Share

Bab 2 Fakta Mengejutkan

"Kalau kau bisa adil pada Caroline dan Casandra, kau mungkin tidak akan celaka. Itu karena kebodohanmu sendiri jika aku gelap mata. Aku hanya seorang ibu yang akan melakukan apapun untuk puterinya," Jessica kembali meracau. Langkah kakinya limbung dan kini badannya juga sudah mulai bergetar.

Caroline menatap Jessica, dia membiarkan ibunya itu bicara. Dia tahu ucapan orang yang mabuk terkadang adalah isi hati yang tidak bisa terungkap di kala sadar.

Sekalipun takut akan kenyataan yang akan dia dengar, tapi Caroline merasa sangat penasaran.

"Ya benar, Casandra tidak sepintar Caroline. Tapi dia anak kandungmu. Caroline hanya anak orang asing yang kau temukan di bak sampah. Bagaimana kau bisa begitu membanggakannya?"

JDAR!!

Bagai ada guntur di siang bolong. Caroline syok mendengar penuturan ibunya.

"A- aku bukan anak kandung kalian?" Caroline bertanya sekalipun tenggorokannya seperti tercekik.

"Huek!" Jessica muntah mengeluarkan isi perutnya ke sepatu Caroline. Dia terus muntah hingga badannya lemas.

"Ayo Bu, aku akan menggendongmu sampai ke rumah," Caroline memijat tengkuk Jessica hingga ibunya itu menuntaskan gejolak di perutnya.

"Ayo! Naiklah ke punggungku," Caroline membantu Jessica untuk naik di punggungnya lalu mengangkat tubuh lemas wanita itu hingga ke rumah mereka.

BRAK!

Caroline mendorong pintu depan rumahnya dengan keras. Dia ingin segera menidurkan Jessica di sofa karena sudah merasa berat menggendong tubuh ibunya itu.

"Siapa itu?" Casandra yang kaget berteriak dari ruang tengah.

"Casandra, kau sudah pulang rupanya. Bantu aku menidurkan ibu di sofa," pinta Caroline.

"Apa yang terjadi padanya?" Casandra membantu menurunkan tubuh Jessica dan membaringkannya di satu - satunya sofa yang mereka miliki di ruang tamu.

"Ibu mabuk," jawab Caroline.

"Mabuk? Ibu jarang minum sampai mabuk. Apa yang terjadi?"

"Entahlah. Tadinya aku mencari kau dan ibu karena aku ingin mengajak kalian ke makam ayah. Hari ini tepat 1000 hari ayah meninggal, ingat? Tapi kalian tidak ada di rumah. Ternyata ibu sudah ada di makam. Tapi dia sudah dalam keadaan mabuk. Dia muntah lalu tertidur saat aku menggendongnya kemari. Kau ke mana saja seharian?"

"Aku? Aku ke-" Casandra terlihat berpikir seolah sedang menyembunyikan sesuatu. "Aku tadi menemui temanku."

Caroline menyadari bahwa Casandra sedang berbohong. Dia cukup hafal dengan gelagat adiknya. Tapi dia tidak ingin mempermasalahkan hal itu untuk saat ini.

"Baiklah. Tolong ambilkan air hangat dan lap untuk membersihkan wajah ibu. Aku akan menyiapkan bubur dan minuman pereda mabuk untuknya."

Caroline segera ke dapur. Casandra mengikuti perintahnya untuk membasuh wajah Jessica.

Beberapa saat kemudian, Caroline kembali ke ruang tamu untuk memeriksa ibunya. "Ibu belum bangun?"

"Belum. Dia terlihat sangat pulas."

"Ini makanlah dulu," Caroline menyodorkan sepotong roti yang sudah dia hangatkan kepada Casandra.

Casandra melahapnya.

"Apa kau sudah mendapat pekerjaan?" Caroline memulai pembicaraan.

"Belum," jawaban Casandra singkat seolah tak terlalu peduli.

