iya, nanti malam aku balik lagi," kata Arun.Keluarga Arun ikut berbela sungkawa, mereka datang ke rumah Aiska sejak mendengar kabar kematian besannya itu."Aiska, kamu yang sabar ya. Jangan terlalu banyak pikiran, ingat kamu sedang mengandung,' pesan Nawang."Iya, Ma," ucap Aiska.Sore itu rumah tampak ramai karena saudara dan tetangga silih berganti mengunjungi rumah Aiska. Aiska juga melihat ada orang tua Maya yang datang. Hanya Ningsih yang menyambut mereka, Aiska memilih menyambut

  • Istri Penebus Hutang   Perasaan Aneh

    Beberapa hari tinggal hanya berdua dengan Aiska membuat Arun menjadi tahu banyak hal tentang Aiska. Bahkan Arun mulai menerima Aiska. Sayangnya kebahagiaan mereka tidak berlangsung lama. Nesya kembali mendatangi Arun, dia mulai menggoda Arun kembali."Arun, aku merindukan kamu," kata Nesya sore itu. Dia dengan berani mendatangi rumah Arun.Di sana ada Aiska juga tetapi Aiska memilih untuk diam saja. Dia ingin tahu, seberapa beraninya Nesya."Kita sudah tidak ada hubungan lagi," kata Arun. "lagian untuk apa aku memaafkan tukang selingkuh seperti kamu," sambung Arun."Arun, aku menyesal. Aku janji tidak akan mengulanginya. Percayalah Arun!" pinta Nesya.Nesya terlihat sangat sedih, tetapi Arun tak peduli."Pergilah dari sini! Jangan ganggu aku dan Aiska lagi," usir Arun mendorong Nesya agar keluar dari rumahnya."Arun....Arun...," panggil Nesya. Arun segera menutup pintu rumahnya. Dia enggan sekali bertemu dengan Nesya. Arun menatap Aiska yang sedari tadi diam."Kalau dia ke sini lagi

  • Istri Penebus Hutang   Nyuci Berdua

    Setelah kepulangan Nawang dan Arman, Aiska masuk ke dalam rumah. Dia melihat Arun yang memainkan ponselnya di atas ranjang."Tega sekali mereka, ini pasti kerjaan kamu, kan," tuduh Arun."Bukan, Mas. Mereka sendiri yang melakukannya," kata Aiska."Bulshit..," ucap Arun kesal."Mas, itu cucian numpuk. Kemarin ibu belum sempat nyuci," kata Aiska.Arun dengan malas mengambil baju kotor di dalam keranjang dan membawanya ke tempat cuci. Aiska melihat Arun tampak kebingungan menggunakan mesin cuci."Ini di putar dulu, terus diisi air pakai selang ini. Masukin bajunya sama kasih detergen. Tunggu sampai airnya penuh," kata Aiska menjelaskan.Arun yang tak tahu menahu nurut saja dengan intruksi Aiska. Namun, Arun terlalu banyak memberikan detergen ke mesin cuci."Kebanyakan itu, Mas. Harusnya sedikit saja," kata Aiska sembari mengambili detergen yang belum tercampur dengan air."Ribet banget sih," gerutu Arun. "Setelah ini apa lagi tugasku?" tanya Arun."Sambil nunggu mencuci, kamu nyapu sama

  • Istri Penebus Hutang   Berjuang Sendiri

    Aiska sudah mendapatkan giliran untuk periksa. Alhamdulillah, kandungannya baik-baik saja. Nawang bersyukur sekali karena kandungan Aiska tidak bermasalah.Dokter memberikan obat mual untuk Aiska. Nawang sangat memperhatikan Aiska, sehingga apapun yang Aiska mau selalu dituruti."Aku heran kenapa Arun masih saja membenci kamu," kata Nawang. "Padahal kamu sudah mau hamil anaknya. Mama janji akan bantu kamu mendapatkan Arun," kata Nawang.Nawang meyakinkan Aiska agar tidak menyerah. Bahkan Nawang yakin jika suatu saat Arun akan mencintai Aiska."Terimakasih, Ma. Mama sudah meyakinkan Ais," ucap Aiska."Tadi kamu kenapa lama di kamar mandi?" tanya Ningsih.Aiska menceritakan kalau ada orang yang menguncinya di dalam kamar mandi. Tetapi dia tidak menyebutkan nama orang itu pada Nawang dan Ningsih."Sepertinya banyak yang memusuhi kamu, kamu harus hati-hati, Ais," kata Nawang mengingatkan."Iya, Ma," balas Aiska.Sampai di rumah, Arun sudah pulang. Dia tampak biasa saja saat melihat Aiska

