"Aduuh, ini masih pagi Algi, jangan cari ribut deh. Lagian aku bukan direktur atau petinggi yang bisa merubah klien aku secara mendadak gitu."
Walau kesal, tapi Rania tidak mood untuk menaikan suaranya. Rasanya menghemat amarah adalah keputusan terbaik, mengingat hari ini dia akan sibuk dan pastinya membutuhkan tenaga lebih banyak. Jadi lebih baik bersikap santai saja."Iya tau, tapi kalau kamu mau akun yang bilang kalau kamu minta artis lain."Keningnya sedikit mengerut akibat ucapan tak tercerna dengan baik itu. "Terus habis itu orang-orang bakal nanya apa hubungan kalian berdua sampai Algi capek-capek minta kak Jess buat ganti artis aku? Nah loh, kalau udah gitu kamu mau jawab apa?"Nggh... krik..tidak ada jawaban dari orangnya."Diem kan? Makanya jangan asal ceplos aja. Lagian kenapa juga aku gak boleh makeup Rangga? Bagus kali, dia kan ganteng, bisa cuci mata tiap hari!"Tak ingin menunda waktunya lagi, Rania lekas pergi dari hadapan Algi membawa serta peralatannya turun ke lantai bawah. Meninggalkan pria yang berdecak kesal sambil menggaruk belakang rambutnya."Padahal kalau sama Rangga dia bakal capek karena dia aktor aktif. Hah bodo amat deh, lagian ngapain gue ngurusin cewek itu! Sukur-sukur gak bongkar pernikahan ini!" Algi gak lagi menghiraukan keselamatan Rania, kalau itu sudah jadi keputusannya Algi angkat tangan. Asal, kalau nanti terjadi apa-apa, jangan pernah menyalahkan dirinya.Tapi, memang apa posisi Algi sampai harus menjadi orang yang disalahkan oleh Rania? Bukannya mereka hidup sendiri-sendiri ya?Baru saja hendak membuka pintu depan, Rania dikejutkan oleh kehadiran Radit, yang tak lain adalah manager Algi. Lelaki bertubuh sedikit gemuk itu memang kelihatan sedang terburu-buru mencari artisnya. Dia tersentak ke belakang ketika mendapati Rania keluar dari rumah itu."Eh copot eh copot!"Yang dari dalam juga tak kalah terkejut tapi tidak ada kalimat latah yang keluar."Pagi, bang Radit ya?" Rania mencoba mengingat-ingat wajahnya hadir di acara pernikahan mereka waktu itu."Iya betul sekali. Sorry ya tadi aku ngagetin kamu, soalnya aku masih belum terbiasa melihat ada cewek di rumah ini." Tertawanya renyah sekali, seperti ayam crispy."Oh ya? Algi emang gak pernah bawa rekan cewek ke sini? Pacar atau siapa gitu?"Managernya segera menggeleng, "Algi itu sampai pernah digosipkan gay oleh sesama artis sangking dia jarang sekali kelihatan deket sama cewek. Tapi sssttt!!! Ini rahasia kita berdua aja ya!"Mau tak mau Rania ikut tertawa dengan lelucon laki-laki pendek itu, satu-satunya rumor yang tidak dicium media dan kini Rania mengetahuinya. Bisa nih, dijadikan senjata buat membungkam mulut si menyebalkan itu. Kali aja mau berubah."Nanti kalau ada lagi rumor tentang si Algi, kasih tau aku ya Bang. Tapi nanti, aku musti buru-buru ke studio. Bye!" Rania mendadah lucu ke Bang Radit dan segera meninggalkannya karena dia yakin taksi online yang dia pesan sudah menunggunya di depan.Sementara itu, Radit juga telah berjalan ke kamar Algi untuk ngasih tahu semua jadwal lelaki itu. Hari ini bahkan ada tiga panggung yang harus dia datangi sebagai penyanyi pop yang sedang naik daun."Halo, Algi, hey, bisa dipahami gak? Nanti briefing selanjutnya bakal dilakukan pas udah nyampe lokasi!"Radit melihat raut wajah Algi yang tampak cemas, seperti khawatir pada sesuatu namun tak tahu sesuatu itu apa. Padahal dari semua jadwal tidak ada yang memberatkannya, tapi ada apa dengan raut wajah pemilik lagu 'Mantan Terindah' itu."Kamu kenapa? Ada sesuatu yang kamu khawatirkan?""Tau nih! Ck! Gue gak enak pikiran aja. Nanti setelah jadwal kedua, bakal mampir ke perusahaan dulu gak?""Kayaknya sih, ambil persiapan. Emang kenapa?""Gak apa-apa. Dah sono, tunggu di luar, aku mau siap-siap dulu!"Tak mengerti apa yang Algi cemaskan, apakah Rania yang akan bekerja bersama aktor muda itu? Atau kah karena dia masih kepikiran soal mantan kekasihnya sejak tadi malam.