"Apa kau sudah melamar di banyak tempat?"

"Tentu saja! Apa maksudmu aku bermalas - malasan sampai aku belum dapat pekerjaan?" Casandra meninggikan suaranya. Dia bahkan melotot ke arah Caroline memperlihatkan ketidakksukaannya.

"Bukan itu maksudku. Hanya saja ini sudah hampir satu tahun semenjak kau lulus. Aku hanya ingin bilang bahwa sebaiknya jangan terlalu pemilih."

Casandra mendengus. "Aku harus memilih. Aku tidak sepertimu yang tidak lulus SMA. Aku lulusan sarjana, bagaimana mungkin aku bekerja di sembarang tempat."

"Ya kau benar. Tapi, jika saja kau punya pekerjaan dan bukan hanya aku yang bekerja untuk keluarga kita mungkin..."

"Oh! Kau sudah mulai keberatan menanggung nafkah keluarga rupanya!"

"Buka itu maksudku Casandra. Jangan seperti anak kecil!"

"Dengar, kalau kau keberatan, kenapa tidak berhenti saja menjadi tulang punggung keluarga? Aku bisa dapat pekerjaan yang lebih baik darimu. Tidak perlu khawatir. Atau jika aku belum dapat, setidaknya ada banyak pria kaya yang bersedia menikahiku. Sekarang pikirkanlah dirimu sendiri! Kau sudah hampir 30 tahun, kalau kau tidak segera menikah, kau mungkin akan dijual di pasar pengantin."

BRAK!

Casandra mengakhiri amukannya dengan membanting mangkuk rotinya. Tanpa menatap Caroline, dia beranjak pergi ke kamarnya.

Caroline tertegun untuk sesaat. Dia benar - benar tidak ingin memulai keributan. Dia heran mengapa Casandra bersikap defensif.

Namun, ucapan Casandra benar. Fakta bahwa dia sudah beranjak 30 tahun tanpa ada kejelasan kapan dia akan menikah telah menambah beban pikirannya.

Caroline memasangkan selimut ke tubuh Jessica yang masih pulas lalu beranjak pergi ke kamarnya sendiri.

Dia membaringkan tubuhnya di ranjang lalu menelepon seseorang dengan ponsel bututnya.

"Hai Antonie. Tidak, aku hanya ingin mendengar kabar darimu. Kau tidak menghubungiku sama sekali hari ini," ucapnya pada seseorang yang dia telepon.

"Maafkan aku. Aku sangat sibuk."

"Oh begitu rupanya," Caroline tertunduk. Dia menunggu Antonie bertanya tentang kabarnya atau pertanyaan lain. Namun, kekasihnya itu terdengar sangat cuek.

"Aku lelah. Jika tidak ada hal lain yang mau kau katakan..." Antonie hendak mengakhiri pembicaraannya.

"Tunggu. Aku ingin bertanya sesuatu," Caroline mencegahnya mengakhiri pembicaraan.

"Apa?"

"Kapan kita menikah?"

"Ah, pertanyaan itu lagi. Apa kau tidak punya pertanyaan lain?"

"Aku serius. Aku sudah hampir 30 tahun. Kau tahu tradisi di negeri kita. Jika seorang perempuan belum menikah sampai dia berusia 30 tahun..."

"Aku tahu. Kau sudah mengulangnya ribuan kali. Tapi aku belum siap. Apa yang harus kulakukan? Itu keputusanmu sepenuhnya jika kau ingin memilih lelaki di pasar pengantin."

"Bukan itu maksudku," Caroline hendak menjelaskan. Namun Antonie menutup panggilannya. "Antonie? Antonie?"

Caroline menghela nafas dan memejamkan matanya.

Apakah Antonie sudah tidak mencintainya?

Atau memang benar lelaki itu hanya belum siap menikah?

Lalu bagaimana dengan dirinya?

Puluhan pertanyaan berlarian di kepalanya. Caroline memikirkannya hingga dia merasa begitu lelah dan tertidur.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status