Share

Pelanggan yang Royal

Author: Kafkaika
last update Last Updated: 2023-11-05 00:45:02

Tanpa terasa, Ayesha sudah berjalan ke parkiran.

Mobil pun sudah dipersiapkan.

Bersama Lily dan dua pengawal Murni, mereka bersiap menuju apartemen tujuan.

Namun, sebuah mobil mewah tiba-tiba datang.

Dan, seorang berjas rapi dan berkaca mata hitam tampak turun dari mobil  menghampiri Murni.

Mucikari itu sontak menyuruh yang lain ke dalam terlebih dahulu.

“Ada apa ya, Tuan?” tanyanya sopan.

“Kami akan menjemput langsung nona yang dipesan bos kami,” ucapnya.

“Kenapa begitu?” Murni tampak heran. Baru kali ini, ada pembeli seperti ini?

Alih-alih menjawab, pria di depannya itu justru bertanya kembali, “Bukankah tuan kami sudah mentransfer uang yang banyak? Dia berjanji akan memberi bonus jika gadis itu bisa memuaskannya.”

Kali ini, Murni terbelalak.

Dia merasa beruntung mendapatkan pelanggan yang royal sepertinya.

Dengan cepat, Murni tersenyum menghampiri pria itu dan mengelus pundaknya. “Baiklah, tuan. Tunggu sebentar. Aku akan briefing dulu anakku itu!”

*****

“Kalian semua tidak perlu ikut!!” ucap Murni begitu melihat anak buahnya.

Ayesha sontak bingung. Dia saling bertatapan dengan Lily. Bisakah dia menjalankan rencananya  tanpa bantuaan Lily?

“Kenapa, Mam?” tanya Lily seolah tahu pikiran Ayesha saat ini.

“Pria itu sudah menyuruh orangnya untuk menjemput Ayesha!” ujar Murni  berjalan mendekati Ayesha. “Sha, aku kasih tau kamu. Pria itu sudah membelimu, kau aku lepaskan untuk menjadi mainanya. Karena itu, ini kesempatanmu keluar dari tempat yang kau pandang hina ini!”

Deg!

Jantung Ayesha mencelos mendengarnya.

Namun, ia tak tahu lagi apa yang harus dilakukan.

Jadi, terpaksa diturutinya Murni untuk berjalan ke mobil mewah itu dan berharap bisa kabur sesuai rencana.

Sayangnya … sudah hampir setengah jam setelah dia duduk di mobil mewah itu, tapi Ayesha belum menemukan celah untuk bisa melarikan diri!

Dapat dilihatnya, mobil ini sudah memasuki pelataran rumah mewah yang dijaga ketat.

Ayesha juga memperhatikan pagar otomatis tertutup setelah mobil masuk halaman.

‘Bagaimana ini?’ batinnya panik.

Tak lama, pria yang duduk di kursi depan pun turun membuka pintu mobil untuk Ayesha.

“Silakan ikuti kami!” ujar pria tinggi besar itu dengan raut muka sangat serius.

Menahan gemetar di tubuh, Ayesha berjalan menuju suatu ruangan oleh dua orang pengawal dengan tampang sangar.

Otaknya kini benar-benar kosong, tak bisa sama sekali memikirkan bagaimana cara melarikan diri.

“Duduk dan tunggulah di sini!” tukas seorang pria mempersilahkan Ayesha masuk, “ Tuan Hilbram akan datang sebentar lagi.”

Tanpa basa-basi, mereka pun keluar dan berdiri berjaga di depan pintu. 

Melihat itu, Ayesha kembali terdiam.

Di dalam ruang yang luas dan mewah itu, perempuan itu tidak tahu apa yang harus dia lakukan.

Namun, pikirannya berkecamuk.

Ayesha masih enggan melakukan hal kotor ini.

Dia tak mau menjadi seorang wanita hina yang ditiduri pria yang bukan suaminya.

Tak sengaja, ia melihat jendela. Sebuah ide pun muncul.

Barangkali, Ayesha bisa membukanya dan keluar?

Diperhatikannya pintu masuk yang  tidak ada pergerakan.

Hal ini Ayesha manfaatkan dengan segera bergegas mendekati jendela dan mencari kunci.

Hanya saja, begitu jendela terbuka, dia langsung disambut kolam ikan penuh bebatuan terjal.

Ayesha tak mungkin melompat ke sana….

“Kenapa kau berdiri di sana?”

Terdengar suara bariton yang mendominasi dari belakang.

