Share

Tangis Aiska

Author: Nabila Gemoy
last update Last Updated: 2024-02-29 14:41:12

Aiska tidak lama di kampus, mereka lalu pulang kembali. Sampai di rumah ada mobil yang asing bagi Aiska karena itu bukan mobil keluarga Arun.

"Juragan, sepertinya ada tamu," kata Aiska.

Arun mengabaikan Aiska dan masuk ke dalam rumah. Dia melihat wanita yang selama ini dia cintai berada di sana.

"Nesya mengapa kamu ke sini lagi?" tanya Arun.

Aiska melihat Nesya mendekati Arun dan memeluknya. Arun sama sekali tak menolak pelukan Nesya.

"Aku kangen kamu sayang, beberapa hari ini kamu tidak menemui aku. Makanya ku beranikan datang kemari. Aku takut dengan adanya wanita itu akan menggantikan posisi aku di hati kamu," jawab Nesya.

"Nesya, aku ngerti tapi tolong jangan sering ke sini. Aku akan temui kamu nanti," kata Arun.

Nesya semakin erat memeluk Arun saat melihat ada Aiska. Dia sengaja membuat Aiska cemburu. Aiska yang sudah tak mampu melihat adegan selanjutnya segera masuk ke kamar.

"Sayang, apa kamu yakin tidak akan mencintai wanita itu?" tanya Nesya. "Aku ingin kita segera kembali, Arun," sambung Nesya.

"Sabar, semua butuh waktu," ucap Arun.

Arun meminta agar Nesya segera pulang, dia berjanji akan menemuinya nanti malam. Nesya senang sekali sehingga mau pulang. Sementara itu Aiska menangis di dalam kamarnya.

Dadanya terasa sesak saat melihat sang suami di peluk oleh wanita lain. Apalagi Nesya adalah mantan istri Arun yang masih dicintai Arun.

"Rasanya aku tak sanggup," ucap Aiska mengusap air matanya. "Sampai kapan begini?" tanya Aiska.

Derai air mata membasahi pipi Aiska. Ada rasa sesal karena telah menikah dengan Arun. Tapi dia melakukan semua demi keluarganya.

Arun masuk ke kamar, dia melihat Aiska menangis. Dia acuh saja dan memilih untuk ganti baju lalu pergi lagi. Tak ada kata pamit atau apa pada Aiska, Arun pergi begitu saja.

Tiba-tiba ponsel Aiska berdering, panggilan dari nomor tak di kenal. Aiska yakin itu Farid, dia enggan untuk mengangkatnya. Apalagi hatinya sedang tidak baik-baik saja.

Sebuah pesan muncul dilayar ponsel Aiska.

"Ais, apa sih istimewanya dirimu. Hingga Farid enggan melepaskan kamu? Padahal aku yang sudah berkorban untuk dirinya tapi tetap saja kamu yang dia harapkan. Aku minta bantu aku dapatkan hatinya Farid," pesan itu ternyata dari Maya.

"Apa sih maunya dia? Bukannya dia sudah mendapatkan Farid? Untuk apa meminta bantuanku?" ucap Aiska kesal.

Selalu saja ada masalah yang hadir, Aiska ingin mencurahkan semua tapi gak ada yang bisa dia ajak curhat. Dulu selalu ada Maya tempat dia berkeluh kesah, tapi sekarang dia sangat membenci Maya.

Aiska meletakkan ponselnya kembali, dia terlalu pusing memikirkan hubungan dengan Arun. Dia tak bisa menambah beban pikirannya dengan memikirkan permintaan Maya.

Di dalam rumah sebesar itu, Aiska merasa kesepian. Arun sering pergi tanpa ingin mengajaknya bahkan izin padanya pun tidak sama sekali. Makan sendirian, tidur juga sendirian.

Tok tok tok

Aiska membuka pintu, dia terkejut dengan kedatangan Maya.

"Aiska, maaf aku terpaksa meminta alamat kamu pada orang tua kamu," kata Maya.

"Apa maunya?" Sentak Aiska.

Masih teringat jelas bagaimana saat Maya dan Farid menghianatinya. Apalagi itu terjadi di saat dia dalam masalah.

"Aiska, aku tahu aku salah. Tapi aku sangat mencintai Farid. Bisakah kamu bujuk Farid agar mau menikahi aku?" tanya Maya.