***"Kak Rangga!" Rania memanggil sang artis ketika dia tiba di lokasi shooting. Set nya sih sederhana, hanya lapangan seluas dua kali lapangan sepak bola yang sudah di setting seperti gelanggang stadion. Ada lintasan untuk pelari juga, sepertinya nanti set Rangga adalah berlari di sana.Sebelum take, Rania satu ruangan bersama Rangga dan tiga artis utama lain sedang di make up. Untung aja karakter Rangga ini bukan yang harus cemong sama bedak. Malah Rania harus set wajah Rangga sedikit hitam dan berminyak. Masa mau lari pakai eyeshadow sih, kan gak mungkin!"Udah lama ya belajar make up?" Rangga bertanya disela-sela aktivitas Rania. Memecahkan keheningan supaya tidak terlalu tegang. Rangga emang biasa kok bercanda dan mengobrol dengan para staylish nya. Tidak cuma pada Rania saja."Kalau kuliah dan praktek sih udah hampir lima tahun, tapi kalau pengalaman kerja, baru kali ini!" Rania menutup mulut dan hidungnya menggunakan masker agar napasnya tak mengganggu Indera penciuman Rangga. "O
Menjadi bintang tamu acara musik live televisi telah Algi laksanakan dengan baik. Penonton di area outdoor itu juga mendadak lebih banyak saat pihak stasiun televisi mengumumkan akan menggaet Algi Darmigo sebagai bintang tamunya.Dan perlu kalian ketahui bahwa menyanyikan dua lagu tadi, bayarannya setara dengan harga satu mobil sedan keluaran terbaru. Itu cuma berdurasi 7 menit. Bagaimana yang full satu album?Setelah selesai dari lokasi kedua, Algi dan managernya memilih untuk kembali sebentar ke perusahaan karena ada beberapa hal yang harus diurus. Dan begitu sampai di kantor, mobil Algi kebetulan sekali berada di belakang mobil staff shooting Rangga dan dengan kedua matanya, Algi jelas melihat Rania yang turun membawa segala pakaian yang dipakai artisnya tadi. Membungkuk untuk berpamitan, Rania memilih masuk terlebih dahulu."Bang, aku turun di sini aja ya!" Belum sampai di depan pintu, Algi memilih turun duluan, dan iseng mengikuti Rania yang masuk ke elevator.Awalnya Algi mau ik
Flashback ke tujuh tahun yang lalu.Lelaki itu memegang sebuah map berwarna coklat berlari dengan mengerahkan segala tenaganya untuk sampai di sebuah kafe, di mana dia sedang ditunggu oleh kekasihnya.Algi yang saat itu belum terkenal, belum terjun di dunia musik hanya seorang anak SMA yang baru saja lulus sekolah. Map yang dia bawa adalah sebuah dokumen yang berisi informasi bahwa dia diterima masuk pelatihan musik bergengsi di Amerika. Hal itu yang mau dia sampaikan pada sang kekasih, akhirnya dia bisa memamerkan hasil jeri payahnya selama ini. Kalau sudah bisa ikut pelatihan di sana, Alagi bisa meraih impiannya untuk menjadi penyanyi dunia.Hobinya pada musik memang tidak main-main, hal yang akan selalu dia banggakan adalah ketika berhasil mempelajari musik. Baik itu alatnya, maupun instrumennya."El, liat ini?" Dengan raut wajah ceria, dengan mata berbinar, dengan senyuman sumringah, Algi memperlihatkan dokumen itu pada kekasihnya. "Aku keterima di Hig Music Amerika, yeaaayyy!!!"