Ayesha sontak berbalik dan menemukan pria tinggi dalam balutan kemeja putih yang dilipat di siku.

Wajahnya terlihat masih muda dan kharismatik. Mungkin usianya 30 tahunan?

Ayesha mengerutkan kening bingung. Pria yang tampan seperti ini masih ingin menyewa pelacur untuk memuaskan nafsunya?

“Jangan dibuka. Anginnya sangat kencang di luar!”

Lagi, suara itu menyadarkan lamunan Ayesha.

Tanpa disadari, pria yang dipanggil Hilbram itu sudah berjalan mendekatinya. Ayesha pun panik.

“Jangan mendekat! Kalau  kau mendekat, aku akan melompat dan bunuh diri dari sini!” ancamnya pada akhirnya.

Hilbram mengerutkan kening. “Kenapa kau mau bunuh diri?” tanyanya dengan suara datar.

“Aku, aku–”

Ayesha kebingungan. Bagaimana dia menjelaskan bahwa dia bukan pelacur? Dia di sini dijual dan di matanya, pastilah Ayesha berbohong….

“Kemarin kucingku melompat dari jendela itu, dan kucingnya beneran mati! Kepalanya hancur karena terbentur batu-batu besar di bawah,” ucap Hilbram tiba-tiba.

Ayesha terbelalak. Apakah pria ini sedang mencoba menghancurkan mentalnya?

“Tuan yang terhormat, lebih baik aku mati daripada harus disentuh pria sepertimu,” tegas Ayesha pada akhirnya.

Hilbram terkekeh sinis. “Lucu sekali dirimu! Aku membayar mahal agar bisa menyentuhmu. Bagaimana bisa kau malah ingin bunuh diri karena itu?” 

Ayesha mengepalkan tangan menahan emosi.

Pria itu benar.

Dirinya dijemput dari rumah pelacuran untuk melayani tuan kaya raya ini.

Lalu, tiba-tiba saja, Ayesha mengancam bunuh diri. Memang siapa dia?

Kalaupun Ayesha memberitahu dirinya dipaksa harus melakukan hal ini karena hutang pamannya, apakah pria ini akan dengan suka rela melepaskannya?

Di sisi lain, Hilbram masih memperhatikan Ayesha yang terus saja mundur ke belakang.

Pria itu mulai kehilangan kesabaran. Tanpa basa-basi, ia langsung menghampirinya dan menarik lengan Ayesha.

Bugh!

Tanpa sadar wajahnya mendarat di dada bidang Hilbram.

Wajah Ayesha memerah kala menyadari posisi keduanya. “Lepaskan aku!” ucapnya sembari meronta.

“Diam! Di sini, akulah yang menentukannya,” perintah Hilbram dengan suara yang tiba-tiba memberat.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Hadiah Spesial

    “Selamat ulang tahun, Sayang!” bisik Hilbram di telinga Ayesha yang semalaman terlelap manja dalam dekapannya itu. Mata itu terbuka perlahan. Melihat suaminya sudah nampak berseri dia hanya menunduk malu. Rona pipinya jadi kemerahan. “Kenapa? Kau tidak suka hadiahku semalam?” Hilbram mengelus pipi yang kemerahan itu. “Hadiah yang mana?” Otak Ayesha sudah blank saja sepagi ini. “Hmm?” Hilbram menatapnya heran, apa sudah lupa hadiah yang diberikannya? Apa maksud Ayesha menanyakan hadiah yang mana? Hilbram jadi menahan senyumnya. “O-oh, suka, kok, Mas. Terima kasih!” dengan cepat Ayesha menjawab. Dia akan bertambah malu kalau saja sampai ketahuan memikirkan hadiah satunya lagi. Mudah-mudahan Hilbram tidak memahami maksudnya. “Terima kasihnya untuk hadiah yang mana?” Hilbram malah menggodanya. Ayesha mencebik sebal dan membuat Hilbram terkekeh. Apa pria ini benar-benar ingin membuatnya malu habis? “Benar ‘kan kata orang, setelah mengalami pertengkaran dan masalah, membuat hubung

