Share

Bab 6

Author: Cath
last update Last Updated: 2025-02-02 18:54:59

Keesokan harinya, Kirana masih teringat jelas percakapan malam sebelumnya. Suara Dewan yang marah dan kata-katanya yang penuh amarah membuatnya tidak bisa tidur nyenyak.

Kenapa Dewan bisa berbicara dengan Yora? Bukankah ia mengatakan bahwa ia tidak tahu apa-apa soal hilangnya Yora? Kirana merasa semakin bingung dan curiga. Apa yang sebenarnya terjadi antara Dewan dan kakaknya?

Pagi itu, mereka duduk di restoran Cina yang cukup ramai, tapi Kirana hanya bisa melamun, berusaha mengusir rasa cemas yang menggelayuti pikirannya.

Dewan tampak tenang, namun ia tahu pria itu sedang tidak dalam suasana hati yang baik. Kirana sesekali melirik pria itu, mencoba mencari tanda-tanda atau petunjuk dari gerak-gerik Dewan.

Namun, tak ada yang mencurigakan. Dewan hanya sibuk dengan ponselnya, menikmati makanan dengan sikap yang sama sekali tidak mengindikasikan sesuatu yang mencurigakan.

Namun, ketika ponsel Dewan berdering, Kirana langsung memperhatikan. Pria itu menatap layar ponselnya sejenak, lalu beranjak dengan cepat meninggalkan meja mereka.

Kirana terkejut, merasa ada sesuatu yang aneh. Kenapa tiba-tiba Dewan pergi begitu saja? Rasanya ada yang tidak beres.

Kirana menahan rasa penasaran yang semakin memuncak. Ia ingin sekali tahu siapa yang menelepon Dewan, tetapi layarnya gelap dan Kirana tak bisa melihat panggilan masuk.

Dengan hati-hati, Kirana beranjak dari kursinya, berusaha tidak terlalu mencolok, dan berjalan mengikuti Dewan.

Dewan berjalan keluar dari restoran, dan Kirana mencoba untuk menjaga jarak agar tidak ketahuan.

Sesampainya di luar, Kirana bisa mendengar suara Dewan yang sedang berbicara dengan seseorang melalui telepon. Namun, kali ini suara Dewan terdengar sangat berbeda—marah dan kasar.

“Kenapa kamu selalu seperti ini?” suara Dewan terdengar meninggi. “Kamu pikir semuanya akan selesai begitu saja?”

Kirana menelan ludah, merasa sangat cemas. Baru pertama kali ia mendengar Dewan berbicara dengan nada seperti itu.

Rasanya suara Dewan yang marah begitu menakutkan, jauh dari pria yang biasanya tenang dan dingin. Kirana mendekat sedikit lagi, berusaha menguping percakapan itu lebih jelas.

“Jangan coba-coba melarikan diri lagi, Yora!” Dewan melanjutkan, suaranya penuh kekesalan. “Kamu sudah menyusahkan semuanya!”

Kirana hampir tidak bisa menahan diri. Yora! Jadi Dewan sedang berbicara dengan Yora. Semua dugaan Kirana semakin menguat.

“Puas kamu mempermainkan aku? Ini terakhir, setelahnya kita tidak akan berbicara lagi!”

Tidak lama setelah itu, Dewan menutup telepon dengan kasar, dan Kirana terkejut ketika pria itu berbalik badan.

Matanya langsung menangkap Kirana yang sedang berdiri tidak jauh darinya.

Dewan menatap Kirana dengan pandangan datar yang tidak bisa dibaca. “Kamu nguping?” tanya Dewan dengan nada datar, tetapi suara itu terdengar penuh ketegangan.

Kirana panik, berusaha tersenyum seolah-olah tidak ada yang terjadi. “Eng… enggak kok,” jawabnya tergagap. “Aku cuma…”

“Kamu pikir saya bodoh?” tanya Dewan, suara dan tatapannya semakin tajam. “Kamu semakin tidak sopan dan tidak beradab, Kirana.”

Kirana merasa darahnya mendidih mendengar kata-kata itu. Meskipun Dewan selalu dingin, ia tak pernah mendengar Dewan bicara sekeras itu.

“Aku…”

Dewan menaikan alisnya menunggu Kirana melanjutkan bicaranya.

“Aku denger kamu bicara sama kak Yora!” ucap Kirana dengan cepat.

Dewan menegakkan tubuhnya, matanya memandang Kirana dengan tajam. “Kenapa kamu selalu ikut campur urusan orang lain?”

“Urusan orang lain? Itu kakak aku! Aku tanya sama kamu kenapa bisa telfonan sama kak Yora?! Kenapa kamu sebelumnya pura-pura nggak tau hilangnya kak Yora?!

“Kamu terlalu banyak bertanya.”