"Maaf, aku tidak bisa," jawab Aiska.

"Ais, kenapa kamu sombong sekali? Apa kamu tak ingat dulu aku yang selalu membantu kamu saat kamu ada masalah dengan Farid. Kenapa sekarang kamu enggan membantuku?" tanya Maya. "Apa karena sekarang kamu sudah jadi istri pria kaya sehingga lupa dengan sahabat kamu sendiri?" tanya Maya.

"Sahabat? Sahabat macam apa yang mengkhianati sahabatnya sendiri?" tanya Aiska. "Harusnya kamu malu, Maya. Bukannya malah mengemis meminta bantuan padaku. Mungkin urat malumu sudah tak ada sehingga kamu begitu percaya diri mendatangi aku," kata Aiska kesal.

Kedatangan Maya hanya menambah beban pikirannya saja. Dia tak lagi menganggap Maya sahabat sejak kejadian itu. Kejadian yang tak pernah Aiska lupakan sepanjang hidupnya.

"Kamu berubah Aiska, mentang-mentang jadi orang kaya sudah gak butuh Sabahat kamu ini. Aku juga gak butuh bantuan kamu, ini terakhir kalinya aku meminta bantuan kamu," bentak Maya.

Maya seakan tak mau di salahkan atas perselingkuhannya dengan Farid. Dia malah memojokkan Aiska seakan Aiska yang tidak membutuhkan dia dan lupa dengan sahabatnya.

"Pergi sekarang!" usir Aiska menunjuk pintu keluar.

"Dasar sombong!" Omel Maya lalu pergi dari rumah Arun.

Sepanjang perjalanan pulang dari rumah Arun, Maya diselimuti emosi yang sangat besar. Dia mengendarai sepeda motornya dengan kecepatan tinggi.

"Aku gak menyangka Aiska sesombong itu. Suaminya memang kaya tapi dia kan sudah tua. Aku harus buat dia malu," kata Maya.

Terbesit sebuah ide di kepala Maya. Dia tidak akan membiarkan Aiska hidup bahagia jika dia belum bisa mendapatkan Farid seutuhnya.

Sementara itu Aiska merasa bosan di dalam rumah. Dia merasa terkurung, tak ada kegiatan apapun yang bisa membuat dia senang.

Sampai malam, Arun tak kunjung pulang. Aiska tahu Arun pasti menemui Nesya. Dia terpaksa tidur sendiri dan mencoba mengabaikan Arun.

Pagi itu Arun sudah berada di meja makan. Tak ada percakapan diantara Arun dan Aiska. Arun meminta supirnya mengantar Aiska ke kampus. Dengan malas Aiska pergi ke kampus tempat dia menimba ilmu.

"Aiska...apa benar kabar yang beredar?" tanya Salah satu teman Aiska.

"Kabar apa?" tanya Aiska heran.

"Kabarnya kamu sudah menikah, dan suami kamu itu pria tua ya. Kenapa kamu mau sih menikah dengan pria tua?" tanyanya.

Aiska tak menyangka kabar pernikahan dia dan Arun sudah tersebar. Dia pasti akan di hujat karena menikah demi membayar hutang.

"Kok kamu diam saja. Berarti benar dong kabar itu," katanya lagi.

Aiska mengabaikan mereka, dia memilih masuk ke dalam kelasnya. Di sana suasana sangat gaduh namun saat Aiska masuk berubah jadi sepi.

"Aiska, dibayar berapa kamu nikah sama pria tua itu?" tanya teman pria Aiska.

Aiska tak menjawab, dia memilih untuk segera duduk. Dia mencoba mengabaikan pertanyaan teman-temannya.

"Akhirnya kita ketemu lagi, ingat Aiska! Aku tidak akan melepaskan kamu," kata Farid.

Ponsel Aiska bergetar ada pesan masuk. Dia melihat temannya mengirimkan sebuah foto pernikahan dia dan Arun. Namun, wajah Arun tidak terlihat karena terhalangi.

"Jika kamu ingin bercerai, aku akan bantu kamu. Aku tahu kamu tidak bahagia," kata Farid.

"Diam atau ku sobek mulutmu itu," bentak Aiska seketika membuat semua orang menoleh ke arahnya. "Kamu kira aku Sudi kbali dengan bajingan seperti kamu," ucap Aiska.

