Share

Keanehan Arkan Dibenak Hanum!

"Dengan sigap, sang Tikus membantu Singa keluar dari jaring tersebut dengan menggerogoti jaring sampai terputus. Keduanya pun segera kabur dan menyelamatkan diri." Hanum menutup buku dongeng ketiga yang dia bacakan untuk Sean, hingga akhirnya pria kecil itu tertidur lelap.

Hanum menggerakkan tangannya, mengusap kepala Sean dengan lembut. "Tampannya anak, Mommy. Semoga kamu selalu sehat Sayang dengan didatangi oleh kebahagiaan yang abadi, Mommy akan selalu menyayangi kamu meski kenyataannya kamu tidak terlahir dari rahimku."

Hanum tersenyum lembut namun, pancaran matanya berkaca-kaca. Ia membayangkan satu hal jika itu terjadi di masa depan, seperti adanya perpisahan antara dirinya dan Sean nanti ketika ibu kandungnya datang dan meminta untuk kembalikan posisinya.

Ia tahu itu pasti akan terjadi, karena Hanum yakin mantan istri Arkan tidak benar-benar pergi. Ini yang dia takutkan, alasan utama juga mengapa ia sangat menentang awal perjodohannya, apa lagi dengan seorang pria yang pernah menikah.

Hanum mengetahui memulai jalin hubungan dengan seorang pria harus siap atau tidak siap pada akhirnya akan ada yang harus merasa terluka.

"Mulai dari sekarang Mommy ingin buat banyak kenangan indah dulu bersama Sean. Karena setidaknya, jika itu benar-benar terjadi, Mommy masih akan bisa melihat Sean dari kejauhan. Mommy akan menyaksikan bahwa Sean telah hidup bahagia dengan penuh kasih sayang keluarga yang lengkap. Kamu harus kuat, Nak, demi Daddy, Oma dan Opa. Jangan pernah merasa sendiri, karena Mommy akan selalu ada untuk Sean."

Tanpa Hanum sejak tadi Arkan telah berdiri diambang pintu, cukup lama untuk mendengarkan semua kata-kata Hanum yang tiba-tiba membuat kobaran amarah dalam hatinya.

Arkan segera berbalik saat merasakan matanya mulai memanas, ia pergi dengan kedua tangannya terkepal kuat. Niatnya yang tadi hendak melihat Sean, kini terkurung.

Dibalik sikapnya yang dingin tak tersentuh dan temperamen, Arkan hanyalah seorang pria yang selama ini menggantungkan kebahagiaannya kepada putranya.

*****

Setelah memastikan Sean tertidur dengan lelap, Hanum kembali ke kamarnya. Sesampainya pun dia tidak melihat adanya Arkan, dan Hanum tidak peduli itu.

Hanum segera bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri lebih dulu. Setelahnya ia mengambil bantal juga selimut, lalu melangkah menuju sofa.

"Mau melakukan apa?" tanya Arkan dengan tiba-tiba saat melihat Hanum membawa pergi bantal juga selimut.

"Tidur, apalagi?" ucap Hanum acuh tak acuh.

"Kau ingin tidur? Kasurnya di sebelah sana, bukan di situ," ucap Arkan tidak membiarkan Hanum untuk tidur terpisah dengannya.

""Saya tau, Pak. tapi saya tidak mau, saya hanya akan tidur di sini," balas Hanum sembari merebahkan tubuhnya dan mencari posisi nyaman di sofa yang cukup besar itu.

"Apa alasan kamu tidak ingin tidur dengan ku? Apa saya se-menjijikan itu di mata kamu, sampai saya pun tidak berhak untuk tidur dengan istri sah saya sendiri?" Kini tatapan Arkan berubah sangat tajam dan dingin pada Hanum.

Hanum yang sudah menutup matanya langsung terbuka kembali saat mendengar ucapan suaminya, alisnya mengkerut dengan tatap mengheran.

"Bapak sehat? Saya bukan perempuan seperti itu, saya sama sekali tidak merasa jijik dengan Bapak. Tapi itu terserah sih, Bapak sendiri juga yang bilang, kan," balas Hanum dengan kembali terpejam matanya.

Namun tiba-tiba ...

"Aaakkhh!" teriak Hanum seketika karena terkejut saat merasa tubuhnya terangkat.