Sejak perpisahan itu, Algi benar-benar tidak mendengar kabar tentang kekasihnya sama sekali. Bahkan dia juga bingung, apakah hubungan mereka masih ada atau tidak, karena dia rasa Elvera memutuskannya secara sepihak. Algi tidak merasa mengiyakan ucapan itu. Jadi, apakah sampai saat ini mereka masih menjalin hubungan atau memang sudah berakhir?"7 tahun El, aku berjuang bangkit dari semua luka yang kamu kasih. Aku yang sangat mencintai kamu itu, terpaksa harus merangkak, menghilangkan semua kenangan tentang kita dan itu tidak mudah! Ayoklah, kupikir kamu tidak akan menginjakkan kaki di kota ini lagi, kupikir kamu sudah pergi... Tapi sekarang, kamu malah berdiri di depanku. Iya, di depan seseorang yang kamu sakiti sampai aku masih ingat bagaimana tulang-tulang ini nyaris patah!"Sekarang dengan entengnya Tuhan membawa wanita itu, berdiri di atap yang sama. Berdiri dengan santai, seolah mereka adalah teman SMA yang bertemu saat acara reuni sekolah. "Elvera?" Matanya sungguh terbelalak m
Rania di depan kantor agensi, sedang berdiri menunggu taksi online yang akan membawanya pulang. Tapi sebelum itu, kedua matanya tak sengaja menangkap sosok aktor Rangga Dwijaya yang sedang berjalan ke arahnya sambil membawa bungkusan kue. Itu brownies yang terkenal itu, sepertinya mata Rania masih jeli walaupun dari jarak jauh."Hai, mau pulang ya?""Iya Kak, Kak Rangga juga?""Enggak, masih ada meeting nanti. Ini buat kamu!" Nyatanya yang dipegang Rangga malah diberikan pada Rania."Wah apa ini?""Kue dari penggemar, tadi ngasihnya dua. Karena aku tau kamu habis kesusahan jadi aku ngasih buat kamu. Dimakan ya."Ada rasa haru dan senang pada sang aktor yang ternyata perhatian pada staffnya."Makasih ya Kak Rangga, aku bakal makan kuenya nanti. Ah kalau gitu aku duluan ya, itu taksi aku datang." "Oke, hati-hati ya."Setelah memberi hormat, Rania memilih langsung masuk ke dalam taksi, meninggalkan Rangga yang masih berdiri di sana."Aduh aku lupa, itu kue brownies dan ada campuran tape
"Aahhh, alarmnya menyebalkan!" Tangannya meraba-raba setiap ruang di atas nakas, dan tersentuhlah benda kotak bercesing pink itu, lalu Rania mematikan bunyi yang melengking itu. Meski tak melihat angkanya Rania sudah tahu kalau ini pukul empat pagi. Dia ingat bahwa jadwalnya berangkat itu satu jam lagi, dia harus siap-siap sebelum mobil perusahaan menjemputnya.Dia meregangkan otot-otot, sebelum duduk sempurna. Namun begitu melihat ke sebelahnya, Rania sedang sendirian."Ke mana lagi orang itu?" Sunyi, tidak ada siapa-siapa kecuali dia sendiri. Sedikit tidak peduli, akhirnya Rania pergi ke lantai bawah, menyiapkan sarapan untuk dirinya sendiri.Tapi baru sampai di tangga paling atas, dia melihat pemandangan yang mengejutkan."Hah Algi... kenapa kamu?!" Rania panik dan buru-buru mendekat ke tubuh Algi yang sedang berjalan oleng dan mau terjatuh. Terlihat jelas, Algi memegangi perutnya dengen kencang.Begitu Rania meraih tubuh Algi, laki-laki itu menjatuhkan dirinya di bahu sang istri h
"Gila, hahaha... kok. bisa? Kok bisa aku ngurusin dia??!" Sepertinya Rania bertingkah sedikit gila sejak satu jam yang lalu menggerutu tidak jelas, sampai-sampai dia tidak fokus dengan pekerjaannya. Mulutnya juga mendadak lancar mengomel yang tidak dimengerti oleh bahasa manusia. Tingkahnya menurut dia begitu aneh ketika mengurus Algi yang lagi sakit tadi, sungguh tidak seperti Algi yang suka marah-marah dan ngata-ngatain Rania sebelumnya. Dia terlihat lemah, sembari berpegangan tangan."Gak, maksudnya gini loh. Aku ngapain capek-capek ngurusin dia? Bukannya bagus kalau dia sakit, terus akhirnya koid? Aku kan akhirnya bisa bebas sama ikatan pernikahan kita? Tapi kenapa aku luluh banget??" rengeknya lagi.Rambutnya lah yang sejak tadi menjadi sasaran amukannya yang tak kunjung selesai. Dia cakar, dia acak-acak, dia unyel-unyel, sampai bentuknya mirip sekali dengan bulu domba garut yang lima taun gak cukuran.Sembari memilihkan sepatu ganti, Rania juga terus kepikiran tentang bagaiman
Flashback ke malam tadi.Algi memaksa matanya untuk terbuka karena nyatanya tidur dia tidak nyenyak. Bantalnya basah oleh keringat sebesar biji semangka yang terus keluar dari dahinya. Meski pusing, dia paksa untuk duduk mengambil gelas yang berisi air di meja nakas.Sayangnya air itu habis."Akhh kenapa habis sih.." Suaranya lemah, bibirnya pucat tapi untuk sekedar minta bantuan istrinya rasa gengsi itu menghalanginya. Pada akhirnya Algi memilih untuk turun ke bawah sendiri mengambil air minum.Jalannya saja sudah terjuntai, setelah sampai di tangga terakhir, Algi tak mampu melangkah lagi karena isi perutnya benar-benar seperti akan keluar. Bumi yang dia pijak juga mendadak berputar dan Algi hilang keseimbangan...Dia jatuh di lantai, sebelum tiba di ruang dapur. "Rr-Raann t... tolong..." Keadaannya yang lemah memaksa dia untuk menyebut nama istrinya walau dengan suara yang amat lemah.Keberuntungan sedang berpihak padanya, saat itu tidak lama kemudian jam alarm Rania berbunyi dan w