Share

Bab 4

Author: Cath
last update Last Updated: 2025-01-31 16:56:55

Kirana berjalan melewati lorong rumah sakit dengan pikiran yang berantakan. Kata-kata Arya terus terngiang di kepalanya.

Pikirannya terus melayang memikirkan, anatara Yora dan Dewan.

Potongan-potongan itu seperti puzzle yang belum tersusun dengan jelas di kepalanya. Yora menghilang tanpa jejak, dan kini tiba-tiba muncul fakta bahwa ia pernah berada di rumah sakit bersama Dewan.

Apa hubungan mereka sebenarnya?

Kirana mencoba mengabaikan pikirannya dan tetap berjalan, tapi langkahnya terhenti ketika tubuhnya menabrak seseorang.

Bruk!

Seorang suster yang membawa kardus penuh dokumen terkejut dan hampir kehilangan keseimbangan. Dokumen-dokumen yang berada di dalam kardus itu berhamburan ke lantai.

“Astaga, maaf!” Kirana buru-buru berjongkok, membantu suster itu mengumpulkan dokumen-dokumen yang berserakan.

Suster itu tampak terburu-buru, tapi ia tetap tersenyum ramah. “Tidak apa-apa.”

Kirana sedang meraih beberapa dokumen ketika matanya menangkap sesuatu yang membuatnya membeku. Sebuah nama yang sangat ia kenal.

Yora Raden Ayu Wijaya.

Kakaknya?!

Saat Kirana membaca judul dokumen itu nafasnya tercekat.

HASIL PEMERIKSAAN KANDUNGAN

“Kandungan?!” pekik Kirana dalam hatinya.

Jantung Kirana langsung berdebar kencang. Ia hampir tidak percaya dengan apa yang ia lihat. Kakaknya, Yora, melakukan pemeriksaan kandungan?

Tapi sebelum Kirana bisa membaca lebih jauh, suster itu dengan cepat menarik dokumen tersebut dari genggamannya dan memasukkannya kembali ke dalam kardus.

“Maaf, saya harus segera pergi,” ucap suster itu buru-buru.

“Tunggu!” Kirana berusaha menghentikan suster itu. “Dokumen itu mau dibawa ke mana?”

“Saya harus membuangnya,” jawab suster itu santai, lalu langsung pergi.

Kirana tetap terpaku di tempatnya.

Dibuang?

Kirana menelan ludah. Otaknya berputar dengan begitu banyak pertanyaan yang tak kunjung mendapatkan jawaban.

Otaknya langsung menduga-duga, apakah ini alasan Yora menghilang?! Yora hamil?! Hamil dengan Dewan?!

Satu hal yang pasti, ia harus mencari tahu lebih banyak.

***

Malam itu, Kirana mendapati Dewan ada di rumahnya entah untuk apa pria itu datang, menjadikan kini Kirana harus terjebak di meja makan dengan pikiran yang kalut.

Kirana tidak bisa benar-benar fokus.

Ia masih memikirkan tentang kejadian tadi yang ia lihat tadi di rumah sakit. Jika Yora benar-benar hamil, mengapa harus menghilang?! Karena Kirana yakin, Dewan akan bertanggung jawab.

Dan yang lebih mengganggu pikirannya—pastinya Yora masing mengandung dan dirinya justru akan menikah dengan calon suami dan calon ayah dari anak kakaknya sendiri.

Kirana pikir, dunia ini semakin gila saja.

Kini Kirana sedang di meja makan bersama orang tuanya dan Dewan.

“Kirana, makanlah. Jangan hanya diam.”

Kirana tersadar dari lamunannya. Ia menunduk melihat piringnya yang masih utuh. Ia bahkan belum menyentuh makanannya.

“Aku masih nggak terlalu lapar, Bu. Maaf,” jawabnya.

Widia mendecakkan lidahnya pelan. Kirana tahu, ibunya itu jelas tidak menyukai sikapnya. Tapi Kirana tidak peduli sekarang, pikirannya terasa ingin meledak dan ia ingin cepat-cepat ke kamarnya.

Sementara itu, Dewan terlihat lebih sibuk berbicara dengan ayahnya. Pria itu bahkan tidak menyapanya sejak mereka duduk. Seolah Kirana tidak ada di sana.

Kirana menggenggam sendoknya erat. Benar-benar keterlaluan, batinnya.

Apa dia ini hanya formalitas bagi Dewan?

Merasa tidak tahan lagi, Kirana akhirnya berdiri dari kursinya. “Aku permisi dulu,” katanya singkat.

Widia hendak mengatakan sesuatu, tapi Kirana sudah melangkah pergi.