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Memohon Pengertian

    Saat Hilbram meraih jemari itu dan menciuminya, Ayesha baru tersadar seharusnya menarik tangannya dari suaminya itu. Dia masih bingung dengan dirinya sendiri, sementara Hilbram terus berusaha memepetnya.“Sebelum meninggal, Kakek benar-benar memohon padaku agar menjaga dan menyelamatkan anak-anaknya. Aku terlibat janji yang tidak bisa aku ingkari—pada pria yang sudah memberikan hidup dan segalanya padaku. Aku harap kau bisa memakluminya, Sha. Setelah ini aku janji hidup dan matiku hanya tentangmu dan anak-anak kita,” ucap Hilbram berharap Ayesha memberinya sedikit pengertiannya.Kata-kata yang ditandaskan Hilbram semakin membuat Ayesha merasa begitu egois. Dia gelisah namun tidak lagi bisa berkutik dengan banyak alasan lagi untuk menghindar.“Kau sudah berjanji untuk tidak meninggalkanku, Sayang. Aku harap kau mengingatnya dengan baik.”Hilbram sungguh tidak sabar dengan keadaan yang bertele-tele ini. Dia mereng

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Deep Talk

    “Aku baru tahu kalau sering berhubungan bisa membuat persalinan lancar.” Hilbram sepertinya sengaja mengulas perkataan dokter tadi saat mereka sudah di jalan pulang. Ayesha memang pernah membaca hal seperti itu, tapi tidak menyangka kalau dokter tadi menyarankannya begitu. Mana belum-belum dia sudah bilang janji, lagi, akan melakukan saran dokternya. “Itu kalau tidak sungsang, kalau sungsang percuma juga melakukannya!” Ayesha sedikit sebal karena pria ini seolah tampak bersemangat setelah mendengar hal itu. Pasti di kepalanya yang mesum itu sudah membayangkan tidur bersamanya. “Sepertinya kau keberatan kalau lahiran normal? Tidak apa juga sih, kita bisa pindah ke kota untuk proses persalinanmu.” “Enggak begitu, aku justru mau lahiran normal. Adam dulu lahir normal, kalau bisa adiknya juga harusnya lahir normal. Lagian, lahir dengan alami akan baik juga bagi kesehatan bayinya.” Sebenarnya Ayesha menyembunyikan kenyataan kalau dirinya takut jika membayangkan tubuhnya dibedah. Tidak

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Saran Dokter

    Kata-kata Ayesha seperti panah yang menancap tepat di jantung Hilbram. Pria ini sudah dikubangi perasaan yang bersalah sepanjang waktu. Terisak tanpa suara dan menangis tanpa air mata. Menyesap luka-luka batinnya seorang diri. Dan kini, mendengar langsung kekecewaan sang istri, perasaanya laksana kertas yang diremas-remas hingga meski di luruskan lagi bekas itu tetaplah sulit dilenyapkan.Matanya memerah dan dia hanya bisa menunduk sedih. Ingin sekali dia bersimpuh di kaki Ayesha dan bersujud padanya agar wanita itu tahu, dia sungguh merasa bersalah. Hatinya remuk mendengarnya mengalami semua ini.Namun wanita itu sudah bangkit dan terburu meninggalkannya. Sepertinya, Ayesha masih sangat terluka. Hilbram jadi sedih dan cemas menatap pintu kamar itu. Apakah istrinya di dalam sana sedang menangis?Dia jadi merasa kehadirannya sangat tidak ada gunanya.Ayesha berusaha mengontrol dirinya. Dihelanya napas panjang kemudian dia mulai se

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Jadi Gugup

    Mbok Sri masuk untuk mengambilkan minyak dengan aroma eucaliptus. Dia mengatakan Ayesha menyukai aroma itu karena membuatnya merasa tenang dan nyaman.Hilbram mengambil botol minyak itu dan bergegas hendak ke kamar Ayesha. Namun Mbok Sri yang suka bertutur itu merasa harus memberitahunya dulu. “Habis mijit di kaki, biasanya Mbak Ayesha minta diolesi di perutnya. Soalnya kadang suka terasa gatal kalau tidak diolesi minyak,” Mbok Sri memberitahu apa adanya. Mereka suami istri, jadi sekalian agar Hilbram tahu kebiasaan istrinya itu.“Oh, baik, Mbok!”“Tapi ingat, Mas. Tidak boleh dipijit perutnya, hanya di olesi dengan lembut.” Perempuan itu mengingatkan, siapa tahu Hilbram tidak paham bahwa wanita hamil tidak boleh dipijit di bagian perutnya.“Iya, terima kasih atas penjelasannya, Mbok.”“Kalau begitu saya suapi Den Adam dulu ya, Mas. Sekalian mau bilang, ha