Kirana bisa merasakan amarahnya semakin memuncak. Ia tidak bisa lagi menahan diri. “Aku hanya ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi!” jawabnya dengan suara yang sedikit lebih keras.

“Aku bakal ceritain ke keluarga ternyata Pak Dewan tau dimana kak Yora!”

“Katakan saya, siapa yang akan percaya sama kamu?”

Kirana terlihat bingung.

Dewan melanjutkan. “Tidak ada buktinya.”

Dan Kirana tidak bisa berkata-kata.

Dewan menatap tajam Kirana. “Mulai sekarang, jangan harap saya memperlakukan kamu layaknya calon istri sebelum kamu menghormati saya dengan benar.”

Kirana merasa hatinya terbakar. Tak ada kata-kata yang lebih menyakitkan dari itu. “Aku cuman mau tau aja! Kenapa dirahasiain kalau kamu masiu berhubungan sama kak Yora?! Pasti Pak Dewan tau kan dimana kak Yora? Kalau begitu kita nggak jadi menikah!”

“Keputusan sudah final. Kamu menikah dengan saya.”

“Aku bener-bener nggak ngerti! Kenapa jadi aku yang menikah sama kamu?! Kalau ternyata kamu tau dimana kak Yora, aku bisa buat pernikahan ini gagal!”

Dewan menarik napas panjang, tampaknya semakin marah. Kirana bisa merasakan ketegangan yang semakin memuncak. “Kamu sebaiknya jangan coba-coba berbuat hal bodoh, Kirana,” katanya dengan suara berat, penuh ancaman.

Kirana sudah tidak bisa lagi menahan emosinya. Ia mendengus keras, mengutuk dalam hati, dan tanpa berpikir lagi ia mengumpat menggunakan bahasa Korea yang ia yakin Dewan tidak mengerti dengan keras.

“YAK! SHIBAL SHEKKIYAAA! Tunggu aja aku bakal gagalin pernikahan ini!”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Pengganti yang Tidak Diinginkan   Bab 9

    Semua orang langsung kaget melihat foto-foto Dewan bermesraan dengan seorang perempuan yang muncul di layar proyektor. Ruangan yang tadi dipenuhi suara obrolan kini berubah sunyi. Tatapan para tamu undangan terpaku pada layar yang masih menampilkan beberapa foto dengan sudut yang berbeda. Beberapa orang mulai berbisik. “Loh kenapa ada foto Alana sama Mas Dewan?” “Mana segala meluk tangan Mas Dewan lagi…” “Alana emang terlalu manja sampai lupa Masnya mau nikah, nggak baik sedeket itu. Semua ada batasannya,” celetuk salah satu Tantenya. Suara itu terdengar cukup jelas di telinga Kirana, membuatnya mengernyit bingung. Alana? Apa gadis yang ada di foto itu bernama Alana? Ia menoleh ke arah Dewan, mencari reaksi pria itu. Dan benar saja, ekspresi Dewan berubah drastis. Sorot matanya tajam dan rahangnya mengatup rapat. Dewan dengan cepat memanggil panitia acara. Dengan suara yang dalam dan dingin, ia bertanya, “Siapa yang mengganti tampilan di layar?” EO yang mengatu

  • Istri Pengganti yang Tidak Diinginkan   Bab 8

    Kirana masih terpaku di tempatnya, menatap ke sekeliling lantai mall dengan mata nanar. Dia yakin tadi melihat sosok yang sangat mirip dengan Yora. Rambut panjang yang diikat rendah, postur tubuh yang tidak asing, bahkan caranya berjalan sekilas mengingatkannya pada sang kakak. Tapi sekarang, sosok itu menghilang, seakan tertelan keramaian mall. Jantung Kirana berdegup kencang. Bisa jadi itu hanya bayangan semata, tapi nalurinya berkata lain. Dia tidak mungkin salah lihat. Kakaknya yang sudah lama menghilang, tiba-tiba muncul begitu saja di tengah keramaian mall? Atau ini hanya kebetulan? Kirana menggigit bibirnya, lalu dengan tekad bulat ia mulai berjalan cepat, menelusuri setiap sudut mall. Mungkin Yora masuk ke salah satu toko? Atau naik ke lantai lain? Tanpa membuang waktu, ia menaiki eskalator dengan langkah tergesa-gesa, menyisir tiap sudut dengan saksama. Berkali-kali ia mengamati wajah-wajah orang yang lewat, berharap menemukan sosok yang tadi dilihatny