Aiska meninggalkan kelasnya, dia enggan ikut kelas pagi ini. Dia ingin menguatkan hatinya terlebih dahulu.

Hati Aiska bukanlah batu, dia juga bisa merasakan sakit atas apa yang diucapkan Farid. Saat ini memang dia tidak bahagia dengan pernikahannya. Tetapi, dia akan berusaha untuk mendapatkan hati Arun dan keluarganya.

Dalam perjalanan pulang, Aiska dapat melihat dua insan sedang saling berpelukan. Dia segera turun dari taxi dan menghampiri kedua orang itu.

"Apa yang kalian lakukan di sini?" tanya Aiska. Seketika keduanya menoleh ke arah Aiska yang berdiri tidak jauh dari tempat mereka berada saat ini.

Hati Aiska semakin sakit saat melihat tangan keduanya masih saling bertautan dan tak dilepaskan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Penebus Hutang   Bram Di Tangkap

    Di tempat kejadian, polisi ternyata menemukan barang bukti berupa korek api. Ternyata korek api itu milik pelaku penusukan Ningsih.Arun mendapatkan kabar dari pihak kepolisian, dia segera datang ke kantor polisi pagi itu."Bagaimana apa sudah ada info, Pak?""Benar dugaan Pak Arun. Pelakunya adalah Bram. Kami sudah memeriksa sidik jari dari barang bukti yang tertinggal."Pagi itu, polisi melakukan penangkapan terhadap Bram. Bram yang tidak tahu akan kedatangan polisi tidak bisa kabur."Pak Bram, anda kami tanggapi atas kasus penusukan Ibu Ningsih." Polisi itu memberikan surat penangkapan Bram."Jangan asal menuduh, Pak!""Kamu punya buktinya." Polisi lalu membawa Bram.Nesya yang hari itu hendak ke rumah Bram melihat penangkapan Bram. Dia pura-pura tidak melihat, dia tidak ingin di seret dalam kasus itu."Bodoh sekali dia, sampai ketahuan." Nesya merasa panik, dia takut Bram membuka suara.Sampai di kantor polisi, Bram tidak bisa mengelak lagi. Bukti sudah di tangan polisi, dan dia h

  • Istri Penebus Hutang   Mencelakai Aiska

    Arun siang itu datang ke rumah Aiska. Dia akan makan siang di sana karena sudah janji dengan Aiska."Mas, akhirnya kamu datang juga," ucap Aiska. "Tadi kamu ngerjain kerjaan rumah sendiri dong," kata Aiska."Ya iya mau gimana lagi, kamu kan harus temani ibu," kata Arun."Terimakasih, Mas. Kamu sudah pengertian," kata Aiska tersenyum.Mereka lalu makan siang bersama, setelah itu Aiska mengajak Arun ke pasar. Arun yang tidak biasa ke pasar merasa aneh. Apalagi di pasar cukup lama.Arun membantu Aiska membawa barang belanjaan karena belanjaan mereka cukup banyak. Karena tidak sanggup hanya berdua saja, Arun meminta bantuan kuli panggul yang ada di pasar untuk membantunya."Kamu Juragan Arun, kan?" tanya kuli panggul itu yang tampak mengenal Arun."Iya, Pak," jawab Arun."Kenapa Juragan ke pasar? Biasanya kan istri Juragan belanjanya di mall," kata kuli itu yang tidak tahu kalau Arun sudah tidak bersama Nesya."Dia bukan istriku lagi, Pak. Kami sudah lama bercerai. Sekarang dia yang istri

  • Istri Penebus Hutang   Kehilangan Bapak

    Aiska sadar dari pingsannya, dia menangis sesegukan. Dia tak menyangka jika bapaknya akan meninggalkan dirinya lebih cepat."Bu, apa yang terjadi sama bapak?" tanya Aiska."Bapakmu jatuh dari sepeda motor," jawab Ningsih sedih. "sepeda motornya mengalami rem blong," sambungnya.Aiska benar-benar kehilangan, dia sedih sekali. Arun, selalu menemani Aiska di sampingnya. Sampai pemakaman selesai, Aiska masih di sana."Mas, kamu pulang saja ya. Aku akan menginap di sini sampai tujuh hari bapak," kata Aiska."Iya, nanti malam aku balik lagi," kata Arun.Keluarga Arun ikut berbela sungkawa, mereka datang ke rumah Aiska sejak mendengar kabar kematian besannya itu."Aiska, kamu yang sabar ya. Jangan terlalu banyak pikiran, ingat kamu sedang mengandung,' pesan Nawang."Iya, Ma," ucap Aiska.Sore itu rumah tampak ramai karena saudara dan tetangga silih berganti mengunjungi rumah Aiska. Aiska juga melihat ada orang tua Maya yang datang. Hanya Ningsih yang menyambut mereka, Aiska memilih menyambut

