"Kamu akan merima akibat dari perbuatan kamu. Kamu akan membayar mahal atas penipuan yang kamu lakukan padaku, wanita licik!" Gumam Langit menatap Pelangi dari ekor matanya.
Waktu menunjukan pukul sembilan pagi Pelangi yang sudah bersiap untuk mengikuti sang suami ke kota.Usai berpamitan pada Abah dan Umi mereka memasuki mobil mewah milik Langit berlahan mobil melaju dengan kecepatan sedang karena jalanan yang berbelok-belok.Perjalanan mereka yang memakan waktu empat jam tanpa jeda hanya berhenti untuk melaksanakan salat dhuhur dan makan siang setelah itu mereka kembali melanjutkan perjalanan hingga akhirnya sampai di ibu kota, Langit langsung membawa Pelangi ke Apartemen pribadinya.Pelangi keluar dari mobil Langit yang mengeluarkan koper dari bagasi di bantu dengan sopir pribadinya, mereka menuju lantai lima belas mengunakan lift. Pelangi menatap bangunan Apartemen yang terlihat mewah dan modern, sampai di lantai lima belas mereka keluar langkah Pelangi begitu ringan saat berada di samping Langit hingga sampai di pintu Apartemen yang mengarah langsung ke lift memudahkan mereka untuk bepergian.Langit menekan berapa angka pada pintu sehingga terdengar sunyi klik' pintu terbuka dengan sendirinya."Assalamualaikum," ucap salam Pelangi sebelum kakinya melangkah masuk kedalam."Wa'alaikumsalam, masuk."Langit membawa Pelangi kearah kamarnya dan membukanya dengan lebar, saat Pelangi akan meletakkan barang miliknya suara Langit mengejutkan dirinya."Ini kamarku hanya kamarku. Dan kamar kamu ada di sebelah tanpa terkecuali jika orang tuaku datang maka kamu akan tinggal di kamarku! Ingat jika orang tuaku datang ke sini jika tidak maka kamar kamu kembali ke sana. Apa kau paham?" Ucap Langit penuh penekanan."I– iya mas–" sahut Pelangi terbata."Bagus! Sekarang bawa semua barang-barang kamu keluar dari kamarku, cepat!" Seru Langit.Melihat Pelangi yang kesulitan membawa koper dengan kasar Langit mengambil alih koper milik Pelangi membawanya ke kamar tamu yang selama ini di tempati adik atau sahabatnya jika berkunjung."Mas Langit, mau makan apa? Aku akan membuatnya–" ujar Pelangi, walau Langit bersikap dingin padanya namun, sebagai seorang istri Pelangi melakukan kewajibannya untuk melayani Langit."Tidak perlu, masak apa pun! Jika kamu mau masak maka masaklah untukmu. Tapi tidak untuk ku, jangan berharap aku akan menyentuh atau memakan apa pun yang kau sentuh!" Sentak Langit."Jawab! Kenapa kamu hanya diam? Apa kamu tuli, hah?" lanjut Langit melihat Pelangi hanya diam."I– iya, mas.""Sekali lagi aku bicara, jangan membuat kesalahan apapun selama tinggal di sini kalau tidak. Kamu akan menerima akibat dari perbuatan mu, di sini, aku yang berkuasa dan di sini pula aku bisa melakukan apa pun terhadap kamu, wanita penipu." Kata Langit dingin.Mampu membuat hati Pelangi terasa sakit, kata yang di ucapkan Langit adalah satu dari sekian kata yang akan menguji kesabarannya. Dan Pelangi berusaha untuk menerimanya dengan ikhlas.Langit beranjak pergi dari apartemen langkahnya terhenti berbalik kearah wanita yang menundukkan wajahnya."Aku tidak peduli dengan apa yang akan kamu lakukan tapi, ingat statusmu adalah istriku tapi bukan berarti kamu bisa menyentuh semua barang milikku. Lakukan apa yang kamu mau lakukan, itu tidak ada urusannya denganku. Tapi ingat jangan ikut campur urusanku!" ucap Langit dingin.Braaaakkkk!!Suara pintu di banting cukup keras membuat Pelangi terlonjak."Astaghfirullah, apakah ini sudah dimulai? Kebencian kamu terhadap aku, mas? Bismillahirrahmanirrahim, aku pasti kuat semua demi Umi dan Abah, aku sangat menyayangi kalian. Umi, Abah, doakan putrimu tetap kuat menjalani kehidupan ini hingga nyawa ini meninggalkan raganya." Lirih Pelangi.Di depan pintu apartemen Langit mengusap wajahnya dengan kasar