Share

Khawatir

"Aduuh, ini masih pagi Algi, jangan cari ribut deh. Lagian aku bukan direktur atau petinggi yang bisa merubah klien aku secara mendadak gitu."

Walau kesal, tapi Rania tidak mood untuk menaikan suaranya. Rasanya menghemat amarah adalah keputusan terbaik, mengingat hari ini dia akan sibuk dan pastinya membutuhkan tenaga lebih banyak. Jadi lebih baik bersikap santai saja.

"Iya tau, tapi kalau kamu mau akun yang bilang kalau kamu minta artis lain."

Keningnya sedikit mengerut akibat ucapan tak tercerna dengan baik itu. "Terus habis itu orang-orang bakal nanya apa hubungan kalian berdua sampai Algi capek-capek minta kak Jess buat ganti artis aku? Nah loh, kalau udah gitu kamu mau jawab apa?"

Nggh... krik..tidak ada jawaban dari orangnya.

"Diem kan? Makanya jangan asal ceplos aja. Lagian kenapa juga aku gak boleh makeup Rangga? Bagus kali, dia kan ganteng, bisa cuci mata tiap hari!"

Tak ingin menunda waktunya lagi, Rania lekas pergi dari hadapan Algi membawa serta peralatannya turun ke lantai bawah. Meninggalkan pria yang berdecak kesal sambil menggaruk belakang rambutnya.

"Padahal kalau sama Rangga dia bakal capek karena dia aktor aktif. Hah bodo amat deh, lagian ngapain gue ngurusin cewek itu! Sukur-sukur gak bongkar pernikahan ini!" Algi gak lagi menghiraukan keselamatan Rania, kalau itu sudah jadi keputusannya Algi angkat tangan. Asal, kalau nanti terjadi apa-apa, jangan pernah menyalahkan dirinya.

Tapi, memang apa posisi Algi sampai harus menjadi orang yang disalahkan oleh Rania? Bukannya mereka hidup sendiri-sendiri ya?

Baru saja hendak membuka pintu depan, Rania dikejutkan oleh kehadiran Radit, yang tak lain adalah manager Algi. Lelaki bertubuh sedikit gemuk itu memang kelihatan sedang terburu-buru mencari artisnya. Dia tersentak ke belakang ketika mendapati Rania keluar dari rumah itu.

"Eh copot eh copot!"

Yang dari dalam juga tak kalah terkejut tapi tidak ada kalimat latah yang keluar.

"Pagi, bang Radit ya?" Rania mencoba mengingat-ingat wajahnya hadir di acara pernikahan mereka waktu itu.

"Iya betul sekali. Sorry ya tadi aku ngagetin kamu, soalnya aku masih belum terbiasa melihat ada cewek di rumah ini." Tertawanya renyah sekali, seperti ayam crispy.

"Oh ya? Algi emang gak pernah bawa rekan cewek ke sini? Pacar atau siapa gitu?"

Managernya segera menggeleng, "Algi itu sampai pernah digosipkan gay oleh sesama artis sangking dia jarang sekali kelihatan deket sama cewek. Tapi sssttt!!! Ini rahasia kita berdua aja ya!"

Mau tak mau Rania ikut tertawa dengan lelucon laki-laki pendek itu, satu-satunya rumor yang tidak dicium media dan kini Rania mengetahuinya. Bisa nih, dijadikan senjata buat membungkam mulut si menyebalkan itu. Kali aja mau berubah.

"Nanti kalau ada lagi rumor tentang si Algi, kasih tau aku ya Bang. Tapi nanti, aku musti buru-buru ke studio. Bye!" Rania mendadah lucu ke Bang Radit dan segera meninggalkannya karena dia yakin taksi online yang dia pesan sudah menunggunya di depan.

Sementara itu, Radit juga telah berjalan ke kamar Algi untuk ngasih tahu semua jadwal lelaki itu. Hari ini bahkan ada tiga panggung yang harus dia datangi sebagai penyanyi pop yang sedang naik daun.

"Halo, Algi, hey, bisa dipahami gak? Nanti briefing selanjutnya bakal dilakukan pas udah nyampe lokasi!"

Radit melihat raut wajah Algi yang tampak cemas, seperti khawatir pada sesuatu namun tak tahu sesuatu itu apa. Padahal dari semua jadwal tidak ada yang memberatkannya, tapi ada apa dengan raut wajah pemilik lagu 'Mantan Terindah' itu.

"Kamu kenapa? Ada sesuatu yang kamu khawatirkan?"

"Tau nih! Ck! Gue gak enak pikiran aja. Nanti setelah jadwal kedua, bakal mampir ke perusahaan dulu gak?"

"Kayaknya sih, ambil persiapan. Emang kenapa?"

"Gak apa-apa. Dah sono, tunggu di luar, aku mau siap-siap dulu!"

Tak mengerti apa yang Algi cemaskan, apakah Rania yang akan bekerja bersama aktor muda itu? Atau kah karena dia masih kepikiran soal mantan kekasihnya sejak tadi malam.

***

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status