  • Istri Penebus Hutang   Perasaan Aneh

    Beberapa hari tinggal hanya berdua dengan Aiska membuat Arun menjadi tahu banyak hal tentang Aiska. Bahkan Arun mulai menerima Aiska. Sayangnya kebahagiaan mereka tidak berlangsung lama. Nesya kembali mendatangi Arun, dia mulai menggoda Arun kembali."Arun, aku merindukan kamu," kata Nesya sore itu. Dia dengan berani mendatangi rumah Arun.Di sana ada Aiska juga tetapi Aiska memilih untuk diam saja. Dia ingin tahu, seberapa beraninya Nesya."Kita sudah tidak ada hubungan lagi," kata Arun. "lagian untuk apa aku memaafkan tukang selingkuh seperti kamu," sambung Arun."Arun, aku menyesal. Aku janji tidak akan mengulanginya. Percayalah Arun!" pinta Nesya.Nesya terlihat sangat sedih, tetapi Arun tak peduli."Pergilah dari sini! Jangan ganggu aku dan Aiska lagi," usir Arun mendorong Nesya agar keluar dari rumahnya."Arun....Arun...," panggil Nesya. Arun segera menutup pintu rumahnya. Dia enggan sekali bertemu dengan Nesya. Arun menatap Aiska yang sedari tadi diam."Kalau dia ke sini lagi

  • Istri Penebus Hutang   Nyuci Berdua

    Setelah kepulangan Nawang dan Arman, Aiska masuk ke dalam rumah. Dia melihat Arun yang memainkan ponselnya di atas ranjang."Tega sekali mereka, ini pasti kerjaan kamu, kan," tuduh Arun."Bukan, Mas. Mereka sendiri yang melakukannya," kata Aiska."Bulshit..," ucap Arun kesal."Mas, itu cucian numpuk. Kemarin ibu belum sempat nyuci," kata Aiska.Arun dengan malas mengambil baju kotor di dalam keranjang dan membawanya ke tempat cuci. Aiska melihat Arun tampak kebingungan menggunakan mesin cuci."Ini di putar dulu, terus diisi air pakai selang ini. Masukin bajunya sama kasih detergen. Tunggu sampai airnya penuh," kata Aiska menjelaskan.Arun yang tak tahu menahu nurut saja dengan intruksi Aiska. Namun, Arun terlalu banyak memberikan detergen ke mesin cuci."Kebanyakan itu, Mas. Harusnya sedikit saja," kata Aiska sembari mengambili detergen yang belum tercampur dengan air."Ribet banget sih," gerutu Arun. "Setelah ini apa lagi tugasku?" tanya Arun."Sambil nunggu mencuci, kamu nyapu sama

  • Istri Penebus Hutang   Berjuang Sendiri

    Aiska sudah mendapatkan giliran untuk periksa. Alhamdulillah, kandungannya baik-baik saja. Nawang bersyukur sekali karena kandungan Aiska tidak bermasalah.Dokter memberikan obat mual untuk Aiska. Nawang sangat memperhatikan Aiska, sehingga apapun yang Aiska mau selalu dituruti."Aku heran kenapa Arun masih saja membenci kamu," kata Nawang. "Padahal kamu sudah mau hamil anaknya. Mama janji akan bantu kamu mendapatkan Arun," kata Nawang.Nawang meyakinkan Aiska agar tidak menyerah. Bahkan Nawang yakin jika suatu saat Arun akan mencintai Aiska."Terimakasih, Ma. Mama sudah meyakinkan Ais," ucap Aiska."Tadi kamu kenapa lama di kamar mandi?" tanya Ningsih.Aiska menceritakan kalau ada orang yang menguncinya di dalam kamar mandi. Tetapi dia tidak menyebutkan nama orang itu pada Nawang dan Ningsih."Sepertinya banyak yang memusuhi kamu, kamu harus hati-hati, Ais," kata Nawang mengingatkan."Iya, Ma," balas Aiska.Sampai di rumah, Arun sudah pulang. Dia tampak biasa saja saat melihat Aiska

