Share

Mendongengkan Dua Bayi?

Sudah tiga minggu berlalu setelah acara lamaran hari itu, dan semua keluarga telah menetapkan sekaligus tanggal hari pernikahan saat itu juga, dan jatuhnya pada satu bulan lagi hitungannya dari beberapa minggu yang lalu.

Hari-hari Hanum lalui dengan monoton, dan besok adalah hari di mana dirinya akan segera melangsungkan acara sakral bersama dosennya sendiri.

Semua telah disiapkan dari baju pengantin, hantaran, dan hotel yang telah di dekor dengan indah untuk melangsungkan pernikahan.

"Rasanya aku tidak ingin pernah percaya jika besok aku akan menjadi istrinya. memiliki mimpi atau bahkan berkhayal pun tidak pernah terlintas dalam pikiran ku," ucap Hanum dengan helaan nafas.

"Tapi tidak buruk juga, karena aku akan mendapatkan bonus dengan bocah laki-laki menggemaskan itu akan menjadi anakku," ucap Hanum lagi senyum di bibirnya.

Hanum segera bersiap untuk tidur, karena tadi Bunda sudah berpesan besok pagi-pagi sekali ia akan dirias oleh MUA untuk melangsungkan acara akadnya.

Saat akan menutup mata dan mulai menjelang mimpinya, Hanum kembali dibangunkan dengan suara notif yang masuk dari ponselnya.

Satu pesan masuk dari Arkan. Ya, kini Hanum memang sudah mengganti nama panggilannya pada Arkan, hanya nama saja bukan apa-apa.

Pak Arkan

[Hanum,] panggil Arkan pada pesannya.

[Salam dulu kali, Pak.]

[Wa’allaikumusallam,] jawab Hanum

[Assalamu’alaikum.] Balasan dari Arkan, entah bagaimana bentuk wajah Arkan sekarang karena ditegur oleh calon istrinya.

[Ya. Bapak kenapa? Kok tumben chatdijamsegini?] tanya Hanum.

[Kamu kenapa belum tidur?] Bukannya menjawab, Arkan malah balik bertanya pada Hanum.

[Belum ngantuk saya, Pak.]

[Dijawab itu, saya tanya loh] balas Hanum.

[Saya tidak bisa tidur.] balas Arkan.

Hanum mengernyit bingung. Lalu apa hubungannya dengan dirinya jika Arkan tidak bisa tidur. Benar-benar tidak jelas Bapak satu anak ini. – batin Hanum.

[Ya terus, hubungannya sama saya apa Pak?]

[Jangan bilang Bapak mau saya tidurkan, dinyanyiinninabobo dulu baru bisa tidur?!] balas Hanum lagi dengan emoji melotot.

[Sembarangan kamu. Saya masih waras, bisa langsung tidur sendiri kalau sudah mengantuk.] balas sewot Arkan.

Hanum yang mendapat balas tersebut mengelus dada aman. Untung saja. – batinnya.

[Lah terus apa kalau bukan itu?] balas Hanum.

[Makanya kalau orang masih terlihat mengetik itu jangan langsung kamu samber, dengarin dulu saya mau bilang apa.]

[Dih, malah mengoceh.] balas Hanum

[Diam kamu]

[“Ini saya mau bicara kapan coba, kalau kamunyangejawab terus dari tadi.”] balas Arkan sepertinya dia sudah mulai gemas dengan calon istrinya itu.

[Baik, saya akan diam ndoroo ...] balas Hanum tambah dengan emoji bibir diresleting.

Setelah beberapa menit tidak ada lagi balasan dari Arkan. “Loh, ke mana dia? Katanya mau bicara, kenapa malah hilang?”Heran Hanum.

[Pak?]

[Bapak!!]

[Sudah tidur?]

[Ini kalau masih Bapak tidak balas, Hanum tidur nih.] ucap Hanum pada pesannya dengan menspam Arkan.

[Iya] balas Arkan.

[Jangan tidur dulu, ini Sean tidak bisa tidur. Katanya mau dibacain dongeng sama Mommynya.]

Membaca ketikan Arkan tersebut, sedikit membuat Hanum menjadi salting. Bagiaman tidak Arkan dengan begitu ringannya memanggil Hanum dengan ‘Mommy’.

[Bapak bohong ya? Mau nipu saya?]

[Mana ada anak kecil seperti Sean jam segini masih belum tidur.] balas Hanum.

[Sembarangan! Untuk apa saya nipu kamu? Tidak ada untungnya.]

[Iya juga sih, hehe ...]

[Angkat, saya telepon kamu.]

Beberapa detik pun nada panggilan masuk dari ponsel Hanum, itu sudah pasti Arkan. Hanum langsung mengangkatnya.

[“Hallo, asslamu’allaikum Pak,] sapa Hanum lebih dulu.

[“Wa’allaikumusallam. Ini kamu tolong bacakan dongeng untuk Sean, dari tadi dia merengek terus menyebut nama kamu. Padahal tidak biasanya dia seperti ini,] ucap Arkan.

Ia sudah sangat frustasi dengan tingkah putranya yang tiba-tiba saja menjadi bocah manja, padahal sifat aslinya tidak seperti itu.