pernikahan yang semula ia ingin menolaknya. Namun, demi kedua orang tua pada akhirnya Langit menerimanya namun mereka dengan mudah mempermainkan hatinya. Rasa yang semula mengagumi kini berubah menjadi kebencian dan dendam terhadap wanita yang berada di dalam apartemen miliknya."Maaf aku tidak bisa mencintaimu, hati ini masih terasa sakit. Semoga kamu bersabar menunggu sampai di mana aku bisa menerima pernikahan ini, dan memaafkan semua kesalahan keluargamu dan benci ini menjadi cinta untukmu. Untuk mencapai itu kamu dan aku akan tersiksa selamanya mungkin cinta itu tidak akan pernah hadir tapi setidaknya apa yang aku rasakan kamu pun harus merasakannya." Gumam Langit bersandar di depan pintu yang tertutup rapat.Di dalam apartemen Pelangi merapikan kamarnya walau terlihat rapi dan wangi tetapi ia ingin melakukan sesuatu agar hatinya jauh lebih tenang.Waktu begitu cepat berlalu hari berganti namun sang suami tidak kunjung pulang sejak kepergiannya dari apartemen setelah mengantarnya di apartemen."Kamu kemana mas? Kenapa tidak pulang." Pelangi melangkah ke dapur sama seperti kemarin tidak ada makanan atau pun beras. Sehingga Pelangi lagi-lagi hanya air putih sebagai pengganjal perutnya yang terasa lapar.Sementara itu Langit yang memilih tidur di kantor di kejutkan dengan kehadiran asisten pribadinya."Pak Langit tidak ingin pulang lagi? Atau pak Langit membutuhkan sesuatu?" tanya Anang asisten pribadi Langit."Jam berapa sekarang?" tanpa menjawab Langit melontarkan pertanyaan pada Anang."Jam Lisa sore. Apakah pak Langit tetap di sini?" lagi satu pernyataan yang sejak tadi di kunjung di jawab oleh Langit."Um, tidak. Aku akan tidur di sini, kamu belikan kebutuhan ku." Sahut Langit tanpa menoleh pada assitennya. Baginya apartemen adalah neraka untuknya, lebih baik dia memilih tidur di kantor tanpa harus bertemu dengan wanita yang kini tengah menunggunya.Menunggu kedatangan Langit dalam keadaan kelaparan, dan sayangnya Langit tidak menyadarinya."Kenapa masih di sini? Cepatlah pergi beli kebutuhan untukku." Ucapnya tajam.Langit kembali di sibukkan dengan berkas di mejanya deringan ponselnya ia abaikan tanpa berniat untuk mengangkatnya.Hingga Vara sekertaris menemuinya, dengan enggan Langit mengijinkan sekertaris masuk ke dalam ruang kerjanya."Pak Langit, maaf Nyonya Rosa meminta bapak untuk segera menghubungi beliau segera." Ucap Vara menatap pria yang fokus dengan berkas dan laptopnya yang menyala."Hum," sahutnya dengan gumaman.Langit meraih ponselnya yang ia masukkan ke dalam kantong celananya. Menekan nomer sang ibu, tidak membutuhkan waktu lama sambungan terhubung terdengar suara wanita yang amat ia rindukan dan kecewa saat ini."Assalamualaikum, Mama." Sapa Langit."Wa'alaikumsalam, Mama minta maaf sudah menganggu kebersamaan kalian. Tapi, Mama ingin bertemu dengan menantu Mama. Bukankah kalian sudah sampai? Kapan kalian berkunjung ke rumah Mama? Sayang, bagaimana dengan masakan Pelangi? Mama tahu dia istri yang baik buat kamu. Dia juga jago masak lho sayang, jangan lupa ajak ke rumah Mama, Mama mau ajak makan di restoran langganan Mama." Ucap Rosa panjang lebar."Mama, udah dulu. Jangan ganggu dulu!"Sambungan telepon terputus, Langit menyambar kunci di atas meja berlari keluar dengan terburu-buru mengingat Pelangi di apartemen sendiri."Pelangi bangun, Pelangi!!""Pelangi bangun, Pelangi!!"Langit mencoba membangunkan tubuh Pelangi yang tergeletak di atas tempat tidur dengan tubuh lemah."Ya, tuhan. Semoga dia tidak apa-apa." Gumam Langit panik."Ma– mas, aku tidak apa-apa. Ini hanya–" ucapan Pelangi terhenti seiring dengan tubuhnya yang semakin lemah dan pandangannya yang mengabur."Ya, Tuhan apa yang aku lakukan. Bagaimana kalau dia mati? Bisa gawat aku!" Langit mengangkat tubuh tidak berdaya Pelangi dengan tergesa-gesa langit meninggalkan apartemen menuju rumah sakit terdekat."Dok, bagaimana dengan kondisinya?" tanya Langit ketika seorang dokter keluar dari UGD."Tubuhnya sangat lemah, sepertinya dia tidak makan sejak kemarin. Dan ada masalah dengan lambungnya jadi untuk berapa hari akan tetap dalam pantauan kami. Sebentar lagi pasien akan di pindahkan ke ruang perawatan, beruntung bapak segara membawanya ke sini jika tidak mungkin kondisinya jauh lebih parah dan lebih fatal lagi tidak tertolong." Langit mengangguk tanpa bisa menjawab per