  • Istri Penebus Hutang   Rencana Yang Gagal

    Setelah Bram mendapatkan imbalan dari Nesya, dia segera menjalankan rencananya. Dia tak ingin melihat Arun bahagia, dia sudah diselimuti oleh perasaan dendam.Sore itu, Aiska biasa melakukan jalan sore di sekitar komplek. Aiska tidak pernah sendiri, ada pembantunya yang menemani dia."Bi, sore ini kok tumben sepi ya," kata Aiska melihat jalanan yang tidak ada orang berlalu lalang seperti biasanya."Mungkin belum pada pulang dari kerja, Non," ucap pembantu Aiska.Mereka berjalan menuju ke taman, sering jalan bisa mempermudah persalinan. Aiska ingin melahirkan secara normal san lancar. Maka dari itu setiap sore dan pagi dia jalan santai.Saat hendak menyebrang, dari arah lain ada mobil yang melaju dengan kencang. Mobil itu hampir saja menabrak Aiska. Namun, pembantunya justru yang tertabrak karena menghalangi Aiska.BrakkTubuh pembantu itu berguling di aspal, sementara mobil yang menabrak langsung pergi. Aiska yang shok langsung terduduk lemas. Melihat sang pembantu tak sadarkan diri,

  • Istri Penebus Hutang   Amarah Nesya

    "Sialan....," teriak Nesya sembari membanting ponselnya ke lantai. "Suara itu menjijikan sekali, ini pasti ulah wanita kampungan itu," kata Nesya.Desahan Aiska dan Arun masih terngiang di telinga Nesya. Dia tak bisa memejamkan mata, dia tak bisa tidur. Dia memilih untuk mendatangi Aiska di rumah Arun.Sampai di rumah Arun, lampu sudah padam. Kemungkinan sudah pada tidur.Nesya menggedor pintu rumah Arun, lampu menyala. Dan Arun membuka pintu."Aku sudah yakin kalau kamu yang datang," kata Arun."Mana wanita kampungan itu, dia sengaja memamerkan kemesraan itu kan," kata Nesya."Sayang, siapa?" tanya Aiska yang muncul di belakang Arun. Aiska memakai piyama tidur, dia terlihat lebih cantik dari Nesya. "Oh kamu, udah dengar ya tadi. Ups pasti kepanasan," kata Aiska."Kurang ajar kamu," pekik Nesya hendak meraih rambut Aiska. Namun, Arun melindungi Aiska."Pergi! Jangan buat keributan di sini!" usir Arun."Gak, aku gak akan pergi," kata Nesya menerobos masuk ke dalam namun dihalangi Arun.

  • Istri Penebus Hutang   Resiko Ditanggung Sendiri

    Arun berdiri di ambang pintu, ternyata dia menyusul Aiska ke rumah sang mertua."Juragan, silahkan masuk!" perintah Pardi.Arun masuk, dia duduk di kursi tunggal dekat Sinta. "Jangan pernah sangkut pautkan Aiska dengan masalah Maya. Aku gak akan tega Aiska dekat kembali dengan Farid," kata Arun. "Harusnya Maya malu, dia sudah menyakiti Aiska, tetapi masih saja ingin meminta tolong," kata Arun."Juragan, aku mohon! Hanya Aiska yang bisa membantu Maya," kata Sinta memohon penuh iba."Itu semua salah Maya sendiri. Dia yang sudah melakukan kesalahan jadi resikonya buat dia tanggung sendiri," kata Arun. "Lagi pula sekarang Aiska bukan lagi teman Maya," lanjut Arun.Pardi akhirnya angkat bicara, dia yang sejak tadi menyimak akhirnya bersuara."Aku yakin ada cara lain, tanpa melibatkan Aiska. Lagi pula Aiska juga sudah punya kehidupan sendiri. Jangan ganggu dia lagi!" ucap Pardi."Aiska, Ibu mohon bantu Maya," kata Sinta."Maaf, Bu. Aiska gak bisa," kata Aiska."Ibu.. ngapain sih ke sini? M

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status