Hanum dengan spontan mengalungkan tangannya pada leher Arkan. Ya, Arkan tiba-tiba mengangkatnya menggendong bridal style. Lalu membawanya untuk terbaring di atas kasur.

"Apa yang kau lakukan?!" tanya Hanum dengan suara sedikit keras.

"Apa lagi? Memindahkan istri yang nakal dan keras kepala seperti mu."

Hanum terdiam, apa ia tidak salah mendengar? Arkan mengatakan 'istri' itu artinya ia telah diakui?

Aakhh, sial! Apa yang kau pikirkan Hanum, dia adalah suamimu, sudah sepantasnya dia mengakui itu. Kau menikah dengannya saja secara hukum dan agama, dan itu sudah jelas! — batin Hanum menjerit tersadar.

"Tidak, aku tidak mau! Lepaskan, aku hanya akan tidur jika di sofa itu saja!" ucap Hanum bergerak memberontak dalam dekapan Arkan, namun sepertinya gerakan itu tidak berefek pada Arkan, karena baginya dengan tubuh Hanum sekecil ini tidak ada apa-apanya, Arkan merasa seperti sedang mengangkat kapas ringan.

"Diam! atau kamu mau malam pertama kita dilakukan sekarang? kamu tidak lupakan, kita masih belum melakukannya semalam setelah hari pernikahan," ucap Arkan menatap dingin tepat di manik mata Hanum.

Seketika Hanum terdiam dan tidak lagi memberontak, mulutnya terkatup rapat dengan jantung yang berdetak kencang.

Melihat reaksi istrinya dengan wajah yang sudah memerah Arkan tersenyum smirk. Tidak sia-sia ancamannya ternyata berhasil.

Arkan kembali melangkah menuju ke tempat tidur, ia membaringkan tubuh Hanum dengan hati-hati seperti gadis itu adalah barang sangat berharga yang ditakuti kehancurannya.

Sedangkan Hanum, dia terpaksa menurut saja. Ancaman Arkan benar-benar masalah besar, jadi dia harus menghindarinya itu terjadi. Jika disuruh untuk melakukan sekarang Hanum tidak akan pernah mau.

Mereka menikah saja tidak adanya cinta, lalu untuk apa melakukannya. Hanum sudah berprinsip, ia akan melakukannya jika itu dengan orang yang ia cintai serta mencintainya dan menjadi suaminya.

"Mau apa?" tanya Hanum penuh waspada dengan gerakan Arkan yang mulai mendekatinya.

"tidur, apa lagi." Arkan mematikan lampu tidur di nakas dan membiarkan lampu tidur satunya terus menyala.

Hanum membalikkan tubuhnya menyamping, ia tidur membelakangi suaminya. Arkan hanya membiarkannya, dan memejamkan mata dengan lengan tangan yang bertumpu menutup pada matanya.

"Pak," panggil Hanum, namun Arkan tidak menyahut.

"Bapak udah tidur?" ucap Hanum lagi.

Karena tidak mendapati sahutan dari suaminya, Hanum pun merasa tenang. Dengan begitu ia akan membuat jarak tidurnya dengan sang suami, agar pria itu tidak seenaknya lagi memeluknya seperti malam itu.

Namun berselang beberapa menit Hanum menutup mata untuk segera ke alam mimpi, tiba-tiba ia merasakan sesuatu yang menimpa bagian tubuhnya memeluknya erat.

Sekian detik Hanum kembali merasa kepala Arkan menyusup ke lesa leher jenjangnya, pria itu mendusel-duselkan wajah pada leher istrinya dan menghirup rakus wangi tubuhnya.

"Jangan pernah melakukan itu lagi. Kamu sudah menjadi istriku artinya kamu adalah Mommy untuk Sean, lalu untuk anak-anak kita lainnya nanti. Saya tidak akan membiarkan orang lain atau siapa pun termasuk mantan istriku mengganggu pernikahan kita," ucap Arkan dengan suara deep beratnya.

Hanum tidak bisa memberi respon apapun, ia hanya mampu menahan gejolak aneh dalam dirinya ketika Arkan berbicara dengan nada lembut dan nafas hangatnya menerpa leher polosnya hingga membuatnya meremang tak tahan.

Sungguh, ini adalah cobaan dan godaan terberat untuk Hanum yang hanya seorang gadis polos, namun mengerti semua hal yang bertentangan dengan dunia orang dewasa.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status