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Minta Dipijit

    Adam terlihat senang sekali melihat kambing yang diikat di halaman samping rumah. Anak kecil itu menyodorkan rumput pada moncong kambing itu, yang kemudian segera dilahap kambingnya.Hal seperti itu saja sudah membuat Adam tertawa senang dan heboh sekali. Dia terlihat sangat bahagia apalagi sang papa sudah ada di dekatnya.“Papa, mana Pus?” Adam tiba-tiba menghampiri Hilbram karena teringat kucingnya.Saat pergi bersama kakeknya naik kereta mengelilingi kota Zermatt waktu itu, Adam membawa serta kucingnya. Sayangnya, dia harus meninggalkannya di stasiun Kota Visp ketika terjadi pengejaran. Tidak di sangka, Adam mengingat kucingnya itu lagi. “Oh, nanti kita cari pus lagi, ya?” jawab Hilbram lembut.Hilbram mengangkat Adam dan mendudukannya di pangkuan. Dia rindu sekali dengan putranya itu. diciuminya Adam dan sedikit bercanda dengannya.Bocah itu sudah banyak bicara sekarang. Padahal baru 4 bulan mer

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Tawa Ayesha

    Elyas sudah bersiap di depan rumah untuk di antar Miko ke stasiun kereta terdekat, mengingat sudah memutuskan akan berangkat sendiri dengan kereta api. Dia tidak ingin Miko meninggalkan Ayesha meski sudah ada anak buahnya yang lain berjaga.Adam merajuk pengen ikut, tapi entah apa yang disampikan Miko hingga anak kecil itu tidak lagi merajuk. Kini kembali ke sang mama yang masih berdiri di teras untuk melepas sang ayah.Sayang sekali, tiba-tiba ada tamu tidak di undang yang membuat Elyas tidak bisa segera masuk ke dalam mobil Miko.“Lho, Pak Carik? Ada apa?” sapa Elyas melihat pria yang waktu itu memberitahu ada surat untuknya, kini datang pagi-pagi padanya.“Saya bukan Pak Carik lagi, Pak. Pak Cariknya sudah tidak cuti. Jadi sudah tidak gantin tugas lagi.”Miko yang awalnya tampak awas mulai menatap pria itu sedikit santai. Sepertinya bukan pria yang berbahaya.“Ehem, okelah, Pak Tono mau apa?&rdquo

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Bawaan Orok

    “Anak pintar makan yang banyak, ya!” tutur Ayesha pada Adam agar mau makan dengan lahap.“Ya, Mama...” sahut bocah lucu itu sambil terus mengunyah makanan yang sudah disuapkan ke dalam mulutnya.“Adik makan?” Adam menunjuk-nunjuk perut Ayesha yang membuncit itu, di dalam sana Adam sudah paham bahwa ada mahluk yang akan dipanggilnya adik.“Iya, Adik nanti makan sama Mama. Adam harus makan banyak biar kuat, biar besok bisa jagain adiknya.” Ayesha memberi pengertian pada anaknya yang tidak tahu apa sudah bisa memahaminya atau belum? Usianya baru 2 tahun lebih beberapa bulan. Masih sangat dini seharusnya memiliki seorang adik. Apalagi mengingat rumah tangganya kini mulai retak. Ayesha terkadang sempat berpikir, apakah keputusannya meminta cerai adalah hal yang tepat?Suara mobil terdengar di halaman rumah membuat Adam yang sedang disuapi Ayesha bangkit dan berlari keluar. Ayesha jadi ikut pen

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Membagi Tanggung Jawab

    “Om Bobby, aku pasrahkan perusahaan di Indonesia saat ini atas nama Farin. Itu haknya sebagai cucu keluarga Al Faruq. Tolong jaga untuk keponakan dan tanteku. Aku yakin, Om bisa melakukannya dengan baik," tutur Hilbram di depan para anak dan menantu keluarganya itu.Saat ini, dia akan melepas seluruh tanggung jawab untuk melindungi mereka dengan memberikan kekuasaan sehingga mereka bisa mengatur dan melindungi diri mereka masing-masing.Hilbram harus mengambil langkah ini meski akan keluar dari wasiat kakek neneknya yang menyerahkan sepenuhnya perusahaan Al Faruq atas namanya. Hilbram tidak ingin lagi mengabaikan keluarga kecilnya hanya untuk memenuhi tanggung jawabnya yang lain.“Tentu, Bram. Aku akan berusaha mengelolanya dengan baik.” Bobby menampakan kesanggupannya menerima tanggung jawab yang besar itu dari Hilbram—yang seharusnya semua ini adalah miliknya.“Terima kasih, Bram!” Hamida ber

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status