Anaknya itu selalu pendiam selama ini, juga tidak mudah untuk langsung akrab dengan orang asing, karena bagi Sean yang memang memiliki suatu trauma itu menjadi tidak ingin percaya pada semua orang di dekatnya, kecuali Sus Ani yang selama ini memang sudah menjadi pengasuhnya sejak dia lahir.

[“Ya sudah, berikan pada Sean ponselnya.]

Di seberang telepon, Arkan langsung melakukan perintah Hanum memberikan ponselnya pada sang putra.

Saat ini Sean memang sedang berada di kamar sang Daddy, dia menggedor-gedor pintu kamar Daddynya hingga membuat Arkan yang saat itu sudah menuju alam mimpinya menjadi buyar seketika.

Sean menerima teleponnya. [“Tante Cantik,”] panggil Sean dengan suara lucunya.

[“Kenapa, Sean belum tidur? Sudah tengah malam Sayang, tidak baik jika Sean tidur terlambat. Nanti Sean jadi jelek, mata Sean akan hitam seperti panda. Mau seperti itu?”] ucap Hanum.

[“Emm! Tidak mau. Sean tadi sudah tidur Tante Cantik, tapi karena mimpi buruk Sean jadi tidak bisa lagi tidur.”]

[“Mimpi buruk?”] Hanum jadi berpikir, mimpi buruk sepeti apa yang Sean alami.

Sean menjawab dengan mengangguk kepalanya.

[“Eum, bisa tolong Sean alihkan ke panggilan videonya? Tante ingin melihat Sean?”] Minta Hanum.

[“Daddy, tolong alihkan dengan video. Tante Cantik katanya ingin melihat Sean,”] ujar Sean di seberang telepon meminta bantuan pada Daddy-nya.

Seketika layar ponsel Hanum berubah nampak muncul wajah gembul Sean dengan jelas, Hanum tersenyum melihatnya.

[“Wuah!! Tante cantik terlihat berbeda jika tidak memakai tutup kepala. Sekarang terlihat lebih cantik dengan rambut panjang,”] ucap Sean seketika dengan girangnya saat melihat dengan jelas Hanum yang tidak mengenakan kerudungnya.

Ya, memang setiap malam jika sudah waktunya tidur Hanum akan melepas hijabnya. Di dalam rumah pun juga Hanum sering melepasnya jika hanya ada sang Bunda dan Ayahnya.

Dan malam ini karena Hanya sedang melakukan panggilan video dengan Sean saja makanya Hanum berani dan berpikir bahwa Arkan tidak akan berani melihatnya.

Siapa bilang? Ia tidak sadar saja jika di seberang telepon itu bukan hanya Sean yang menatapnya, tapi Arkan pun ikut serta langsung melihat layar ponselnya dengan mata tidak berkedip ketika mendengar Sean berkata jika Hanum tidak memakai hijabnya. Namun wajahnya tidak ia tunjukkan pada layar, Arkan memang sengaja.

Hanum hanya tersenyum lembut saat Sean berucap manis seperti itu. Sean yang seperti sekarang membuat Hanum jadi gemas.

[“Baik. Sekarang, Sean ingin Tante melakukan apa? Biar Sean bisa segera tidur, tidak baik kalau masih terbangun tengah malam,”] ucap Hanum tidak ingin lama-lama juga, karena dirinya juga besok harus bangun lebih awal, tidak boleh kekurangan tidur dan harus tetap vit untuk hari pernikahannya besok.

[“Apa Sean boleh meminta dibacakan dongeng, Tante cantik?”]

[“Tentu boleh, Sayang. Sean ingin dibacakan dongeng apa, hm?”] ucap Hanum.

[“Apapun, Sean pasti akan langsung tidur jika Tante Cantik yang membacakannya,”] ucap Sean, dari kata-katanya Sean sepertinya sudah sangat mahir dalam merayu lawannya.

[“Baik. Sebentar, Tante akan cari dongeng apa saja yang ada di internet.”]

Hanum langsung membuka website khusus kumpulan cerita-cerita dongeng pengantar tidur untuk para anak-anak. Hanum pun memilih akan membacakan tentang hewan si kancil yang sangat cerdik dan Buaya.

[“Pada suatu hari, ada seekor kancil yang sedang berjalan-jalan di dalam hutan untuk mencari makanan. Karena makanan di sekita kediamannya telah berkurang, Sang Kancil pun pergi untuk mencari di luar kawasannya ...”]

Hanum terus membacakan dongeng-dongeng di ponselnya sembari sesekali ia melihat mata Sean yang mulai sayup dan pelan-pelan tertutup rapat.

Beberapa menit pun telah berlalu, dan nampak Sean sudah tertidur dengan pulas, aliran nafasnya pun terdengar teratur.

Membacakan Sean dongeng, Hanum jadi ikut mengantuk sendiri. Tanpa mematikan panggilan video tersebut Hanum juga langsung tidur, ia sidah tidak kuat menahan kantuknya.

Begitu pun Arkan, ia yang memang sudah sangat lama menahan kantuknya langsung tertidur di samping Sean saat mendengar Hanum membacakan dongeng dengan intonasi yang tepat dan suaranya yang lembut.

Jadi, sudah dipastikan Hanum tidak hanya mendongengkan Sean. Tapi Hanum mendongengkan langsung kedua bayi itu.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status