Dewan? Pria itu bahkan tidak menoleh sedikit pun ke arahnya.

Kirana menahan napas dan berjalan cepat menuju tangga, ingin segera masuk ke kamarnya dan menenangkan pikirannya.

Namun, langkahnya terhenti saat matanya menangkap sesuatu yang tergeletak di meja kecil dekat tangga.

Sebuah dompet pria.

Kirana mengerutkan kening. Itu jelas bukan dompet ayahnya. Ia tahu betul bahwa ayahnya tidak memiliki sebuah dompet.

Lalu, siapa pemiliknya?

Tanpa berpikir panjang, Kirana mengambil dompet itu. Melihat desain dompet yang berlogo brand mewah itu.

Pikirannya langsung tertuju pada Dewan. Mungkin ini miliknya. Kirana berniat untuk meletakkannya kembali tanpa repot-repot memberikannya langsung ke Dewan. Ia sudah terlalu malas berurusan dengan pria itu malam ini.

Namun, saat ia hendak meletakkan dompet itu, sesuatu jatuh dari sela-sela lipatan dompet.

Sebuah kertas kecil berwarna hitam dan putih.

Kirana menunduk, mengambil benda itu. Tapi begitu ia melihatnya, matanya langsung membesar.

Napasnya tercekat.

Tangannya sedikit kaku saat ia meraih benda itu dan membawanya lebih dekat ke wajahnya.

Sebuah foto kecil berwarna hitam putih.

Bukan sembarang foto.

“Ini…foto janin?!”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Pengganti yang Tidak Diinginkan   Bab 9

    Semua orang langsung kaget melihat foto-foto Dewan bermesraan dengan seorang perempuan yang muncul di layar proyektor. Ruangan yang tadi dipenuhi suara obrolan kini berubah sunyi. Tatapan para tamu undangan terpaku pada layar yang masih menampilkan beberapa foto dengan sudut yang berbeda. Beberapa orang mulai berbisik. “Loh kenapa ada foto Alana sama Mas Dewan?” “Mana segala meluk tangan Mas Dewan lagi…” “Alana emang terlalu manja sampai lupa Masnya mau nikah, nggak baik sedeket itu. Semua ada batasannya,” celetuk salah satu Tantenya. Suara itu terdengar cukup jelas di telinga Kirana, membuatnya mengernyit bingung. Alana? Apa gadis yang ada di foto itu bernama Alana? Ia menoleh ke arah Dewan, mencari reaksi pria itu. Dan benar saja, ekspresi Dewan berubah drastis. Sorot matanya tajam dan rahangnya mengatup rapat. Dewan dengan cepat memanggil panitia acara. Dengan suara yang dalam dan dingin, ia bertanya, “Siapa yang mengganti tampilan di layar?” EO yang mengatu

  • Istri Pengganti yang Tidak Diinginkan   Bab 8

    Kirana masih terpaku di tempatnya, menatap ke sekeliling lantai mall dengan mata nanar. Dia yakin tadi melihat sosok yang sangat mirip dengan Yora. Rambut panjang yang diikat rendah, postur tubuh yang tidak asing, bahkan caranya berjalan sekilas mengingatkannya pada sang kakak. Tapi sekarang, sosok itu menghilang, seakan tertelan keramaian mall. Jantung Kirana berdegup kencang. Bisa jadi itu hanya bayangan semata, tapi nalurinya berkata lain. Dia tidak mungkin salah lihat. Kakaknya yang sudah lama menghilang, tiba-tiba muncul begitu saja di tengah keramaian mall? Atau ini hanya kebetulan? Kirana menggigit bibirnya, lalu dengan tekad bulat ia mulai berjalan cepat, menelusuri setiap sudut mall. Mungkin Yora masuk ke salah satu toko? Atau naik ke lantai lain? Tanpa membuang waktu, ia menaiki eskalator dengan langkah tergesa-gesa, menyisir tiap sudut dengan saksama. Berkali-kali ia mengamati wajah-wajah orang yang lewat, berharap menemukan sosok yang tadi dilihatny