Langit menendang ember yang ada di hadapannya kebencian dan kemarahannya atas apa yang di lakukan oleh Pelangi dan keluarganya telah menorehkan rasa yang sulit untuk ia terima. Terlebih melihat wajah Pelangi maka ingatannya kembali pada saat dia menjabat tangan Abah untuk menikahi Pelangi.Langit meninggalkan Pelangi yang terdiam tanpa bisa mengucapkan satu kata pun, namun tidak hentinya dalam hati mengucap istighfar. Berulang kali Pelangi mengusap dadanya melihat sikap Langit yang semakin menjadi padanya."Apa pun yang kamu lakukan padaku, dengan ikhlas aku terima. Asalkan jangan di hadapan kedua orang tuaku, hatiku pasti kuat. Sekuat kamu membenciku." Lirihnya melihat pintu yang tertutup dengan kencang.Berulang kali Pelangi mengusap wajahnya yang tidak hentinya bulir bening mengalir dari dua matanya. Tidak di pungkiri hatinya begitu sakit mendapatkan kenyataan dalam hidupnya. Bukan hanya pernikahan dengan pria yang tidak di kenalnya tetapi ada hal yang lebih mengejutkan yaitu denga
Suara Langit menghentikan langkah Pelangi walau Langit membencinya tetap saja sebagai seorang istri Pelangi tidak mengabaikan panggilan suaminya. Meski hatinya sakit saat sang suami memanggilnya dengan sebutan wanita penipu baginya itu lebih baik, setidaknya ada suara yang memanggil dirinya."Mas apa kamu membutuhkan, sesuatu?" lirih Pelangi sedetik kemudian ia tersadar jika Langit hanya bergumam.Suara erangan Langit kembali terdengar kali ini Pelangi memberanikan diri menyentuh dahi Langit yang berkeringat alangkah terkejutnya tubuh Langit yang panas tinggi. Dengan kesabaran Pelangi merawat Langit yang demam berulang kali Pelangi mengganti air untuk mengompres kening Langit hingga pagi menjelang. Tubuhnya yang lelah dan rasa kantuk yang menyiksanya tanpa sadar Pelangi tertidur, lengan kanannya sebagai bantal tangan kirinya berada di atas kening Langit.Pukul enam pagi langit yang merasakan berat di keningnya berusaha untuk merabanya namun ia urungkan berganti dengan tatapan yang m
Hari itu hari yang membuat Pelangi mengurung diri di kamar, setelah keadaan Langit yang membaik tidak sedikit pun Langit pergi dari apartemen. Sehingga gerak Pelangi terbatas walau sebenarnya hal itu biasa namun, Langit melarangnya keluar dari kamar selama dia berada di ruang keluarga.Pelangi menghabiskan waktunya membaca Alquran mengisi hatinya dengan mendekatkan diri pada sang pencipta agar memaafkan semua kesalahan dan pengampunan pada suaminya yang telah menyakiti hatinya dan orang tuanya, yang telah ia kecewakan."Pelangi!" seru Langit dari ruang makan.Perutnya yang tiba-tiba keroncongan namun, enggan untuk menyentuh makanan yang menggunggah seleranya. Terlihat berapa menu masakan di atas meja makan. Dengan berlahan Langit menyentuh salah satu hidangan yang berhasil mencuri perhatiannya. Menu yang ia ketahui adalah tempe, sejak tadi menggodanya. Tempe yang di goreng dengan tepung bercampur irisan daun bawang makanan sederhana tatapi membuatnya tanpa sadar mengeluarkan cairan be
