Istri Pengganti yang Tidak Diinginkan

Istri Pengganti yang Tidak Diinginkan

last updateLast Updated : 2025-02-05
By:  CathOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
9Chapters
408views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Kirana Raden Ayu Wijaya terpaksa menggantikan kakaknya yang hilang untuk menikah dengan Dewan Kertanegara, presiden direktur yang dingin dan jauh lebih tua darinya. Meski tidak menginginkannya, Kirana menerima pernikahan ini terpaksa demi nama baik kedua keluarga, terutama keluarga Kertanegara.

View More

Chapter 1

Bab 1

Kirana melangkah pelan menaiki tangga menuju kamarnya, tubuhnya terasa lelah setelah perjalanan panjang dari tempatnya ngekos.

Sudah lama ia tidak pulang ke rumah sejak sibuk menjalani koas sebagai mahasiswa kedokteran. Kesibukan itu membuatnya nyaris tidak punya waktu untuk beristirahat, apalagi pulang menemui keluarganya.

Begitu masuk ke kamar, Kirana langsung menjatuhkan tubuhnya di kasur. Tas besar yang ia bawa dilemparkan begitu saja ke lantai.

Ia menghela napas panjang, matanya menatap langit-langit, menikmati sesaat kebebasan dari hiruk-pikuk rumah sakit.

Baru saja ia hendak memejamkan mata untuk menikmati sedikit ketenangan, suara ibunya terdengar dari luar.

“Kirana, turun ke bawah sekarang,” suara Widia terdengar tegas, memecah keheningan.

Kirana membuka matanya dengan malas. “Sebentar lagi, Bu,” jawabnya dengan setengah hati.

“Jangan lama-lama. Ada tamu,” lanjut ibunya dari luar pintu.

Kirana mengernyit. Tamu? Siapa? pikirnya. Meski enggan, ia akhirnya bangkit dari tempat tidur dan berjalan keluar kamar. Ia merasa aneh dengan nada bicara ibunya yang terdengar serius.

Saat tiba di ruang makan, matanya langsung menangkap beberapa wajah asing yang sedang duduk di sana. Seorang wanita paruh baya dengan penampilan elegan, mengenakan kebaya modern, duduk di kursi utama.

Wanita itu menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan. Di sebelahnya, ada seorang pria tua dengan rambut sebagian besar sudah memutih.

Kirana mengenali wajah wanita paruh baya itu dari beberapa foto keluarga.

Ia adalah Tatie Kertanegara, ibu dari Dewan Kertanegara, seorang pengusaha terkenal sekaligus calon suami Yora, kakak sulungnya.

“Kirana, duduk,” suara ibunya membuatnya tersadar dari lamunan. Widia menunjuk kursi kosong di meja makan, di sebelahnya sendiri.

“Eh, iya, Bu,” Kirana menuruti perintah ibunya, meskipun ia masih bingung dengan situasi yang terjadi. Ia duduk dengan ragu, merasa semua mata di ruangan itu tertuju padanya.

“Selamat datang kembali, Kirana,” sapa Tatie dengan senyum tipis. Suaranya terdengar ramah, namun ada nada kaku di baliknya. “Bagaimana kabar kamu? Koasnya lancar?”

Kirana menelan ludah. Pertanyaan itu terlalu biasa, tapi entah kenapa terasa seperti interogasi. “Alhamdulillah, Tante, lancar,” jawabnya sopan, berusaha menjaga nada bicara meski hatinya masih bertanya-tanya kenapa keluarga Kertanegara datang ke rumah mereka.

“Syukurlah,” Tatie mengangguk kecil, lalu melanjutkan, “Saya dengar kamu anak yang pintar. Sangat berdedikasi di bidangmu.”

“Oh, terima kasih, Tante,” Kirana menjawab singkat, merasa suasana semakin aneh.

Tatie menatap Kirana sejenak sebelum akhirnya angkat bicara dengan nada yang lebih serius. “Kirana, kami ke sini karena ada hal penting yang ingin dibicarakan. Kami ingin kamu membantu keluarga kami.”

“Membantu? Membantu apa, Tante?” tanya Kirana bingung, menatap ibunya untuk mencari penjelasan. Namun, Widia hanya diam, wajahnya terlihat tegang.

Tatie menarik napas dalam, lalu menatap Kirana dengan tajam. “Kami ingin kamu menggantikan Yora untuk menikah dengan Dewan.”

Kalimat itu menghantam Kirana seperti petir di siang bolong. Tubuhnya menegang, dan ia menatap Tatie dengan kaget. “Apa? Maksud Tante… saya menikah dengan Pak Dewan?” tanyanya, hampir tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.

“Kirana, dengarkan dulu penjelasannya,” ibunya mencoba menenangkan, tapi suara Widia terdengar lemah, seperti tidak yakin dengan kata-katanya sendiri.

“Bu, ini… ini tidak masuk akal. Bukannya Kak Yora yang akan menikah dengan Pak Dewan? Kenapa tiba-tiba aku?” suara Kirana meninggi, perasaan bingung dan marah bercampur jadi satu.