  • Istri Pengganti yang Tidak Diinginkan   Bab 7

    Keesokan harinya, Kirana terbangun dengan rasa pening yang menggelayuti kepalanya. Jam di meja samping tempat tidur menunjukkan pukul 11 pagi. Matanya sejenak terbelalak, menyadari sudah seharian lewat. Rasa kantuk masih menyerangnya karena semalam ia begadang menyelesaikan tugas kuliah yang menumpuk. Ia menghela napas pelan dan dengan malas bangkit dari tempat tidur. Meskipun hari itu libur, Kirana merasa tidak bisa menikmati waktu untuk dirinya sendiri. Ia melangkah ke kamar mandi dan mencuci wajahnya, mencoba menyegarkan diri. Namun begitu ia turun ke ruang tamu, sebuah suara sinis langsung menyapanya. “Kamu baru bangun?” suara Tatie terdengar tajam, seakan menghakimi. Kirana menahan napas dan mengusap matanya, sedikit merasa terganggu. Di hadapannya, Tatie duduk di sofa dengan tatapan tajam, menilai penampilannya. Rambut Kirana masih acak-acakan, dan wajahnya jelas masih lelah karena begadang semalam. Sial. Kirana tidak menyangka kedatangan Tatie, ibunya Dewa! “Kenap

  • Istri Pengganti yang Tidak Diinginkan   Bab 6

    Keesokan harinya, Kirana masih teringat jelas percakapan malam sebelumnya. Suara Dewan yang marah dan kata-katanya yang penuh amarah membuatnya tidak bisa tidur nyenyak. Kenapa Dewan bisa berbicara dengan Yora? Bukankah ia mengatakan bahwa ia tidak tahu apa-apa soal hilangnya Yora? Kirana merasa semakin bingung dan curiga. Apa yang sebenarnya terjadi antara Dewan dan kakaknya? Pagi itu, mereka duduk di restoran Cina yang cukup ramai, tapi Kirana hanya bisa melamun, berusaha mengusir rasa cemas yang menggelayuti pikirannya. Dewan tampak tenang, namun ia tahu pria itu sedang tidak dalam suasana hati yang baik. Kirana sesekali melirik pria itu, mencoba mencari tanda-tanda atau petunjuk dari gerak-gerik Dewan. Namun, tak ada yang mencurigakan. Dewan hanya sibuk dengan ponselnya, menikmati makanan dengan sikap yang sama sekali tidak mengindikasikan sesuatu yang mencurigakan. Namun, ketika ponsel Dewan berdering, Kirana langsung memperhatikan. Pria itu menatap layar ponselnya

  • Istri Pengganti yang Tidak Diinginkan   Bab 5

    Kirana duduk di tepi ranjang, memikirkan foto USG yang baru saja dilihat di dompet Dewan itu. Dadanya berdebar keras, pikirannya penuh dengan pertanyaan yang tak kunjung mendapatkan jawaban. Apakah janin itu milik Yora? Namun dirinya masih belum percaya sebelum mendapati bukti yang lebih. Tetapi tidak mungkin kebetulan jika dia menemukan dokumen atas nama Yora di rumah sakit, lalu sekarang ada foto janin di rumah ini. Semakin Kirana mencoba mengabaikannya, semakin kuat perasaannya bahwa ada sesuatu yang besar sedang disembunyikan. Tangannya mengepal. Dia harus mencari tahu. Kirana berdiri dengan cepat, meninggalkan foto itu di atas meja sebelum melangkah keluar dari kamarnya. Ia berjalan dengan hati-hati, memastikan tak ada seorang pun yang memperhatikannya saat ia menuju kamar Yora. Kamar itu masih dibiarkan sama seperti saat Yora menghilang. Seolah keluarganya masih berharap Yora akan kembali kapan saja. Namun kini, bagi Kirana, ruangan ini bukan sekadar kamar kosong—melain

  • Istri Pengganti yang Tidak Diinginkan   Bab 4

    Kirana berjalan melewati lorong rumah sakit dengan pikiran yang berantakan. Kata-kata Arya terus terngiang di kepalanya. Pikirannya terus melayang memikirkan, anatara Yora dan Dewan. Potongan-potongan itu seperti puzzle yang belum tersusun dengan jelas di kepalanya. Yora menghilang tanpa jejak, dan kini tiba-tiba muncul fakta bahwa ia pernah berada di rumah sakit bersama Dewan. Apa hubungan mereka sebenarnya? Kirana mencoba mengabaikan pikirannya dan tetap berjalan, tapi langkahnya terhenti ketika tubuhnya menabrak seseorang. Bruk! Seorang suster yang membawa kardus penuh dokumen terkejut dan hampir kehilangan keseimbangan. Dokumen-dokumen yang berada di dalam kardus itu berhamburan ke lantai. “Astaga, maaf!” Kirana buru-buru berjongkok, membantu suster itu mengumpulkan dokumen-dokumen yang berserakan. Suster itu tampak terburu-buru, tapi ia tetap tersenyum ramah. “Tidak apa-apa.” Kirana sedang meraih beberapa dokumen ketika matanya menangkap sesuatu yang membuatny

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status