  • Istri Penebus Hutang   Rencana Yang Gagal

    Setelah Bram mendapatkan imbalan dari Nesya, dia segera menjalankan rencananya. Dia tak ingin melihat Arun bahagia, dia sudah diselimuti oleh perasaan dendam.Sore itu, Aiska biasa melakukan jalan sore di sekitar komplek. Aiska tidak pernah sendiri, ada pembantunya yang menemani dia."Bi, sore ini kok tumben sepi ya," kata Aiska melihat jalanan yang tidak ada orang berlalu lalang seperti biasanya."Mungkin belum pada pulang dari kerja, Non," ucap pembantu Aiska.Mereka berjalan menuju ke taman, sering jalan bisa mempermudah persalinan. Aiska ingin melahirkan secara normal san lancar. Maka dari itu setiap sore dan pagi dia jalan santai.Saat hendak menyebrang, dari arah lain ada mobil yang melaju dengan kencang. Mobil itu hampir saja menabrak Aiska. Namun, pembantunya justru yang tertabrak karena menghalangi Aiska.BrakkTubuh pembantu itu berguling di aspal, sementara mobil yang menabrak langsung pergi. Aiska yang shok langsung terduduk lemas. Melihat sang pembantu tak sadarkan diri,

  • Istri Penebus Hutang   Amarah Nesya

    "Sialan....," teriak Nesya sembari membanting ponselnya ke lantai. "Suara itu menjijikan sekali, ini pasti ulah wanita kampungan itu," kata Nesya.Desahan Aiska dan Arun masih terngiang di telinga Nesya. Dia tak bisa memejamkan mata, dia tak bisa tidur. Dia memilih untuk mendatangi Aiska di rumah Arun.Sampai di rumah Arun, lampu sudah padam. Kemungkinan sudah pada tidur.Nesya menggedor pintu rumah Arun, lampu menyala. Dan Arun membuka pintu."Aku sudah yakin kalau kamu yang datang," kata Arun."Mana wanita kampungan itu, dia sengaja memamerkan kemesraan itu kan," kata Nesya."Sayang, siapa?" tanya Aiska yang muncul di belakang Arun. Aiska memakai piyama tidur, dia terlihat lebih cantik dari Nesya. "Oh kamu, udah dengar ya tadi. Ups pasti kepanasan," kata Aiska."Kurang ajar kamu," pekik Nesya hendak meraih rambut Aiska. Namun, Arun melindungi Aiska."Pergi! Jangan buat keributan di sini!" usir Arun."Gak, aku gak akan pergi," kata Nesya menerobos masuk ke dalam namun dihalangi Arun.

  • Istri Penebus Hutang   Resiko Ditanggung Sendiri

    Arun berdiri di ambang pintu, ternyata dia menyusul Aiska ke rumah sang mertua."Juragan, silahkan masuk!" perintah Pardi.Arun masuk, dia duduk di kursi tunggal dekat Sinta. "Jangan pernah sangkut pautkan Aiska dengan masalah Maya. Aku gak akan tega Aiska dekat kembali dengan Farid," kata Arun. "Harusnya Maya malu, dia sudah menyakiti Aiska, tetapi masih saja ingin meminta tolong," kata Arun."Juragan, aku mohon! Hanya Aiska yang bisa membantu Maya," kata Sinta memohon penuh iba."Itu semua salah Maya sendiri. Dia yang sudah melakukan kesalahan jadi resikonya buat dia tanggung sendiri," kata Arun. "Lagi pula sekarang Aiska bukan lagi teman Maya," lanjut Arun.Pardi akhirnya angkat bicara, dia yang sejak tadi menyimak akhirnya bersuara."Aku yakin ada cara lain, tanpa melibatkan Aiska. Lagi pula Aiska juga sudah punya kehidupan sendiri. Jangan ganggu dia lagi!" ucap Pardi."Aiska, Ibu mohon bantu Maya," kata Sinta."Maaf, Bu. Aiska gak bisa," kata Aiska."Ibu.. ngapain sih ke sini? M

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status