"Assalamualaikum, kak," Pelangi terpaku sesat menetralkan detak jantungnya yang berdetak semakin kencang. Namun, ia tersadar jika dirinya adalah seorang istri dari Langit bukan lagi wanita yang menunggu janji yang di ucapkan oleh pria yang kini menjadi adik iparnya."Wa'alaikumsalam," Pelangi berbalik kearahnya pria yang tidak jauh darinya.Keterkejutan bukan hanya Pelangi tetapi sosok yang di depannya terdiam seribu bahasa bahkan senyumnya tidak hilang dari bibirnya. 'Aku mimpi Pelangi ada di sini? Untuk Abang ku?' ucapnya dalam hati."Rizky, dia Pelangi istri Abang mu. Duduklah hari ini untuk pertama kalinya menantu Mama datang kesini bertepatan kamu pulang, nak." Rosa menepuk punggung putra bungsunya mengajaknya untuk menikmati makan malam spesial."Pelangi," lirihnya tanpa suara namun hanya dirinya yang tahu tanpa mereka menyadarinya. "Selamat datang kakak ipar," ucapan Rizky mampu mengejutkan Pelangi yang mengambilkan nasi ke piring Langit."Terima kasih mas Rizky, maksudku ad
"Kenapa Dek Pelangi melakukan ini?" Ucapan yang berhasil membuat Pelangi terkejut mendengar suara yang tidak asing baginya. Tetapi Pelangi mampu mengendalikan diri tidak ingin hatinya diliputi rasa yang tidak seharusnya, dengan cepat Pelangi menoleh kearah Rizky yang tidak jauh dari Pelangi yang tengah menyiram tanaman."M– mas Rizky?" ucapnya terbata dengan cepat berbalik kearah lain. Tidak mungkin ia saling pandang dengan Rizky. Pelangi menyembunyikan wajahnya dari tatapan pria yang pernah ta'aruf dirinya."Bisakah dek Pelangi menjelaskan, padaku?" ucapnya tanpa melihat wajah Pelangi."Maafkan aku, mas Rizky, aku yang salah. Tolong untuk tidak menanyakan alasannya. Yang terjadi adalah takdir dan sekarang takdirku adalah istri dari Abang, mas Rizky. Tidak ada lagi cerita yang akan di ukir oleh, kita." Ucap Pelangi menundukkan wajahnya. Begitu pula dengan Rizky menjaga pandangan pada wanita yang kini telah resmi menjadi istri untuk saudara laki-laki nya.Dengan cepat Pelangi menjauh d
"Maksud ayah, apa?" tanya Langit, tidak memahami maksud dari sang ayah."Apa yang terjadi, sebenarnya? Ayah tahu kamu menyembunyikannya sesuatu, apakah kamu terpaksa menikahi, Pelangi?" Gustav memindai wajah putranya yang kini tertunduk."Apa yang ingin ayah ketahui dari hubungan kami? Aku hanya ingin menjaga sikapku walau bagaimanapun Pelangi adalah wanita yang tahu adab dia tidak mungkin melakukan sesuatu di hadapan ayah dan juga Mama. Hal itulah yang membuatku sedikit memahami apa yang pantas dan tidak pantas untuk kami lakukan di depan kalian. Aku harap penjelasan ini dimengerti oleh ayah tidak ada hal yang ditutupi oleh kami, ayah tidak perlu khawatir bahwa aku terpaksa melakukan ini, percayalah sejak awal aku melakukannya demi kalian aku ingin membahagiakan kalian, berdua." Ucapnya menutupi fakta yang sebenarnya terjadi.Langit tidak mungkin menceritakan tentang kejadian yang sebenarnya bahwa Pelangi adalah pengantin wanita pengganti untuknya yang sampai saat ini tidak di anggap
"Apa kabar Pelangi?"Pelangi yang syok dengan kehadiran wanita di depannya, wanita yang menorehkan luka begitu dalam pada dirinya yang mengharuskan hidup dengan seorang pria karena menggantikan posisinya yang kabur di hari pernikahan."Te– teh Intan? Bagaimana teteh tahu, rumahku?" tanya Pelangi mengerutkan keningnya, tanpa dia tahu kalau Intan adalah tamu yang di maksud oleh Langit. Begitu banyak pertanyaan yang ingin ia tanyakan tetapi semua hanya tertinggal di tenggorokan begitu saja.Pelangi tidak hentinya menatap wanita di depannya, wanita dengan segala pesonanya pakaiannya begitu modis dengan segala kelebihan yang mampu membuat lawan jenis mengagumi seorang Intan. Kehadiran Intan sungguh di luar dugaannya. Menghadirkan banyak luka bukan hanya untuknya tetapi, pada kedua orang tua mereka.Tamu tak diundang itu adalah Intan, saudarinya yang berhasil membuatnya hidup dalam tekanan dari pria yang menjadi imamnya."Kenapa kalau aku yang disini? Kamu tidak nyuruh teteh masuk، Pelang