  • Istri Pengganti yang Tidak Diinginkan   Bab 7

    Keesokan harinya, Kirana terbangun dengan rasa pening yang menggelayuti kepalanya. Jam di meja samping tempat tidur menunjukkan pukul 11 pagi. Matanya sejenak terbelalak, menyadari sudah seharian lewat. Rasa kantuk masih menyerangnya karena semalam ia begadang menyelesaikan tugas kuliah yang menumpuk. Ia menghela napas pelan dan dengan malas bangkit dari tempat tidur. Meskipun hari itu libur, Kirana merasa tidak bisa menikmati waktu untuk dirinya sendiri. Ia melangkah ke kamar mandi dan mencuci wajahnya, mencoba menyegarkan diri. Namun begitu ia turun ke ruang tamu, sebuah suara sinis langsung menyapanya. “Kamu baru bangun?” suara Tatie terdengar tajam, seakan menghakimi. Kirana menahan napas dan mengusap matanya, sedikit merasa terganggu. Di hadapannya, Tatie duduk di sofa dengan tatapan tajam, menilai penampilannya. Rambut Kirana masih acak-acakan, dan wajahnya jelas masih lelah karena begadang semalam. Sial. Kirana tidak menyangka kedatangan Tatie, ibunya Dewa! “Kenap

  • Istri Pengganti yang Tidak Diinginkan   Bab 6

    Keesokan harinya, Kirana masih teringat jelas percakapan malam sebelumnya. Suara Dewan yang marah dan kata-katanya yang penuh amarah membuatnya tidak bisa tidur nyenyak. Kenapa Dewan bisa berbicara dengan Yora? Bukankah ia mengatakan bahwa ia tidak tahu apa-apa soal hilangnya Yora? Kirana merasa semakin bingung dan curiga. Apa yang sebenarnya terjadi antara Dewan dan kakaknya? Pagi itu, mereka duduk di restoran Cina yang cukup ramai, tapi Kirana hanya bisa melamun, berusaha mengusir rasa cemas yang menggelayuti pikirannya. Dewan tampak tenang, namun ia tahu pria itu sedang tidak dalam suasana hati yang baik. Kirana sesekali melirik pria itu, mencoba mencari tanda-tanda atau petunjuk dari gerak-gerik Dewan. Namun, tak ada yang mencurigakan. Dewan hanya sibuk dengan ponselnya, menikmati makanan dengan sikap yang sama sekali tidak mengindikasikan sesuatu yang mencurigakan. Namun, ketika ponsel Dewan berdering, Kirana langsung memperhatikan. Pria itu menatap layar ponselnya

  • Istri Pengganti yang Tidak Diinginkan   Bab 5

    Kirana duduk di tepi ranjang, memikirkan foto USG yang baru saja dilihat di dompet Dewan itu. Dadanya berdebar keras, pikirannya penuh dengan pertanyaan yang tak kunjung mendapatkan jawaban. Apakah janin itu milik Yora? Namun dirinya masih belum percaya sebelum mendapati bukti yang lebih. Tetapi tidak mungkin kebetulan jika dia menemukan dokumen atas nama Yora di rumah sakit, lalu sekarang ada foto janin di rumah ini. Semakin Kirana mencoba mengabaikannya, semakin kuat perasaannya bahwa ada sesuatu yang besar sedang disembunyikan. Tangannya mengepal. Dia harus mencari tahu. Kirana berdiri dengan cepat, meninggalkan foto itu di atas meja sebelum melangkah keluar dari kamarnya. Ia berjalan dengan hati-hati, memastikan tak ada seorang pun yang memperhatikannya saat ia menuju kamar Yora. Kamar itu masih dibiarkan sama seperti saat Yora menghilang. Seolah keluarganya masih berharap Yora akan kembali kapan saja. Namun kini, bagi Kirana, ruangan ini bukan sekadar kamar kosong—melain

  • Istri Pengganti yang Tidak Diinginkan   Bab 4

    Kirana berjalan melewati lorong rumah sakit dengan pikiran yang berantakan. Kata-kata Arya terus terngiang di kepalanya. Pikirannya terus melayang memikirkan, anatara Yora dan Dewan. Potongan-potongan itu seperti puzzle yang belum tersusun dengan jelas di kepalanya. Yora menghilang tanpa jejak, dan kini tiba-tiba muncul fakta bahwa ia pernah berada di rumah sakit bersama Dewan. Apa hubungan mereka sebenarnya? Kirana mencoba mengabaikan pikirannya dan tetap berjalan, tapi langkahnya terhenti ketika tubuhnya menabrak seseorang. Bruk! Seorang suster yang membawa kardus penuh dokumen terkejut dan hampir kehilangan keseimbangan. Dokumen-dokumen yang berada di dalam kardus itu berhamburan ke lantai. “Astaga, maaf!” Kirana buru-buru berjongkok, membantu suster itu mengumpulkan dokumen-dokumen yang berserakan. Suster itu tampak terburu-buru, tapi ia tetap tersenyum ramah. “Tidak apa-apa.” Kirana sedang meraih beberapa dokumen ketika matanya menangkap sesuatu yang membuatny

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status