Widia menunduk sejenak, lalu menghela napas panjang. “Yora… sudah hampir sebulan tidak bisa dihubungi. Kami sudah mencoba mencari tahu keberadaannya, tapi sampai sekarang dia belum ditemukan. Padahal pernikahan tinggal sebulan lagi, Kirana. Keluarga kita dan keluarga Kertanegara tidak bisa menunda lagi.”

“Tidak bisa dihubungi? Apa maksud Ibu? Kak Yora hilang?” Kirana memandang ibunya dengan tatapan tidak percaya.

Widia mengangguk pelan. “Iya, dia menghilang begitu saja. Kita tidak tahu apa yang terjadi. Tapi, kita harus menjaga nama baik keluarga, Nak.”

“Kirana,” Tatie menyela dengan nada tegas. “Ini bukan hanya soal keluargamu, tapi juga keluarga kami. Pernikahan ini adalah kesepakatan penting yang melibatkan bisnis dan reputasi. Kami tidak bisa membatalkannya begitu saja.”

Kirana memutar otaknya dengan cepat, mencari alasan untuk menolak. “Tapi… Tante, ini terlalu mendadak. Saya bahkan tidak punya hubungan apa-apa dengan Pak Dewan.”

Tatie menatap Kirana tajam, membuat gadis itu merasa terpojok. “Kamu pikir kami ingin ini terjadi? Situasi ini sulit untuk semua orang. Tapi Dewan harus menikah. Undangan belum disebar, jadi nama pengantin masih bisa diubah. Kamu hanya perlu menggantikan posisi Yora.”

“Tapi, Tante… ini pernikahan, bukan sekadar kesepakatan bisnis!” Kirana mencoba melawan, meski suaranya bergetar.

“Pikirkan baik-baik, Kirana,” Tatie berkata dengan nada dingin. “Ini demi keluarga. Kamu tidak punya banyak waktu untuk mempertimbangkan.”

Widia menyentuh lengan Kirana, berusaha menenangkan. “Nak, Ibu tahu ini berat. Tapi kita tidak punya pilihan lain. Keluarga kita… butuh kamu.”

Kirana menunduk, pikirannya berputar kacau. Pernikahan? Dengan Dewan Kertanegara? Pria itu adalah seseorang yang hanya ia kenal dari cerita-cerita kakaknya. Bagaimana mungkin ia tiba-tiba diminta menggantikan posisi Yora?

“Kirana,” Tatie kembali bicara. “Ini bukan tentang apa yang kamu inginkan. Ini tentang tanggung jawab. Kamu bisa membantu menyelamatkan nama baik keluarga kami, sekaligus keluargamu sendiri.”

***

Kirana berdiri canggung di depan cermin, mengenakan gaun pertama yang sudah disediakan. Gaun itu terlihat indah, tapi entah kenapa, saat melihat dirinya sendiri, ia merasa asing.

“Hmm,” gumam Tatie sambil memandang Kirana dari atas ke bawah. “Gaun ini… tidak cocok untukmu.”

Kirana menegang. Ia tidak tahu bagaimana harus merespons komentar Tatie yang terasa seperti kritik tajam.

“Coba yang ini,” ujar Tatie, menunjuk salah satu gaun yang dibawa pegawai butik. Gaun itu memiliki desain yang lebih sederhana, namun tetap elegan, dengan potongan v-neck dan detail renda di bagian dada serta punggung. “Dewan pasti lebih suka yang ini.”

Kirana menatap gaun itu dengan ragu, lalu beralih pada Tatie. “Tante yakin Pak Dewan akan suka?”

Tatie menatap Kirana datar, ada nada dingin dalam suaranya. “Ya. Karena itu pilihan Yora waktu mereka fitting baju. Dewan memujinya saat itu. Saya yakin dia tidak akan keberatan jika kamu memakai gaun yang sama.”

Bagaimana mungkin ia mengenakan sesuatu yang seharusnya dipakai oleh kakaknya, Yora?

“Ibu,” panggil Kirana pelan.

Widia menoleh, ekspresinya tenang seperti biasanya. “Ada apa, Kirana? Sudah coba gaunnya?”

Kirana menatap ibunya dengan tatapan penuh luka. “Aku nggak bisa…kenapa Pak Dewan setuju?” Kirana tak bisa menyembunyikan nada ketidakpercayaannya. “Apa dia tahu aku yang akan menggantikan Kak Yora?”

Belum sempat Widia menjawab, suara seseorang memotong pembicaraan mereka. “Dia tahu.”

Kirana dan Widia menoleh bersamaan, melihat Tatie berdiri di ambang pintu butik dengan ekspresi tajam. Wanita itu melangkah masuk dengan anggun, tatapannya langsung tertuju pada Kirana.

“Dewan sudah tahu, dan dia setuju. Dia bukan orang yang suka mempersulit keadaan. Kami, sebagai keluarga, sudah membuat keputusan,” ucap Tatie, nada suaranya dingin tapi penuh kendali.

Kirana merasa tubuhnya menegang. “Kenapa Pak Dewan setuju, Tante? Apa dia nggak keberatan menikah dengan saya? saya itu adik dari calon istrinya!”

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
9 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status